Selasa, 10 Maret 2009

Tafsir QS An-Najm 53-62

Allah SWT berfirman seraya mencela orang-orang musyrik atas penyembahan mereka terhadap berhala-berhala dan sekutu-sekutu serta patung-patung, juga tindakan mereka membuatkan rumah untuk sembahan-sembahan mereka itu sebagai tandingan bagi Ka'bah yang telah dibangun oleh Kekasih Allah, Ibrahim: "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata?" Al-Lata adalah batu putih besar yang diukir, difasilitasi dengan rumah, tirai, para penjaga, dikelilingi oleh halaman, dan sangat diagungkan di kalangan penduduk Tha'if, mereka adalah Bani Tsaqif dan para pengikutnya. Mereka membanggakan diri dengan al-Lata atas orang lain dari bangsa Arab setelah Quraisy. Ibnu Jarir mengatakan, "Mereka telah mengambil al-Lata itu dari nama Allah seraya mengatakan, 'Al-Lata', yang mereka maksudkan adalah pasangan perempuan dari Allah. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan itu setinggi-tingginya."

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: "Al-Lata dan al-'Uzza", ia mengatakan: "Al-Lata adalah seorang laki-laki yang menumbuk tepung bagi para jamaah haji."
Ibnu Jarir mengungkapkan bahwa demikian halnya dengan al-'Uzza yang berasal dari kata Al-'Aziz, yaitu sebuah pohon yang dinaungi bangunan dan tirai dari daerah Nikhlah yang terletak di antara Mekkah dan Thaif, dimana orang-orang Quraisy sangat mengagungkannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Sufyan pada saat terjadi perang Uhud: "Kami mempunyai Al-'Uzza sedang kalian tidak."
Kemudian Rasulullah bersabda: "Katakanlah: 'Allah adalah pelindung bagi kami dan bagi kalian.'"
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "Rasulullah saw bersabda: 'Barangsiapa bersumpah, lalu dalam sumpahnya itu ia mengatakan: 'Demi Latta dan 'Uzza', maka hendaklah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah (Tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah). Dan barangsiapa berkata kepada temannya: 'Kemarilah, mari kita bermain undian', maka hendaklah ia bershadaqah."
Hadits tersebut diarahkan kepada orang yang lidahnya terlanjur mengucapkan sumpah tersebut, sebagaimana lidah-lidah mereka sudah terbiasa mengucapkannya pada masa Jahiliyyah. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh an-Nasa-i, Yunus memberitahu kami dari ayahnya, Mush'ab bin Sa'ad bin Abi Waqqash memberi tahuku dari ayahnya, ia berkata: "Aku pernah bersumpah dengan Al-Lata dan Al-'Uzza", lalu para sahabatku berkata: "Sungguh buruk apa yang engkau katakan itu. Engkau telah mengatakan sesuatu yang menyimpang." Kemudian aku mendatangi Rasulullah, lalu kuceritakan hal tersebut kepada beliau, maka beliau bersabda: "Ucapkanlah: 'Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya kerjaan dan pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.' Kemudian meludahlah tiga kali ke sebelah kirimu dan berlindunglah kepada Allah dari syaitan yang terkutuk, dan kemudian janganlah engkau mengulangi lagi.'"
Adapun Manat terdapat di Musyallal, daerah Qadit yang terletak antara Mekkah dan Medinah. Bani Khuza'ah, Aus dan Khazraj sangat mengagungkannya pada masa Jahilillay dan mereka mengucapkan talbiyah dari sana ketika hendak menunaikan ibadah haji menuju Ka'bah. Hal yang senada juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Aisyah. Di jazirah Arab dan lainnya terdaapt thaghut-thaghut lain selain dari ketiga thaghut di atas yang senantiasa diagungkan oleh orang-orang Arab layaknya mereka mengagungkan Ka'bah, dimana dalil tentang semua itu telah tercantum dalam kitab-Nya yang mulia. Disebutkannya tiga hal tersebut secara khusus karena ketiganya yang paling masyhur.
