Senin, 19 September 2011

Novel : Rasulullah dan Imam Mahdi (bag 3)


Dakwah Ilallah

Selanjutnya Rasulullah mulai mengajak orang untuk memluk

Islam. Yang pertama kali diajak tentunya adalah istrinya.

"Saya beriman dan meyakini engkau sebagai Rasulullah.

Asyhadu an-laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadur

rasulullah" janji Khadijah.

Jadi dakwah yang dilakukan Rasulullah agar orang masuk Islam

adalah dimulai dengan orang dekatnya dahulu, keluarga inti

Rasulullah, dan keluarga besarnya.

Kemudian anak-anaknya juga mengucapkan syahadat masuk

kedalam Islam. Berarti sudah 5 orang yang telah masuk Islam.

Kemudian Rasulullah mengajak sahabat karibnya, Abdullah bin

Abi Quhafa. Abdullah langsung beriman memeluk agama Islam.

Di rumahnya, Rasulullah berkata kepada istrinya,
"Seseorang yang didalam hatinya meyakini Allah SWT, insya

Allah diharamkan neraka baginya. Oleh sebab itu ajaklah

siapa saja untuk beriman dengan agama kita. Tentunya yang

paling mudah adalah orang dekat kita"

"Baik, saya akan mengajak karyawan-karyawanku dan juga

kerabat, sahabatku untuk memeluk Islam. Sayang Waraqah bin

Naufal sudah meninggal. Kalau tidak, beliau pasti mendukung

kita."

Khadijah kemudian mengajak karyawan-karyawannya termasuk

manajer-nya sehingga mereka semua memeluk Islam.

------------

Rasul pergi ke rumah Abi Thalib dan menemui Ali bin Abi

Thalib yang masih berumur 10 tahun. Karena Rasulullah merasa

balas jasa dengan pamannya, beliau sering mengasuh Ali.

Kemudian Rasul mengajak Ali ke rumahnya.

"Wahai Ali, saya mengajak Engkau untuk beriman kepada Allah

SWT dan beriman bahwa saya adalah Rasul, utusan-Nya" kata

Rasulullah.

"Engkau adalah orang yang berbudi luhur. Insya Allah saya

beriman Allah sebagai Tuhanku, dan Engkau adalah utusan-Nya"

sambut Ali.

Kemudian Rasulullah kembali ke rumah pamannya, Abi Thalib,

dan mengajaknya untuk masuk Islam. Namun, Abi Thalib

menolaknya.

"Saya telah diberikan amanah oleh sukuku untuk mengurus

Ka'bah dan menyelenggarakan haji. Dan juga menyelenggarakan

peribadatan-peribadatan warisan nenek moyang kita di Ka'bah.

Tidak mungkin aku mengkhianatinya" sela Abi Thalib.

Mendengar itu, Ali bin Abi Thalib menjadi kecewa.

"Wahai, Ayahku, kalau begitu izinkan aku untuk tinggal di

rumah Rasulullah Muhammad. Aku ingin diurus beliau dan

diajarkan beliau tentang Islam. Karena Rasulullah Muhammad

adalah orang yang berbudi luhur" pinta Ali.

Abi Thalib mengizinkannya. Semenjak itu Ali bin Abi Thalib

tinggal di rumah Muhammad.

-----------

Kemudian Rasulullah mengumpulkan orang-orang yang sudah

masuk Islam itu di rumahnya yakni antara lain: keluarga

intinya, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan manajer-nya

Khadijah. Rasul mengajarkan tentang Islam dan al-Qur'an.

Pertemuan tersebut dilaksanakan setiap pekan untuk menjaga

keimanan mereka dan juga memantau perkembangan Islam.

"Jadi al-Qur'an adalah firman-firman Allah yang disampaikan

oleh Malaikat Jibril kepada saya. Al-Qur'an merupakan sumber

dari segala sumber ilmu dan pedoman kita dalam ber-Islam"

Rasulullah menerangkan.

