Selasa, 09 Juni 2009

Tafsir Al-Qomar 1-30

Telah disebutkan dalam hadits Abu Waqid al-Laitsi bahwa Rasulullah saw pernag membaca surat Qaaf dan Iqtarabatis Saa'ah (al-Qomar) dalam shalat Idul Adha dan Idul Fitri. Kedua surat itu juga dibaca beliau dalam pertemuan-pertemuan besar, karena keduanya mengandung penyebutan tentang janji, ancaman, permulaan penciptaan dan pengulangannya, tauhid serta penetapan tentang adanya kenabian, dan tujuan-tujuan besar lainnya.
Allah SWT memberitahukan tentang semakin dekatnya hari kiamat, kekosongan dan berakhirnya dunia. Sebagaimana yang difirmankan-Nya: "Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar ia disegerakan." (QS An-Nahl:1).
Dia juga berfirman: "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amal mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling." (QS. Al-Anbiyaa:1).
Dan hal itu telah disebutkan dalam beebrapa hadits. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: "Kami pernah duduk bersama Rasulullah sedang matahari berada di bagian barat setelah Ashar, maka beliau bersabda: 'Umur kalian dibandingkan dengan umur orang-orang terdahulu seperti yang tersisa dari siang yang telah berlalu ini."
Imam Ahmad meriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad, ia bercerita: "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: 'Jarak antara diutusnya aku dengan hari kiamat seperti ini." Beliau mengisyaratkan (menunjukkan) jari telunjuk dan jari tengahnya. Hadits ini diriwayatkan juga oleh al-Bukhari dan Muslim, dari hadits Abu Hazim Salamah bin Dinar.
Dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Wahb as-Sawa-i, ia berkata: Rasulullah bersabda: 'Jarak antara diutusnya aku dengan hari Kiamat seperti ini dan ini, hampir saja ia mendahuluiku.'
Al-A'masy menggabungkan antara jari telunjuk dengan jari tengah(nya).
Firman Allah Ta'ala: "Dan bulan telah terbelah." Peristiwa tersebut pernah terjadi pada zaman RAsulullah. Sebagaimana ayng disebutkan dalam beberapa hadits mutawatir dengan sanad-sanad shahih. Dan dalam hadits shahih juga disebutkan dari Ibnu Mas'ud, bahwasanya ia berakta: "Lima perkara yang telah terjadi: penaklukan kota Romawi, kepulan asap, kematian, siksaan yang keras dan tebelahnya bulan."
Dan yang demikian itu merupakan perkara yang telah disepakati oleh para ulama, bahwa terbelahnya bulan itu telah terjadi pada zaman Nabi dan termasuk salah satu mukjizat hebat.

BEBERAPA HADITS YANG BERKENAAN DENGAN HAL TERSEBUT

1. Riwayat Anas bin Malik
Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: "Penduduk Mekkah pernah meminta kepada Nabi saw (mengenai) suatu tanda (kekuasaan Allah), maka terbelahlah bulan di Makkah (yang terjadi) dua kali. Kemudian beliau membaca "Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan." (HR. Muslim).
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa penduduk Mekkah pernah meminta Rasulullah memperlihatkan kepada mereka tanda (kekuasaan Allah). Lalu beliau memperlihatkan kepada mereka bulan terbelah menjadi dua sehingga mereka meliah celah diantara kedua belahan itu.
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim juga meriwayatkan dari hadits Yununs bin Muhammad al-Muaddib, dari Syaiban dari Qatadah.

2. Riwayat Abdullah bin Abbas
Imam al-Bukhari meriayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Bulan pernah terbelah pada zaman Nabi." Juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Bakr bin Mudharr, dari Ja'far bin Rabi'ah, dari 'Arak dengan lafazh sepertinya.

3. Riwayat Abdullah bin Mas'ud
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia bercerita: "Bulan pernah terbelah menjadi dua pada masa Rasulullah sehingga mereka melihatnya, maka beliau bersabda: 'Saksikanlah.'" Dan demikianlah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Sufyan bin Uyainah.