Di dalam kitab as-Siirah, Ibnu Ishaq mengatakan: "Dahulu masyarakat Arab membuat thaghut-thaghut sebagai rumah selain Ka'bah yang mereka agung-agungkan seperti pengagungan mereka terhadap Ka'bah. Thaghut-Thaghut itu mempunyai penjaga dan tirai, juga diberi persembahan sebagaimana persembahan yang diberikan kepada Ka'bah, serta dijadikan tempat thawaf sebagaimana halnya thawaf di Ka'bah, juga dijadikan tempat menyembelih kurban. Namun mereka mengetahui bahwa Ka'bah lebih utama dari thaghut-thaghut tersebut karena Ka'bah adalah rumah yang dibangun oleh Ibrahim as sekaligus sebagai mesjidnya. Sementara itu kaum Quraisy dan Bani Kinanah mempunyai al-'Uzza di Nikhlah, yang menjadi penjaga dan pemberi tirainya adalah Bani Syaiban dari Salim, para sekutu Bani Hasyim. Kemudian kukatakan bahwa Rasulullah mengutus Khalid bin Walid. Maka Khalid pun menghancurkannya seraya berucap: "Wahai Uzza, kekufuran menyelimutimu dan tidak ada kesucian padamu, sesungguhnya aku telah melihat Allah menghinakanmu."
An-Nasa-i meriwayatkan dari Abuth Thufail, ia berkata bahwa setelah Rasulullah membebaskan kota Mekkah, beliau mengutus Khalid bin Walid ke Nikhlah yang disana terdapat al-'Uzza. Khalid mendatanginya, ketika al-'Uzza berada di atas tiga pohon Samurah, maka Khalid memotong ketiga pohon itu dan kemudian menghancurkan rumah yang ada di sana. Setelah itu ia mendatangi Nabi saw, lalu Khalid memberitahukannya, maka beliau bersabda: "Kembalilah ke tempat itu, sesungghunya engkau belum berbuat apa-apa."
Kemudian Khalid pun kembali, ketika ia dilihat oleh penjaga thaghut al-'Uzza, maka mereka berusaha membuat tipu muslihat. Mereka berkata: "Ya 'Uzza, ya 'Uzza". Maka Khalid pun mendatanginya, ternyata ada seorang wanita dalam keadaan telanjang dengan rambut terurai dan menaburkan debu di kepalanya, maka ia pun langsung menebas leher wanita itu dengan pedang hingga ajal menjemputnya. Kemudian Khalid kembali kepada Rasulullah dan memberitahukan hal itu kepada beliau, maka beliau pun bersabda: "Itulah al-'Uzza."
Ibnu Ishaq berkata: "Al-Lata dimiliki oleh Bani Tsaqif, berada di Thaif yang para penjaganya berasal dari Bani Mu'tab." Berkenaan dengan hal itu, aku katakan bahwa Rasulullah telah mengutus al-Mughirah bin Syu'bah dan Abu Sufyan Shakhr bin Harb agar mendatangi patung al-Lata. Kemudian mereka pun menghancurkannya dan menjadikan tempat (patung) itu menjadi mesjid Tha-if."
Ibnu Ishaq mengatakan: "Al-Manat itu milik suku Aus dan Khazraj serta orang-orang yang sepaham dengan mereka dari penduduk Yastrib di tepian laut di pinggiran daerah Musyallal ayng terletak di Qadid. Kemudian Rasulullah mengutus Abu Sufyan Shakhr bin Harb kesana, dan kemudian menghancurkannya." Ada juga yang berpendapat bahwa yang diutus adalah Ali bin Abi thalib.
Oleh karena itu Allah berfirman: "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata dan al-'Uzza. Dan Manat yang ketika, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?" Setelah itu Allah berfirman: "Apakah (patut) untukmu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?" Maksudnya, layakkah kalian membuatkan anak bagi-Nya? Kalian klaim anak-Nya berkelamin perempuan, sedangkan kalian memilih kelamin laki-laki untuk diri kalian. Seandainya kalian membagi dengan pembagian ini antara kalian dan makhluk seperti yang kalian lakukan, pastilah "Pembagian itu merupakan suatu pembagian yang tidak adil," yakni aniaya dan bathil. Bagaimana mungkin kalian memberikan pembagian kepada Allah dengan pembagian seperti itu?
Setelah itu , Allah Ta'ala berfirman seraya menolak segala bentuk dusta dan hal-hal yang mereka buat-buat serta kekufuran dalam bentuk penyembahan berhala dan menyebutnya sebagai ilah. "Itu tidak lain adalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapakmu mengada-adakannya." Yakni, berdasarkan selera kalian sendiri. "Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun", yakni hujjah.
"Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu mereka." Maksudnya, mereka tidak mempunyai sandaran selain prasangka baik mereka terhadap orang tua mereka yang telah menempuh jalan yang bathil tersebut sebelum mereka. "Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka petunjuk Rabb mereka." Maksudnya, Allah telah mengutus Rasul kepada mereka dengan membawa kebenaran yang bersinar terang dan hujjah yang qath'i (pasti). Meski telah sedemikian rupa, namun mereka tetap tidak mau mengikuti apa yang datang kepada mereka dan tidak mau tunduk pula kepadanya.
Kemudian allah Ta'ala berfirman: "Atau apakah manusia akan mendapatkan segala yang dicita-citakannya? Maksudnya, tidak semua orang ayng mengangankan kebaikan itu akan mendapatkannya: "(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut Ahlul Kitab." (QS An-Nisa:123).
Dan tidak setiap orang yang mengaku mendapatkan dirinya petunjuk menjadi seperti apa yang dikatakannya (berada dalam petunjuk). Dan tidak setiap orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkannya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: "Rasulullah bersabda: 'Jika seseorang dari kalian berangan-angan hendaklah ia mempertimbangkannya karena ia tidak tahu apa yang ditetapkannya dari angan-angannya itu." (HR Ahmad).
Firman-Nya: "Maka hanya bagi Allah lah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia." Maksudnya, seluruh urusan itu hanya milik Allah, RAja dunia dan akhirat, Pengendali di dunia dan akhirat, dan Dialah yang jika menghendaki sesuatu apsti terwujud, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, maka tidak akan pernah terwujud.
Firman Allah Ta'ala: "Dan berapa banyaknya Malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai(Nya)." Sebagaimana firman-Nya yang lain: "Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya." (Al-Baqarah: 255).
Jika demikian itu berlaku bagi para Malaikat yang mendekatkan diri kepada Allah, lalu bagaimana mungkin kalian -wahai orang-orang bodoh- akan mengharapkan syafaat dari berhala-berhala dan sekutu-sekutu di sisi Allah, padahal Allah Ta'ala tidak pernah mensyariatkan hal tersebut dan tidak juga mengizinkannya, bahkan Dia benar-benar melarangnya melalui lisan para Rasul-Nya. Dan Dia turunkan larangan itu melalui seluruh kitab suci-Nya.
Allah SWT berfirman seraya mengingkari orang-orang musyrik yang menyebut para Malaikat sebagai makhluk berjenis perempuan dan mereka jadikan para malaikat itu sebagai anak perempuan Allah, yang Dia Maha Tinggi dari semua itu. Oleh karena itu, Dia berfirman: "Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu." Maksudnya, mereka tidak mempunyai pengetahuan yang benar untuk mendukung pernyataan itu, bahkan hal itu hanya merupakan kedustaan, tipu daya dan rekayasa, serta kekufuran yang menjijikkan. "Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran." Maksudnya, tidak akan pernah mendatangkan manfaat sedikit pun dan tidak pula akan dapat menempati posisi kebenaran. Dan di dalam hadits shohih telah ditetapkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah sedusta-dustanya ucapan." Firman Allah Ta'ala: "Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami." Maksudnya, berpaling dan menjauh dari orang yang berpaling dari kebenaran serta menyelisihi orang tersebut. Firman-Nya: "Dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi." Maksudnya, keinginan dan pengetahuannya didominasi oleh dunia saja, dan itulah yang menjadi tujuan puncak yang didalamnya tidak mengandung kebaikan sama sekali. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman: "Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka." Yakni, mencari dan mengejar dunia, dan itulah tujuan akhir yang mereka capai. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ummnul Mukminin Aisyah ra, ia berkata: "Rasulullah saw bersabda: 'Dunia ini adalah tempat tinggal yang tidak mempunyai rumah, harta bagi orang yang tidak mempunyai harta benda. Dan karenanya (dunia) orang-orang yang tidak berakal berlomba-lomba untuk mengumpulkannya.'" Dan dalam sebuah do'a dari Rasulullah saw disebutkan: "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai puncak cita-cita dan tujuan akhir pengetahuan kami." Firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya. Dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." Maksudnya, Dia adalah pencipta bagi seluruh makhluk, Maha Tahu kemaslahatan hamba-hamba-Nya, dan Dialah yang memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki-Nya. Dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki pula. Semua itu karena kekuasaan, ilmu, dan hikmah-Nya. Dan Dia Maha Adil, Yang Tidak akan berbuat aniaya sama sekali, baik dalam syariat maupun kekuasaan-Nya.