Kemudian Rasulullah menerangkan pentingnya untuk mengajak

orang lain masuk Islam, beriman kepada Allah SWT dan kepada

Muhammad sebagai utusan-Nya. Supaya mereka masuk ke dalam

Surga, tidak dilemapar kedalam Neraka yang panas.

"Saya akan mengajak sahabat-sahabatku dan karyawan-

karyawanku memeluk Islam" kata Abdullah yang sekarang sudah

menikah dan dikaruniakan anak. Sehingga beliau lebih dikenal

sebagai Abu Bakr.

Kemudian Abu Bakr mengajak sahabatnya Abdurrahman bin Auf

masuk Islam. Beliau juga mengajak sahabatnya sesama pedagang

yang lain, Utsman bin Affan masuk Islam. Utsman merupakan

pemilik pasar di Mekkah, termasuk pedagang paling besar di

Mekkah.

-----------

Utsman bin Affan datang mengikuti pertemuan pekanan di rumah

Rasulullah bersama Abdurrahman bin Auf.

"Ya, Rasulullah, saya akan mengajak kolegaku di pasar

Mekkah, juga karyawan-karyawanku untuk masuk ke dalam Islam"

janji Utsman.

----------

Kemudian Rasulullah mengajak pedagang Yaman kawannya, Farhan

bin Abi Khalid masuk ke dalam Islam.

"Tapi kau harus merahasiakan keislaman kamu ini. Karena di

Yaman sebagian besar beragama Yahudi. Mereka kurang suka

kalau kau meninggalkan agamanya." Rasulullah menjelaskan.

Kemudian Rasulullah ke perkampungan Bani Sa'ad. Mengajak ibu

susunya, Halimah, dan keluarganya untuk memeluk Islam.

Mereka spontan menerima ajakannya itu untuk memeluk islam.

Lalu Halimah mengajak saudara-saudaranya di perkampungan itu

untuk memeluk Islam.

Rasulullah berkata kepada Halimah,
"Datanglah setiap pekan ke rumahku. Engkau sudah menjadi

seperti ibuku sendiri."

Halimah setiap pekan datang ke rumah Rasul untuk belajar

Islam.

----------

Membebaskan Budak

Rasulullah memberikan pengarahan di suatu pertemuan,

"Sekarang saya mempunyai usulan strategi baru untuk menambah

jumlah pemeluk Islam. Yaitu, bagi yang memiliki harta yang

cukup banyak, mari kita membebaskan budak. Sehingga mudah-

mudahan budak itu mau memeluk Islam karena sudah ditolong."

Ini adalah strategi dakwah dengan menggunakan fulus.

Menggunakan uang dan material untuk mengajak orang memeluk

Islam.

"Barangsiapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Insya

Allah akan dilipatgandakan hartanya nanti di Surga." kata

Rasulullah.

Kemudian para saudagar, termasuk Rasulullah sendiri dan

keluarganya membebaskan para budak. Sehingga banyak budak

yang masuk Islam. Dan yang terutama budaknya sendiri dulu.

Budak yang pertama kali masuk Islam adalah Zaid bin

Haritsah. Beliau adalah budaknya Khadijah. Kemudian Rasul

membebaskannya dan mengangkatnya sebagai anak. Zaid pun

menghadiri pertemuan rutin untuk mempelajari Islam.

Selanjutnya para budak tersebut tentunya banyak memiliki

sahabat budak lainnya. Sehingga banyak budak dan orang

miskin yang masuk Islam. Islam pada waktu itu terkenal

sebagai agamanya orang miskin.

Selanjutnya, karena semakin banyak orang yang masuk Islam.

Maka pertemuan dikelompokkan, dibuat seperti sistem MLM

(Multilevel Marketing). Kelompok pertama adalah orang-orang

pilihan dengan akhlak dan intelektualiatas yang lebih

tinggi. Mereka langsung diajar oleh Rasulullah, yakni

Khadijah, Abu Bakar, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Zaid bin

Haritsah, Ali bin Abi Thalib.