Imam al-Bukhari meriwayatkan Abudh Dhuha menceritakan dari Masruq, dari Abdullah di Makkah.
Imam al-Baihaqi meriwayatkan Abu Abdillah al-Hafizh memberitahu kami dari Abdullah, ia berkata: "Bulan pernah terbelah di Mekkah sehingga menjadi dua bagian, lalu orang-orang kafir Quraisy dari kalangan penduduk Makkah berkata: 'Ini adalah sihir yang dilakukan terhadap kalian oleh Ibnu Abi Kabsyah. Tunggulah para musafir, jika mereka melihat apa yang kalian lihat, maka yang demikian itu benar adanya, dan jika mereka tidak melihat apa yang kalian lihat, maka yang demikian itu merupakan sihir yang dilakukan terhadap kalian." Abdullah melanjutkan: "Kemudian para musafir yang dateng dari seluruh penjuru ditanya, maka mereka menjawab: 'Kami melihatnya.'" Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari hadits al-Mughirah dan ada tambahan, yaitu Allah Wa Jalla berfirman: "Telah dekat (datangnya) saati itu dan bulan telah terbelah."
Firman Allah Ta'ala: "Dan jjika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda,". Yakni dalil hujjah dan bukti, "Mereka berpaling." Maksudnya, mereka tidak mau tunduk karenanya, bahkan mereka menjauhkan diri dan meninggalkannya di belakang punggung mereka." Dan mereka berkata: '(Ini adalah) sihir yang terus menerus.'" Maksudnya, mereka mengatakan: "Hujjah-hujjah yang kami saksikan ini merupakan sihir yang ditujukan kepada kami. Dan kata 'mustamir' berarti menghilang. Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid, Qotadah, dll. Artinya, akan berakhir, menghilang, dan tidak akan terus menerus. "Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka." Maksudnya, mereka mendustakan kebenaran pada saati kebenaran itu dateng kepada mereka serta mengikuti apa yang diperintahkan oleh pikiran dan hawa nafsu mereka, karena kebodohan dan kepicikan akal pikiran mereka.
Firman-Nya: "Sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya." Qotadah mengatakan: "Artinya, baha kebaikan itu pasti akan berpihak kepada orang-orang yang baik dan keburukan itu pasti akan menimpa orang-orang yang berbuat keburukan. Mengenai firman-Nya: "Sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya," Mujahid mengatakan : "Yakni, hari kiamat".
Firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah." Yakni, beberapa berita tentang kisah umat-umat mendustakan para rasul serta berbagai hukuman, azab, dan siksaan yang menimpa mereka yang juga telah dibacakan kepada mereka di dalam al-Quran ini: "Yang didalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran)." Yakni, pada kisah-kisah tersebut terdapat larangan berbuat syirik dan terus-menerus dalam kedustaan.
Firman Allah Ta'ala selanjutnya: "Itulah suatu hikmah yang sempurna." Yakni, di dalam petunjuk yang diberikan Allah Ta'ala kepada orang yang diberiNya petunjuk dan penyesatan orang-roang Dia sesatkan. "Maka, peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka)." Mksudnya, masihkah peringatan bermanfaat bagi orang yang ditetapkan sengsara oleh Allah Ta'ala dan hatinya dikunci? Lalu, siapakah yang dapat memberikan petunjuk setelah Allah? Dan ayat ini sebagaimana firman-Nya: "Katakanlah: 'Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat, maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepadamu semua.'" (QS Al-An'am: 149).
Allah SWT berfirman: "Hai Muhammad, berpalinglah kamu dari orang-orang yang jika melihat tanda-tanda kekuasaan mereka berpaling seraya berkata: 'Ini adalah sihir yang terus menerus.' Berpalinglah kamu dan tunggulah mereka, 'Pada hari penyeru berseru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan.'" Mksudnya, terhadap suatu yang tidak disenangi lagi mengerikan, yaitu suasana penghisaban, semua cobaan, kegoncangan dan hal-hal mengerikan. "Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka," Maksudnya, hinanya pandangan mereka, "Mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan." Yakni, mereka menuju tempat penghisaban seakan-akan bertebaran dan berjalan cepat sebagai bentuk pemenuhan seruan, seperti belalang yang beterbangan di udara. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman: "Mereka dateng dengan cepat kepada penyeru itu." Maksudnya, mereka tidak menentang dan tidak pula mengakhirkan . "Orang-orang kafir berkata: 'Ini adalah hari yang berat.'" Yakni, hari yang sangat mengerikan, bermuka masam, dan penuh kesulitan.

Allah SWT berfirman : "Telah mendustakan, 'Sebelum kaummu itu , hai Muhammad.' Kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami." Yakni, mereka memperlihatkan kedustaan mereka secara lantang kepada-Nya dan menuduhnya gila, "Dan mereka mengatakan: 'Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.'" Mujahid mengatakan: "Kata 'izdajar' berarti dianggap gila." ada juga yang mengatakan: "Yakni, mereka menekan dan mengancamnya: 'Jika engkau tidak hentikan hai Nuh, niscaya engkau termasuk orang-orang yang dirajam.'" Demikian menurut penafsiran Ibnu Zaid. "Maka, dia mengadu kepada Robb-nya: "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan oleh sebab itu tolonglah (aku).'" mAksudnya, sesungguhnya aku terlalu lemah untuk menghadapi dan melawan mereka. Karenanya, berikanlah bantuan untuk menegakkan agama-Mu. Allah Ta'ala berfirman: "Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah." As-Suddi mengatakan: "Yakni, yang melimpah." "Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air." Maksudnya, seluruh penjuru bumi memancarkan air, bahkan sampai tempat yang panas sekalipun juga menyemburkan air. "Maka bertemulah air-air itu," Yakni dari langit dan bumi, "Untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan." "Dan Kami angkat Nuh keatas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku," Ibnu Abbas, Said bin Zubair, Al-Qurtubi, Qotadah, dan Ibnu Zaid berkata: "Yaitu paku." Pendapat ini juga menjadi pilihan Ibnu Jarir.
Firman-Nya: "Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami." Maksudnya, atas perintah dan pengawasan Kami serta berada di bawah penjagaan Kami, "Sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)." Maksudnya, sebagai balasan bagi mereka atas kekufuran mereka kepada Allah Ta;ala, sekaligus sebagai pertolongan bagi Nuh as.
Firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran," Qotadah mengatakan: "Allah membiarkan kapal Nuh, sehingga diketahui oleh orang-orang pertama dari ummat ini. Yang jels, bahwa yang dimaksudkan dengan hal itu adalah jenis kapal. Sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu." (QS. Yasin: 41-42).
Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: "Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?" Maksudnya, apakah ada orang yang mau mengingat dan menjadikannya sebagai nasihat?
Firman Allah Ta'ala: "Maka alangkah dahsyatnya adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku." Maksudnya, bagaimanakan adzab-Ku terhadap orang-orang kafir kepada-Ku dan mendustakan rasul-rasul-Ku serta tidak mengambil pelajaran dari peringatan yang telah mereka bawa. Dan bagaimana Aku memberikan pertolongan kepada para utusan-Ku dan tuntutan pembalasan-Ku untuk mereka. "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran." MAksudnya, telah Kami mudahkan lafazhnya dan Kami mudahkan pula peringatannya bagi orang-orang yang hendak memberikan peringatan kepada uamt manusia. Mengenai firman-Nya: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran." Mujahid mengatakan: "Yakni, bacaannya menjadi mudah." As-Suddi mengatakan: "Artinya, Kami mudahkan bacaannya bagi semua lidah." Sedangkan Adh-Dhahak menceritakan dari Ibnu Abbas: "Seandainya Allah tidak memberi kemudahan pada lidah anak cucu Adam, niscaya tidak ada seorang pun makhluk yang dapat mengucapkan firman Allah wa Jalla." Aku katakan bahwa diantara kemudahan yang diberikan Allah kepada umat manusia adalah membaca al-Quran seperti yang dijelaskan sebelumnya dari Nabi saw, dimana beliau bersabda: "Sesungguhnya al-Quran ini diturunkan dalam tujuh huruf (dialek)." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dll)
Kami telah menguraikan hadits dengan beberapa jalan dan lafazh-lafazhnya masing-masing, sehingga tidak perlu lagi diulangi disini. Segala puji dan sanjungan hanya tertuju kepada Allah.
Dan firman-Nya: "Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?" MAksudnya, adakah orang yang mengambil pelajaran dari al-Quran ini yang telah dimudahkan oleh Allah Ta'ala menghafal dan memahami maknanya?
Mengenai firman Allah Ta'ala: "Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?" Ibnu Abi Hatim menceritakan dari Mathar al-Waroq: "Apakah ada orang yang mau mencari ilmu sehingga ia akan diberikan pertolongan melakukannya?" demikianlah yang dita'liq oleh al-Bukhari dengan shighah Jazm dari Mathor al-Waroq. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan hal yang senada diriwayatkan dari Qotadah sepertinya.
Allah berfirman seraya menceritakan kisah tentang kaum 'Aad yang merupakan kaum Hud. Dimana mereka juga telah mendustakan Rasul mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nuh. Dan bahwasanya Allah telah mengirimkan: "Kepada mereka angin yang sangat kencang." Yakni, angin yang benar-benar sangat dingin. "Pada hari nahas," bagi mereka. Demikian yang dikemukakan oleh adh-Dhahak, Qotadah dan as-Suddi. "Yang terus-menerus" Yakni, kenaasan dan kehancuran itu secara berkelanjutan melanda mereka. Karena saat itu merupakan hari dimana siksaan duniawi mereka bertautan dengan siksaan akhirat.
Firman Allah: "Yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang." Hal itu karena angin itu menerpa seseorang dari mereka lalu menerbangkannya sehingga hilang dari pandangan. Kemudian dibanting dengan kepala dibawah, sehingga jatuhlah ke tanah. Maka kepalanya hancur dan yang tersisa tinggallah badan tanpa kepala. Oleh karena itu Allah berfirman: "Seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang-orang yang mengambil pelajaran?"

Ini adalah berita tentang kaum Tsamud, dimana mereka telah mendustakan Rasul mereka, Shalih as: "Maka mereka berkata: 'Bagaimana kita akan mengikuti (begitu) saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu, benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila.'" Mereka mengatakan: "Sesungguhnya kita gagal dan merugi jika menyerahkan kepemimpinan kepada salah seorang diantara kita." Kemudian mereka merasa heran dengan diturunkannya wahyu (secara) khusus kepadanya tanpa melibatkan mereka. Selanjutnya mereka menuduhkannya sebagai seorang pendusta, dimana mereka berkata: "Sebenarnya dia adalah seorang yang sangat pendusta lagi sombong." Maksudnya, berlebihan hingga melampaui batas kedustaan. Allah Ta'ala berfirman : "Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya sangat pendusta lagi sombong." Yang demikian itu merupakan kecaman yang keras dan ancaman yang teramat sangat.
Setelah itu Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaab bagi mereka", yakni sebagai ujian bagi mereka. Allah Ta'ala mengeluarkan seekor unta betina yang sangat besar dan sedang mengandung dari batu tak bercelah untuk mereka, sesuai dengan apa yang mereka minta, agar menjadi hujjah Allah atas mereka mengenai kebenaran Shalih as perihal risalah yang ia bawa.
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman seraya memerintahkan hamba dan Rasul-Nya, Shalih "Maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah". Maksudnya, tunggulah perkara yang akan menimpa mereka kelak dan bersabarlah terhadap mereka, karena kesudahan yang baik dan pertolongan di dunia dan akhirat hanyalah untukmu. "Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka." Yakni, satu hari bagi mereka dan satu hari lagi untuk unta.
Firman Allah Ta'ala: "Tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran)." Mujahid mengatakan: "Jika unta betina itu tidak datang, mereka pun segera mendatangi air tersebut. Dan bila unta betina itu datang, mereka pun segera memerah susu."
Selanjutnya Allah berfirman "Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya." Para ahli tafsir mengemukakan: "Dialah yang membunuh unta tersebut dan dia bernaam Qadar bin Salif. Dia adalah orang yang paling celaka diantara kaumnya. Hal itu sebagaimana firman-Nya "Ketika mengutus orang yang paling celaka diantara mereka." (QS Asy-Syams: 12)
Firman-Nya "Lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. Alangkah dahsyatnya Adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku." Maksudnya, maka Kami menjatuhkan hukuman kepada mereka. Bagaimana (dahsyatnya) hukuman-Ku kepada mereka lantaran kekufuran mereka kepada-Ku dan tindakan mereka mendustakan Rasul-Ku. "Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang." Maksudnya, mereka semua binasa, tidak ada seorang pun dari mereka yang tersisa, mereka menjadi lapuk sebagaimana melapuknya tanaman yang kering. Demikian yang dikatakan oleh banyak ahli tafsir.
Dan kata Al-Muhtazhir, As-Suddi mengatakan bahwa maknanya berarti ladang yang terdapat di padang Sahara ketika mengering, terbakar dan diterpa angin, dari firman-Nya: "Seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang." Dan pendapat pertamalah yang lebih kuat. wallahu a'lam.