Allah Ta'ala memberitahukan bahwa Dia adalah Penguasa Langit dan Bumi, dan Dia sama sekali tidak memerlukan pihak lain. Dia yang mengatur makhluk-Nya dengan penuh keadilan dan menciptakan makhluk dengan benar. "Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat kepada apa yang telah mereka kerjakan. Dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." Maksudnya, Dia akan memberikan balasan kepada setiap individu sesuai dengan amalnya. Jika amalnya baik, maka akan dibalas dengan kebaikan, dan keburukan dibalas dengan keburukan. Kemudian, Allah SWT menjelaskan orang-orang yang berbuat baik sebagai orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Artinya, mereka tidak mengerjakan semua itu. Kalaupun ada diantara mereka ayng mengerjakan dosa-dosa kecil, maka sesungguhnya Dia akan memberikan ampunan keapda mereka dan menutupinya. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam ayat yang lain: "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil). Dan Kami masukkan ke tempat yang mulia (surga)." (QS Annisa: 31).
Sedangkan di sini Allah berfirman "Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil." Yang demikian itu merupakan istitsna' munqathi (pengecualian terputus), karena al-lamam itu merupakan bagian-bagian dari dosa-dosa kecil dan amal-amal yang tidak terpuji. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: "Aku tidak pernah melihat suatu perkara yang lebih menyerupai al-lamam selain dari apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, Beliau bersabda: 'Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menetapkan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang ia pasti akan mengalaminya, tidak mungkin tidak. Zina mata berupa pandangan, zina lidah berupa perkataan, sedangkan hati mengangankan dan menginginkan, dan kemaluan-(lah) yang membenarkan atau mendustakan hal itu.'" Hadits tersebut diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Ash-Shahihain. Mengenai firman-Nya: "Selain kesalahan-kesalah kecil," Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: "Kecuali hal-hal yang telah berlalu." Demikian pula yang dikemukakan oleh Zaid bin Aslam.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid mengenai ayat ini: ia berkata: "Yaitu orang yang mengerjakan perbuatan dosa kemudian meninggalkannya."
Seorang penyair pernah mengungkapkan:
"Jika Engkau memberikan ampunan, ya Allah,
maka Engkau mengampuni (dosa) yang banyak,
dan siapakah hamba-Mu
yang tidak berbuat dosa kecil?"
Dan telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan yang lainnya secara marfu' (sampai kepada Nabi) dari Ibnu Abbas (tentang ayat):
"Orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil," ia berkata: "Yakni orang yang mengerjakan perbuatan keji lalu bertobat." Dan ia menceritakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
"Jika Engkau memberikan ampunan, ya Allah, maka Engkau mengampuni (dosa) yang banyak, dan siapakah hamba-Mu yang tidak pernah berbuat dosa kecil?"
Demikianlah hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ahmad bin Utsman al-Bashri, dari Abu 'Ashim an-Nabil. Kemudian at-Tirmidzi mengungkapkan: "Hadits tersebut shahih hasan gharib, yang kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Zakaria bin Ishaq." Demikian pula yang dikemukakan oleh al-Bazzar dimana ia berkata: "Kami tidak mengetahui (bahwa hadis itu) diriwayatkan secara muttashil (tersambung) kecuali dari sisi ini. Hal itu pula yang disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al-Baghawi dari hadits Abu 'Ashim an-Nabil. Al-Baghawi menyebutkannya ketika menafsirkan surat Tanziil, dan mengenai keshahihannya sebagai marfu' masih dipertanyakan."
Mengenai firman-Nya ini: "Kecuali kesalahan-kesalahan kecil", al-'Aufi mengatakan dari Ibnu Abbas ra: "Segala dosa yang berstatus antara dua had (hukuman); had dunia dan had akhirat yang dapat dihapuskan oleh shalat, maka ia termasuk al-lamam (dosa kecil), yaitu dosa-dosa yang statusnya dibawah setiap dosa yang mewajibkan adanya had. Adapun had dunia adalah setiap hukuman yang oleh Allah diberikan di dunia, sedang had akherat adalah setiap dosa yang oleh Allah diakhiri dengan ancaman api Neraka dan ditangguhkan hukumannya di akhirat (seharusnya dunia-Vick)."
Demikian pula yang dikemukakan oleh Ikrimah, Qatadah, dan adh-Dhahak. Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas ampunan-Nya." Maksudnya, rahmat-Nya mencakup segala sesuatu dan ampunan-Nya pun meliputi segala macam dosa bagi siapa saja yang bertaubat darinya.
Dan firman-Nya: "Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikanmu dari tanah." Maksudnya, Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui keadaan, perbuatan dan ucapan kalian, serta apa yang terjadi pada diri kalian ketika Dia menciptakan ayah kalian, Adam dari tanah yang mengeluarkan keturunannya dari tulang rusuknya bagaikan dzarrah (atom). Kemudian Dia membagi mereka semua menjadi dua golongan. Satu golongan ke Surga dan golongan lainnya ke Neraka.
Demikian juga firman-Nya: "Dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu." Malaikat yang diserahi tugas telah menuliskan rizki, ajal, amal, kebahaiaan atau kesengsaraan. Mak-hul mengatakan: "Kita semua dahulu menjadi janin dalam perut ibu kita. Ada di antara (kita) yang gugur dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Kemudian kita menjadi bayi, tetapi ada di antara kita yang meninggal, dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Kemudian kita tumbuh menjadi Kanak-kanak sehingga ada di antara kita yang meninggal dan kita termasuk yang tetap hidup. Setelah itu tumbuh menjadi dewasa sehingga ada di antara kita yang meninggal dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Kemudian kita menjadi tua tanpa Orangtua, lalu apa lagi yang harus kita tunggu?" Demikian yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Firman Allah Ta'ala: "Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci." Maksudnya, janganlah kamu memuji dan mensyukuri diri kalian serta beharap banyak terhadap amalan kalian. "Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa."
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, dari Muhammad bin 'Amr bin 'Atha, ia berkata: "Aku telah memberi nama anak perempuanku dengan Barrah. Kemudian Zainab binti Abi Salamah berkata kepadaku bahwa Rasulullah bersabda :
'Janganlah kalian anggap diri kalian suci, sesungguhnya Allah lebih mengetahui orang-orang yang baik di antara kalian.'
Para sahabat bertanya: 'Lalu dengan apa kami boleh memberinya nama?' Beliau menjawab: 'Namailah ia Zainab.'"
Dan juga telah ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari ayahnya, ia berkata: "Ada seseorang yang memuji orang lain di sisi Nabi, maka beliau bersabda: 'Celaka engkau, engkau telah memenggal leher temanmu berkali-kali. Jika salah sesorang di antara kalian harus memuji temannya, maka hendaklah ia mengatakan: 'Aku hanya mengira tentang si fulan. Allah-lah yang mengetahuinya dengan sebenarnya, dan aku tidak menganggap orang lain terpuji dengan mendahului Allah, 'aku kira dia begini dan begitu', jika ia mengetahui orang itu memang demikian.'"
Demikian hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah melalui jalan Khalid al-Hadza'.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Hamam bin Harits, ia berkata: "Ada seseorang yang datang kepada Utsman, lalu ia memujinya di hadapannya. Kemudian al-Miqdad bin al-Aswad menaburkan tanah pada wajahnya seraya berkata: 'Rasulullah memerintahkan kepada kami apabila bertemu dengan orang-orang yang suka memuji-muji agar menaburkan tanah pada wajah mereka." Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud dari hadits ats-Tsauri dari Manshur.
Allah berfirman, mencela orang-orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya, sebagaimana ayng difirmankan dalam surat al-Qiyaamah: "Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan al-Quran) dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran)." "Serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi?" Ibnu Abbas ra mengatakan: "Taat sebentar dan kemudian berhenti lagi." Demikian pula yang dikemukakan oleh Mujahid, Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Qatadah dan lain-lain. Ikrimah dan Sa'id mengemukakan: "Seperti suatu kaum, jika mereka menggali sumur dan ketika melakukan penggalian itu mereka menemukan batu besar yang menghalangi untuk menyelesaikan penggalian tersebut, lalu mereka berkata: 'Sampai di sini saja,' kemudian mereka tidak melanjutkan penggalian."
Dan firman Allah Ta'ala: "Apakah dia mempeunyai pengetahuan tentang yang ghaib sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)?" Maksudnya, apakah orang yang tidak mau mengulurkan tangannya untuk berinfak dan berbuat baik itu mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib bahwa yang dimilikinya itu akan habis, sehingga ia menahan diri untuk berbuat kebajikan padahal ia mengetahui hal itu dengan nyata? Dengan kata lain, persoalannya tidaklah seperti itu. Tetapi keengganan membayar shadaqah, berbuat kebaikan dan kebajikan serta menyambung silaturahmi semata-mata karena kekikiran, kebakhilan dan kekhawatiran. Dan Allah Ta'ala telah berfirman: "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dan Dia sebaik-baik pemberi rizki." (QS. Saba: 39).
Firman-Nya lebih lanjut: "Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa?" Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?" Sa'id bin Jubair dan ats-Tsauri berkata: "Yakni menyampaikan semua yang diperintahkan kepadanya." Mengenai firman-Nya: Ibnu Abbas mengatakan: "Yakni menyempurnakan janji kepada Allah dengan melaksanakan tugas penyampaian." Dan mengenai hal yang sama, Qatadah mengatakan: "Yakni mentaati Allah dan menyampaikan risalah-Nya kepada semua makhluk-Nya." Inilah pendapat yang menjadi pilihan Ibnu Jarir, yang ia mencakup pengertian sebelumnya. Dan pendapat tersebut diperkuat oleh firman Allah Ta'ala: "Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai imam bagi seluruh umat manusia." (QS. Al-Baqarah: 124).
Lalu ia menunaikan seluruh perintah dan menjauhi semua larangan serta menyampaikan risalah secara lengkap dan sempurna. Dengan demikian, ia berhak menjadi pemimpin umat manusia yang akan menjadi panutan dalam seluruh keadaan, ucapan dan perbuatannya. Allah telah berfirman: "Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): 'Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif.' Dan bukanlah ia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb." (QS. An-Nahl:123).
Di dalam kitabnya, at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abud Darda' dan Abu Dzarr, dari Rasulullah, dari Allah bahwasanya Dia telah berfirman: "Wahai anak Adam, ruku'lah kepada kepada-Ku empat kali dari permulaan siang, niscaya engkau akan diberi kecukupan pada akhir siang."
Kemudian Allah Ta'ala menjelaskan apa yang Dia wahyukan dalam lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa, dimana Dia berfirman: "Bahwasanya seorang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain," Maksudnya, setiap jiwa yang menzhalimi dirinya sendiri dengan suatu kekufuran atau suatu perbuatan dosa, maka dosa itu untuk dirinya sendiri tidak akan ditanggung oleh orang lain, sebagaimana yang Dia firmankan: "Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (orang yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya." (QS. Faathir: 18).

Firman-Nya lebih lanjut: "Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." Maksudnya, sebagaimana dosa orang lain tidak akan dibebankan kepadanya, maka demikian pula ia tidak akan mendapatkan pahala melainkan dari apa yang telah diusahakannya sendiri. Dari ayat ini pula Imam Asy-Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa mengirimkan pahala bacaan al-Quran itu tidak akan sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia, karena bacaan itu bukan amal dan usaha mereka. Oleh karena itu, Rasulullah tidak pernah mensunnahkan atau memerintahkan umatnya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, beliau juga tidak pernah membimbing umatnya berbuat demikian, baik dalam bentuk nash maupun isyarat. Dan perbuatan itu juga tidak pernah dinukil dari para Sahabat. Sekiranya hal itu merupakan suatu hal yang baik, niscaya mereka akan mendahului kita semua dalam mengamalkannya. Dan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah harus didasarkan pada nash-nash, tidak boleh didasarkan pada berbagai qiyas dan pendapat semata. Sedangkan doa dan amal jariyah sudah menjadi kesepakatan para ulama dan ketetapan nash syariat bahwa hal itu sampai kepada si mayit.
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "Rasulullah bersabda: 'Jika seseorang wafat, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu: anak shalih yang mendo'akannya, shadaqah jariyah setelahnya, dan ilmu yang bermanfaat." (HR. Muslim).
Ketiga perkara tersebut pada hakikatnya merupakan usaha dan kerasnya semasa hidup, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits: "Sesungguhnya, sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah (makanan yang) berasal dari usahanya, dan sesungguhnya anaknya itu termasuk dari hasil usahanya."

Shadaqah jariyah itu hasilnya dapat berupa wakaf dan lain sebagainya, yang semua itu merupakan bekas dan peninggalan amal dan wakaf mereka. Dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan," dan ayat seterusnya. (QS. Yaasin:12).

Ilmu yang disebarluaskan dan kemudian diikuti oleh banyak orang setelahnya juga termasuk amal dan usahanya. Dan dalam hadits shahih telah ditegaskan, Rasulullah bersabda: "Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa harus mengurangi sedikit pun pahala mereka."

Dan firman-Nya: "Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)," yakni pada hari kiamat kelak. Maksudnya, Allah akan memberitahukan (amal) kepada kalian sekaligus memberikan balasan atasnya dengan sepenuhnya. Jika berupa kebaikan, maka akan dibalas dengan kebaikan, dan jika berupa keburukan, maka akan dibalas pula dengan keburukan. Demikianlah Allah berfirman disini: "Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna."

Allah berfirman: "Dan bahwasanya kepada Rabb-mulah kesudahan (segala sesuatu)." Yakni, tempat kembali pada hari kiamat kelak. Ibnu Abi Hatim menceritakan dari 'Amr bin Maimun al-Audi, ia berkata bahwa Mu'adz bin Jabal pernah berdiri di tengah-tengah kami, lalu ia berkata: "Wahai Bani Aud, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah kepada kalian. Ketahuilah bahwa tempat kembali kepada Allah itu bisa ke Surga atau ke Neraka." Al-Baghawi menyebutkan dari Ubay bin Ka'ab, dari Nabi saw mengenai firman-Nya: "Dan bahwasanya kepada Rabb-mulah kesudahan (segala sesuatu)," beliau berkata: "Tidak ada pemikiran terhadap Rabb (Allah)." Dan dalam hadits shahih disebutkan : "Syaitan akan mendatangi salah seorang di antara kalian seraya bertanya: 'Siapakah yang telah menciptakan ini dan siapa pula yang menciptakan itu?' Hingga akhirnya ia bertanya: 'Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?' Dan jika salah seorang diantara kalian sampai kepada hal tersebut maka mohonlah perlindungan kepada Allah dan menghentikan pertanyaan." (Muttafaq alaih)

Firman Allah Ta'ala: "Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." Maksudnya, Allah telah menciptakan tawa dan tangis serta sebab-sebab pada diri hamba-hambaNya. Yang keduanya merupakan dua hal yang berbeda." Dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan." "Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasangan laki-laki dan perempuan. Dari air mani apabila dipancarkan."
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati)." Maksudnya, sebagaimana Dia telah menciptakan kejadian permulaan, maka Dia pasti berkuasa untuk mengembalikan, yaitu kejadian yang terakhir pada hari kiamat. "Dan bahwasanya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan." Maksudnya, menyerahkan kepemilikan harta kepada hamba-hambaNya dan menjadikan harta itu sebagai hak milik yang sangat berharga bagi mereka. Mereka tidak perlu membeli terlebih dahulu. Ini merupakan kesempurnaan nikmat bagi mereka. Dan berkisar pada pengertian itulah ungkapan para ahli tafsir.
FirmanNya lebih lanjut: "Dan bahwasanya Dialah Rabb (yang memiliki) bintang syi'ra." Ibnu Abbas, Mujahid, Qotadah, Ibnu Zaid dan yang lain-lain berkata: "Ia termasuk bintang yang sangat terang yang diberi nama marzamul jauza', yang disembah oleh sekelompok masyarakat Arab." "Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum A'ad yang pertama." Yakni, kaum Hud yang dikenal dengan A'ad bin Iram bin Saam bin Nuh, mereka adalah manusia yang paling kasar, kuat dan paling ingkar kepada Allah dan RasulNya, maka Allah pun membinasakan mereka: "Dengan angin yang sangat dingin lagi sangat kencang, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama 7 malam dan 8 hari terus-menerus." (QS. Al-Haqqoh: 6-7)
Dan firman Allah Ta'ala berlanjut: "Dan kaum Tsamud. Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya." Maksudnya, Dia membinasakan mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang tersisa."Dan kaum Nuh sebelum itu." Yakni sebelum orang-orang itu. "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zhalim dan paling durhaka." Maksudnya, yang lebih ingkar dari orang-orang yang hidup setelahnya. "Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah." Yakni, kota-kota tempat Luth. Kota-kota itu dibalikkan, sehingga bagian atas berubah menjadi bagian bawah. Dan kepada mereka diturunkan hujan batu dari Sijjil (tanah panas) secara bertubi-tubi. Oleh karena itu Dia berfirman: "Lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya." Yakni, berupa batu-batu yang telah dikirimkan Allah kepada mereka: "Dan Kami hujani mereka dengan hujan batu, maka sangat jelek hujan yang menimpa orang-orang yang diberi peringatan itu." (QS. Asy-syuara 173)
FirmanNya: "Maka terhadap nikmat Rabb yang manakah kamu ragu-ragu." Maksudnya, pada nikmat manakah yang telah dikaruniakan Allah kepadamua, wahai manusia yang kamu ragukan itu. Demikianlah yang telah dikemukakan oleh Qatadah.