Kemudian Khadijah mengajarkan kaum perempuan, termasuk anak

-anaknya, Halimah, dan manajer-nya. Abu Bakar mengajarkan

kaum saudagar, termasuk Farhan bin Abi Khalid. Demikian pula

Utsman dan Abdurrahman. Sedangkan Zaid bin Haritsah

mengajarkan para budak dan orang miskin.

Kemudian diantara para budak, masuk Islam-lah Bilal. Seorang

budak berasal dari Habasyah. Begitu mengetahui, budaknya

masuk Islam, majikannya, Umayyah menyiksanya. Mengetahui

Bilal disiksa dengan keras, Abu Bakar mendatangi Umayyah dan

membebaskan Bilal dari budak.

Demikian pula dengan Ammar bin Yasir. Malang baginya, karena

kedua orang tuanya tewas terbunuh dalam penyiksaan oleh

majikannya. Ammar bin Yasir pun akhirnya dibebaskan dari

budak.

--------------

Selanjutnya Rasulullah menggunakan strategi dakwah ke

keluarga dekat dan keluarganya yang lebih besar. Beliau

mengajak paman-pamannya untuk masuk Islam. Namun ternyata

paman-pamannya menolak, bahkan salah satu pamannya, Abu

Lahab menentangnya. Memang dakwah ke orang yang lebih tua

atau terpandang status sosialnya lebih sulit, karena mereka

merasa lebih tinggi dari kita. Yang menerima ajakannya hanya

Abbas bin Abdul Muthalib. Sementara Hamzah, lebih sering

berburu, sehingga Rasulullah jarang menemuinya.

Kemudian saudara Rasul dari keluarga besarnya yang masuk

Islam adalah, Ja'far bin Abi Thalib, sepupunya, anak dari

Abi Thalib. Beliau masuk Islam karena dibesarkan oleh Abbas

bin Abdul Mutholib yang sudah lebih dulu masuk Islam.

Demikian juga dengan dakwah yang dilakukan oleh Khadijah

kepada keluarga besarnya. Diantara keluarganya yang masuk

Islam adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid yang masih

berumur 16 tahun.

----------------

Dakwah Jahriyah

Kemudian pada pertemuan dengan Malaikat Jibril. Jibril

menyampaikan surat Al-Mudatsir. Yang merupakan babak baru

dalam dakwah, yaitu Dakwah Terang-terangan.

"Hai orang-orang yang berselimut. Bangunlah, lalu beri

peringatan dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu

bersihkanlah dan perbuatan dosa (menyembah berhala)

tinggalkanlah. Dan seterusnya"

Kemudian Rasulullah mengumpulkan seluruh suku Quraisy di

bukit Shofa untuk menyampaikan Islam.

"Celaka, kamu! Hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami" Abu

Lahab mengumpat.

Dengan begitu maka Dakwah Rasul telah diketahui oleh orang

banyak, bahkan sudah menyebar sampai ke seantero Hijaz.

Telah dideklarasi Dakwah Islam sebagai agama baru ke seluruh

pelosok dunia.

Tentunya banyak penentangan dimana-mana, terutama para

pembesar di Mekkah. Mereka merasa agama lamanya terancam.

Sehingga banyak kaum muslimin yang dianiaya dan

diintimidasi. Para budak dan orang miskin yang paling

menderita.

---------------

Hijrah ke Habasyah

Karena kaum muslimin banyak yang menderita, maka Rasul

mengusulkan kepada pengikutnya, terutama yang paling

menderita di Mekkah untuk hijrah.

Rasulullah memberitahu bahwa Raja Najasyi di Habasyah,

beliau masih memeluk agama Kristen yang murni dan beliau

memerintah dengan adil. Rasulullah mengusulkan pengikutnya

untuk hijrah ke Habasyah. Beliau juga memberitahu bahwa

Malaikat Jibril telah memberikan informasi kepadanya Raja

Najasyi akan masuk Islam, karena dalam Injil yang asli

dikabarkan akan ada Nabi baru. Namun Raja Najasyi tetap

beragama Kristen, karena kondisi politik negaranya yang

mayoritas Kristen. Kalau Raja Najasyi terang-terangan masuk

Islam maka akan terjadi pergolakan dan pertumpahan darah.

Sehingga beliau menyembunyikan keislamannya.

Maka pada tahun kelima kenabian, berangkatlah rombongan

pertama ke Habasyah dibawah pimpinan Utsman bin Affan.

Utsman ditugaskan untuk menyediakan akomodasi selama

perjalanan dan di tempat tujuan. Utsman juga memiliki

keterampilan berdagang sehingga beliau akan mendapat pasar

di Habasya untuk mendapatkan uang untuk keberlangsungan

kehidupan rombongan kaum muslimin.

Karena penderitaan kaum muslimin di Mekkah semakin menjadi-

jadi, selanjutnya menyusul rombongan kedua dibawah pimpinan

Ja'far bin Abi Thalib.

Namun kali ini kaum musyrikin tidak tinggal diam mereka

mengirim Amr bin Al 'Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah untuk

melobi Raja Najasyi mengembalikan mereka ke Mekkah.

Kemudian di Istana Raja Najasyi terjadilah perang diplomasi.

Kaum muslimin diwakili Ja'far bin Abi Thalib. Beliau melobi

Raja Najasyi dengan cukup cerdik, sehingga akhirnya Raja

Najasyi membela kaum muslimin dan mengusir utusan musrikin.

Begini strategi diplomasi Ja'far:
1. Membacakan surat Maryam, tentang kenabian Nabi Isa as.

Yang tentunya membuat senang Raja Najasyi agamanya dipuji-

puji.
2. Menyampaikan kepada Raja Najasyi bahwa kaum muslimin di

Mekkah ditindas. Suatu kaum yang eksodus (berhijrah) pasti

di tempat asalnya mendapatkan perlakukan zhalim.

-----------

Rasulullah bersama pengikutnya sedang berjalan berombongan

di dekat Ka'bah. Beliau bersama penikutnya diintimidasi oleh

kaum musyrikin yang dipimpin oleh pamannya sendiri, Abu

Lahab.

Tiba-tiba datanglah Hamzah bin Abdul Mutholib. Beliau sudah

mendengar kabar agama baru selama berburu. Memang beliau

gemar sekali berburu, bahkan tidak tanggung-tanggung yang

diburu adalah singa, sehingga beliau dijuluki Singa Padang

Pasir. Beliau tidak terima melihat saudara sepersusuannya

diintimidasi. Beliau lalu memukul Abu Lahab yang merupakan

saudara kandungnya. Kaum musyrikin tidak ada yang berani

melawannya selain beliau adalah saudara kandung Abu Lahab,

juga terkenal memiliki kemampuan berperang yang handal.

Beberapa hari kemudian, Hamzah selalu merenungi agama baru

yang dibawa oleh saudara sepersusuannya itu. Akhirnya ia

pergi menemui Muhammad dan menyatakan masuk Islam. Sehingga

menambah kekuatan umat Islam. Penderitaan yang dialami kaum

muslimin berkurang, karena ada tokoh yang masuk Islam.

Di sinilah pentingnya dakwah ke para tokoh.

-----------------

Umar bin Khatab Masuk Islam

Kemudian untuk memperkuat kaum muslimin Rasulullah berdoa

kepada Allah SWT agar mengislamkan salah satu 2 Umar yang

merupakan tokoh-tokoh terpandang di Mekkah, yaitu Umar bin

Hakam (Abu Jahal) dan Umar bin Khatab.

Pernah mereka berdua sembunyi-sembunyi diwaktu malam untuk

mendengarkan bacaan Quran Rasulullah ketika Shalat. Mereka

berdua terkagum-kagum.

Umar marah, mengetahui adiknya, Fatimah, masuk Islam. Dia

pergi ke rumah adiknya yang waktu itu sedang membaca surat

Thoha. Umar menampar adiknya, kemudian ketika melihat

gulungan surat Thoha, dia bertanya kepada adiknya. Namun

adiknya menyuruhnya mandi terlebih dahulu, karena al-Quran

suci dan tidak dibaca oleh yang kotor. Ini adalah strategi

Fatimah untuk menenangkan kakaknya dengan siraman air mandi.
Setelah mandi, Umar bin Khattab membaca surat Thahaa.

"Astaga, ini bukan sihir, dan bukan syair buatan manusia.

Ini pasti berasal dari Allah" kata Umar.

Selanjutnya Umar menyatakan diri masuk Islam, dan menemui

Rasulullah untuk bersyahadat dihadapannya. Maka terkabullah

doa Rasulullah. Umat Islam bertambah kuat dengan masuk

Islamnya lagi seorang tokoh Mekkah.

-------------------

Rasulullah Berdakwah kepada Rombongan Haji

Rasulullah selanjutnya mempunyai strategi dakwah yg lain.

Beliau dan keluarganya yang mengurusi Ka'bah dan ibadah Haji

memanfaatkan jabatannya itu untuk banyak menemui rombongan

haji dari mancanegara yang datang ke Ka'bah. Sebagaimana

dulu pernah Rasul lakukan kepada pedagang Yaman untuk

berdagang. Diantara yang Rasul dakwahi adalah rombongan haji

yang berasal dari Yastrib (Medinah).

Perhatikan, ini strategi dakwah ampuh, kalau kita mentok

berdakwah di suatu daerah, maka kita memanfaatkan lebar

lapangan berdakwah ke negeri sekitar atau negeri lain.

Di Medinah terdapat 2 suku yang saling berperang, yaitu suku

Aus dan Khajraj. Mereka juga hidup berdampingan dengan

banyak orang Yahudi yang sering menceritakan akan turunnya

Nabi baru. Jadi mereka sangat tahu agama samawi, khususnya

agama Yahudi yang sangat berbeda dengan peribadatan suku

Quraisy.

Pada musim haji Rasulullah menemui 6 orang dari suku

Khajraj, Yastrib. Dari daftar tamu yang akan haji yang

diperoleh dari pamannya, Abi Thalib, beliau tahu kalau

keenam orang itu adalah pembesar dari Medinah. Kemudian

Rasulullah mengajak mereka berenam ke tempat yang lebih

sepi, dan bertanya kepada mereka,

"Kalian berasal dari Yastrib? Bagaimana menurut pendapat

kalian dengan orang Yahudi disana?" Rasulullah bertanya.

Diantara 6 orang tersebut, yaitu Mu'adz bin Jabal, anak

pemimpin Medinah, Amr bin Jamuh.

"Iya, benar. Kami sering mendengar orang Yahudi mengabarkan

akan adanya Nabi baru." ujar Mu'adz bin Jabal.

"Perkenalkan, nama saya Muhammad, putra dari almarhum

Abdullah bin Abdul Muthalib. Saya dibesarkan oleh pamanku,

Abi Thalib" kata Muhammad.

Rasulullah tidak langsung memperkenalkan bahwa dirinya

Rasulullah, Nabi akhir zaman, supaya orang yang diajak

bicara tidak kaget.

"Berarti Anda orang dekat Abi Thalib, pimpinan Bani Hasyim

yang mengurus Ka'bah dan menyelenggarakan haji yang terkenal

itu. Sampaikan salam kami, pembesar-pembesar Medinah kepada

Abi Thalib."

"Insya Allah, saya akan sampaikan"

"Apa itu Insya Allah?" tanya Mu'adz.

"Karena kita tidak tahu, bahkan semenit pun kejadian yang

akan datang. Yang tahu hanyalah Allah SWT."

"Aku mendengar dari seluruh pelosok negeri adanya agama baru

yang bertentangan agama nenek moyang yang menyembah patung.

Jangan-jangan Engkau adalah Muhammad, Nabi agama baru

tersebut"

"Benar, bukankah pada dasarnya inti ajaran dari agama baru

tersebut hampir sama dengan agama Yahudi"

"Iya, sama-sama tidak menyembah patung, meyakini Allah

adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta, dan Allah yang

wajib disembah. Berbeda hanya di Nabi-nya saja"

"Tepat sekali, juga berbeda cara menyembah Allah, pasti,

tapi itu hanya sedikit saja, pada dasarnya sama. Sekarang

pulanglah kalian, hari sudah hampir malam. Beristirahatlah,

silahkan kalian pikirkan agama baru tersebut. Besok sore

kita bincang-bincang lagi masalah itu di tempat ini" kata

Rasulullah.

"Baiklah", Muadz bin Jabal bersama teman-temannya kembali ke

tenda mereka.

Di tenda, mereka mendiskusikan apa yang tadi mereka

bicarakan dengan Rasulullah.

"Kelihatannya agama baru tersebut betul-betul suatu

kebenaran" kata Mu'adz

"Iya, saya dengar Muhammad dikenal sebagai orang yang sangat

terpercaya" ujar adiknya Mu'adz

"Apalagi kalau kita confirm dengan teman-teman Yahudi kita,

ada kesamaan" kata saudarnya yang lain

"Baik kalau begitu kita katakan saja kepada Muhammad bahwa

kita bermaksud memeluk agama baru tersebut"

Besok malam mereka berenam menyatakan diri masuk Islam. Dan

mereka siap akan menyampaikan kepada teman-teman mereka di

Medinah.

--------------

Pada suatu malam, pertemuan rutin yang biasa Rasulullah

lakukan. Dimana ini merupakan pertemuan rutin atau halaqoh

ring 1. Rasul sebagai syaikh atau mentor atau guru murabbi,

dengan teman-temannya adalah sahabat beliau yang paling

beriman dan memiliki integritas tinggi.

"Sekarang kita bagi-bagi tugas supaya kita lebih

terorganisir. Karena kejahatan yang terorganisir akan

mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir" Rasulullah

menjelaskan.

"Sebelumnya ada beberapa informasi penting, jamaah haji yang

berasal dari Yastrib, ada enam orang, mereka pembesar-

pembesar Yastrib, diantaranya Mu'adz bin Jabal, putra Amr

bin Jamuh, pemimpin Yastrib, menyatakan diri masuk islam,

alhamdulillah. Sementara itu di Habasyah, setelah rombongan

kedua yang dipimpin Ja'far bin Abi Thalib tiba di sana, maka

selanjutnya pimpinan rombongan gabungan tetap dipegang oleh

Utsman bin Affan, dan saya telah meminta Utsman setiap 2

atau 3 bulan sekali bertemu kita untuk memberikan

perkembangan umat Islam disana dan juga mendengarkan arahan

dari saya" lanjut Rasul.

"Dan saya juga telah meminta Utsman mengadakan halaqoh

seperti kita ini secara berjenjang kepada seluruh kaum

muslimin di Habasyah" kata Rasul.

Rasul melanjutkan, "Sekarang kita bagi-bagi tugas, Hamzah

dan Umar mempersiapkan kaum muslimin berlatih senjata. Abu

Bakar dan Abdurrahman memperkuat finansial keuangan.

Khadijah di bidang kewanitaan, Zaid bin Haritsah mengurus

budak dan kaum dhuafa. Untuk Umar juga diberi tugas khusus

memantau langkah para pemimpin Quraisy dan juga pergerakan

di Darun Nadwah (DPR-nya Mekkah-red). Tambahan, insya Allah

paman saya, Abbas bin Abdul Muthalib telah masuk Islam,

namun saya meminta kepada beliau utk tidak terang-terangan

masuk Islam, beliau saya minta untuk pura-pura masih

beragama yang lama, asal tidak menyembah patung aja. Supaya

beliau bisa menggali informasi dari pembesar Quraisy. Ini

seperti kerjaannya agen intelejen. Nah, karena halaqah

menuntut ilmu itu suatu kewajiban, saya minta kepada paman

Hamzah untuk menyampaikan hasil halaqah kita ini kepada

paman Abbas sekaligus juga memberikan tausiyah. Karena kalau

saya yang bertemu beliau, akan ada orang yang curiga"

"Oke, pak, saya telah mengadakan pelatihan beladiri tangan

kosong dan senjata pedang. Dan diantara semua pemuda yang

saya latih, