Selasa, 16 Februari 2010

Tafsir QS Ar-Rahman 59-78

Hadits ini diriwayatkan dalam kitab ash-Shahihain dari Abu Hurairah. Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda :
"Pergi pada pagi atau sore hari di jalan Allah adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya, dan (tempat) sepanjang tali panah salah seorang diantara kalian atau sepanjang cambuknya dalam Surga adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Seandainya seorang wanita dari para penghuni Surga memandang ke bumi, niscaya angin akan memenuhi antara keduanya sehingga baunya wangi (harum), dan penutup kepala yang ada diatas kepalanya adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya."

Hadits senada juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari hadits Abu Ishaq, dari Hamid, dari Anas.

Dan firman Allah "Hal jazaaa-ul ihsaani..." "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." Maksudnya, tidak ada balasan bagi orang yang berbuat kebaikan di dunia kecuali kebaikan di akherat kelak. Sebagaimana firman Allah "Dan bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (Surga) dan tambahannya." (QS. Yunus:26).

Mengingat dalam semua yang telah disebutkan itu terdapat berbagai nikmat besar yang tidak dapat dihargai dengan amal perbuatan apapun, bahwasanya hanya karena karunia dan pemberian semata-mata dari-Nya, maka setelah itu Allah berfirman: "Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?"

Dan diantara yang berkaitan dengan firman Allah Ta'ala "wa liman khoofa..." "Dan bagi orang-orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua Surga" adalah hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Baghawi dari hadis Abun Nadhr bin Hasyim bin al-Qasim dari Abu Hurairah, dimana ia bercerita "Rasulullah bersabda: 'Barangsiapa yang takut, maka ia akan berangkat pada awal malam, maka ia akan sampai pada tempat tinggal. Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu sangatlah mahal, ketahuilah bahwa barang dagangan Allah adalah Surga."

Kemudian at-Tirmidzi mengemukakan "Hadits tersebut gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadis Abun Nadhir."

Kedua Surga ini dibawah dua Surga sebelumnya dalam (hal) tingkatan, keutamaan, maupun kedudukannya. Demikian yang ditegaskan melalui nash al-Quran. Dimana Allah berfirman "wa min duunihimaa jannataan" "Dan selain dari dua Surga itu ada dua Surga lagi." Pembahasannya telah diuraikan sebelumnya, bahwa bejana dua Surga dan segala yang ada di dalamnya terbuat dari emas dan bejana dua Surga lainnya terbuat dari perak. Dua Surga pertama adalah untuk orang-orang yang mendekatkan diri (al-Muqarrabuun), sedangkan dua Surga berikutnya adalah milik Ash-haabul Yamiin.

Mengenai firman-Nya "dan selain dari dua Surga itu ada dua Surga lagi." Ibnu Abbas berkata: "Yakni, berada dibawah keduanya." Sedangkan Ibnu Zaid mengatakan "Maksudnya, dua Surga lainnya yang keutamaannya lebih rendah." Dan disini, Allah berfirman "mud Haaa-mmataan" "Kedua surga itu (terlihat) hijau tua warnanya." MAksudnya, kedua Surga itu tampak berwarna hitam karena pengairan yang sangat melimpah.

Dan mengenai firman-Nya "Kedua Surga itu (terlihat) hijau tua warnanya." Ibnu Abbas berkata "Keduanya tampak hijau tua kehitaman karena pengairan yang sangat melimpah."

"nadhdhaa khotaan" "Yang memancar" Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: "Artinya, airnya sangat melimpah dan air yang mengalir itu lebih kuat daripada air yang memancar." Dan mengenai firman-Nya "Yang memancarkan" adh-Dhahak berkata: "Keduanya penuh dengan air yang terus mengalir dan tidak pernah putus."

"Fiihimaa faakihatuw wanakhlu..." "Didalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima." Firman Allah "wa nakhlu warummaan" "Kurma serta delima" ini tidak termasuk dalam bab 'athaf (penyambungan) yang khusus pada yang umum, sebagaimana yang ditetapkan oleh al-Bukhari dan selainnya. Penyebutan kurma dan delima itu secara khusus karena kemuliaannya atas buah-buahan lainnya. Setelah itu, Allah berfirman "fiihinna khairaatun hisaan" "Didalam Surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik." Ada yang mengatakan "Yang dimaksud dengan 'khairaatun' adalah kebaikan yang sangat banyak lagi indah." Demikia yang dikemukakan oleh Qatadah. Dan ada pula yang menaytakan : "KAta 'khairaatun' merupakan jamak dari kata 'khairah' yang berarti wanita shalih yang sangat menawan, berakhlak mulia dan berwajah cantik." Demikian yang dikemukakan oleh Jumhur Ulama.

"Yang cantik-cantik. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah..." Setelah itu Allah berfirman "huurum maqshuuraatun..." "(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah." Bidadari yang menundukkan pandangannya (sendiri) adalah lebih baik daripada bidadari yang ditundukkan pandangannya, meskipun semuanya sangat menggiurkan.

Dan mengenai firman Allah "fil khiyaam" "Didalam tenda-tenda", Imam Buhkari meriwayatkan dari Abu Bakar bin Abdillah bin Qais dari ayahnya bahwa Rasulullah telah bersabda:
"Sesungguhnya di Surga terdapat rumah yang terbuat dari mutiara berlubang yang luasnya enam puluh mil, pada setiap sudutnya terdapat penghuni ayng dapat melihat orang lain, yang mereka selalu dikelilingi oleh orang-orang mukmin."

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh hadits Abu Imran dan ia mengatakan "Tiga puluh mil". Dan juga diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Imran.

Dan firman Allah "lam yathmitshunna..." "Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin." Penafsiran ayat ini telah diberikan sebelumnya.

Dan firman-Nya lebih lanjut "muttaki-iina 'ala rafrafin..." "Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah." Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas "'ar-rafrafun' bermakna yang menjadi tempat penyimpanan". demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, al-Hasan, Qatadah, adh-Dhahak dan lain-lain.

Sedangkan al-'Ala bin Zaid mengatakan "'ar-rafrafun' ini seperti tempat-tempat penyimpanan di dekat ranjang yang mudah dijangkau."

Dan firman Allah "wa 'abqoriyyin hisaan" "Dan permadani-permadani yang indah" Ibnu Abbas, Qatadah, adh-Dhahhak dan as-Suddi mengatakan "al-'abqoriyyun berarti bantal." Said bin Jubair berkata "Yakni, bantal yang paling bagus." Sedangkan al-Khalil bin Ahmad mengatakan "Setiap sesuatu yang berharga dari laki-laki dan selainnya menurut masyarakat Arab disebut sebagai 'abqari." Dan darinya, muncullah sabda Nabi mengenai Umar :
"Aku tidak pernah melihat seorang jenius yang dapat menghasilkan karyanya seperti dia." (Muttafaqun alaih)

Apa pun ukurannya, maka sifat penghuni dua surga yang pertama lebih tinggi dan lebih luhur daripada sifat yang ada pada dua Surga lainnya.
Dimana mengenai dua Surga yang pertama, Allah berfirman:
"muttaki-iina 'alaa furusyin..." "Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera," dimana dia mensifati bagian dalam permadani dan tidak menyinggung bagian luarnya, dan Dia hanya memuji bagian dalamnya, yang sudah barang tentu bagian luarnya lebih indah. Kemudian Dia mensifati para penghuninya dengan kebaikan, yang ia merupakan tingkatan dan puncak tertinggi. Seagaimana disebutkan dalam hadits Jibril ketika ia ditanya tentang Islam, lalu iman dan kemudian ihsan. Demikian itu diantara beebrapa sisi pengutamaan dua Surga pertama atas dua Surga lainnya. Dan kita memohon kepada Allah al-Kariim agar Dia menjadikan kita semua termasuk penghuni dua Surga yang pertama.

Setelah Allah berfirman "tabaaro kasmu robbika..." "Mahaagung Nama Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan karunia." Maksudnya, Dialah yang memang berhak dibesarkan sehingga tidak boleh didurhakai dan berhak dimuliakan sehingga Dia layak diibadahi serta berhak disyukuri sehingga Dia tidak boleh diingkari, dan Dia juga berhak diingat sehingga tidak layak untuk dilupakan.

Firman-Nya "dzil jalaali wal ikraam" "Yang mempunyai kebesaran dan karunia." Yakni, yang mempunyai keagungan dan kebesaran.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abud DArda', ia bercerita: "Rasulullah bersabda:
"Muliakanlah Allah, niscaya Allah memberikan ampunan kepada kalian."

Dan dalam hadits yang lain disebutkan:
"Sesungguhnya diantara bentuk pengagungan Allah adalah memuliakan orang Muslim yang beruban, orang yang mempunyai kekuasaan, serta orang yang membawa (menghafal) al-Quran secara tidak berlebih-lebihan padanya dan tidak pula terlalu jauh (pelit) darinya." (HR. Abu Dawud)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Rabi'ah bin 'Amir, ia bercerita "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: 'Biasakanlah mengucapkan 'Dzul Jalaali wal Ikram' (Yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan)."
Hadits tersebut diriwayatkan an-Nasa-i dari hadits Abdullah bin al-Mubarak.

Dan ucapan Ibnu Mas'ud: "Biasakanlah mengucapkan 'Yaa Dzal Jalaali wal Ikram' (wahai Rabb Yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan). Maksudnya adalah terus-menerus, karena 'al-Ilzhaazhu' sama dengan 'al-Ilhaahu'.

Mengenai masalah tersebut, penulis katakan "Makna 'al-Ilzhaazhu' ini saling berdekatan. Wallahu a'lam."

Dan dalam Kitab Shahih Muslim dan kitab-kitab as-Sunan yang empat juga disebutkan dari hadits Abdullah bin Harits dari Aisyah, ia berkata "Jika Rasulullah hendak salam, beliau tidak duduk -yakni setelah sholat- kecuali dengan sekedar membaca:
'Allahumma antassalaam wa minkassalaaam..."
"Ya Allah, Engkau Maha sejahtera dari-Mu lah kesejahteraan. Maha Suci Engkau, wahai Rabb yang membpunyai kebesaran dan kemuliaan."

Demikianlah akhir penafsiran surat ar-Rahmaan. Walillahil Hamdu wal minnah.