"Ini adalah seorang pemberi peringatan." Yakni, Muhammad saw. "Diantara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu." Yakni, dari jenis mereka sendiri. Beliau diutus sebagaimana para Nabi as telah diutus. Sebagaimana yang difirmankanNya: "Katakanlah: 'Aku bukan rasul pertama diantara para rasul.'" (QS. Al-Ahqaf: 9)
Kemudian Allah berfirman: "Telah dekat terjadinya hari kiamat." Yakni, suatu kejadian yang dekat sudah semakin mendekat, yaitu hari kiamat. "Tidak ada yang akan menyatakan kejadian terjadinya hari itu selain Allah." Maksudnya, tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya selain Allah, dan tidak ada yang mempunyai pengetahuan tentangnya kecuali hanya Dia semata.
Kata 'an-nadzir' artinya peringatan kepada keburukan yang sudah nyata yang dikhawatirkan akan menimpa orang yang diperingatkan. Sebagaimana firmanNya: "Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagimu sebelum (menghadapi) azab yang keras." (QS Saba':46)
Imam Ahmad meriwayatkan, Anas bin Iyadh memberi tahu kami, Abu Hatim memberitahuku, aku tidak mengetahui kecuali dari Sahl bin Sa'ad, ia berkata "Rasulullah saw bersabda: 'Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil, sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil seperti kaum yang singgah di perut lembah, lalu mereka masing-masing mencari sepotong ranting dan mengumpulkannya, sehingga ranting-ranting itu dapat mematangkan roti mereka. Dan kapan saja pelakunya disiksa karenanya, maka ia akan membinasakannya."

Abu Hazim berkata: "Rasulullah saw bersabda, Abu Nadhrah berkata, 'Aku tidak mengetahui kecuali dari Sahl bin Sa'ad :
"Perumpamaan diriku dan perumpamaan hari kiamat adalah seperti ini."
Dan beliau menumpulkan (merapatkan) antara dua jarinya, jari tengah dan telunjuk. Setelah itu berliau bersabda: "Perumpamaanku dan perumpamaan hari kiamat adalah seperti seseorang yang diutus kaumnya untuk melakukan pengintaian. Ketika ia khawatir didahului, ia mengisyaratkan dengan bajunya: 'Kalian telah datang, kalian telah datang."
Lebih lanjut beliau bersabda:
'Dan itu adalah aku.'"
Dan hadits tersebut mempunyai beberapa syahid dari beberapa sisi lain yang termasuk hadits-hadits shahih dan hasan.

Kemudian Allah berfirman seraya menentang orang-orang musyrik mengenai sikap mereka yang mendengarkan al-Quran, namun berpaling darinya: "Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini" karena keadaannya memang benar. "Dan kamu menertawakan" dengan maksud melongok dan menghina, "Dan tidak menangis" Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang yakin terhadapnya, seperti yang diberitakan tentang mereka: "Dan mereka menyungkur di atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu". (QS Al-Israa:09).

Firman Allah Ta'ala: ""Sedang kamu melengahkan(nya)" Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari ayahnya. dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: "Lagu (nyanyian) sangat menjadikan kami lengah." Demikian pula yang dikemukakan oleh Ikrimah. Dan dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas tentang 'samidun' ia berkata: "Yakni berpaling", Begitu pula yang dikemukakan oleh Mujahid dan Ikrimah. Sedangkan Al-Hasan berkata: "Yakni orang-orang yang lengah." Dan itu merupakan riwayat dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Juga sebuah riwayat dari Ibnu Abbas: "Yaitu orang-orang yang sombong." Hal yang sama dikemukakan oleh as-Suddi.

Lebih lanjut, Allah Ta'ala berfirman seraya memerintahkan hamba-hambaNya untuk bersujud kepada-Nya serta beribadah sesuai dengan ajaran Rasul-Nya, bertauhid dan ikhlas: "Maka bersujudlah kepada Allah dan ibadahilah (Dia)." Artinya, tunduklah kalian kepada-Nya, ikhlaskan dan tauhidkanlah Dia.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Nabi melakukan sujud ketika membaca surat an-Najm, dan kaum Muslimin melakukan sujud bersama beliau, dan juga orang-orang musyrik, jin dan manusia." (HR. Al-Bukhari)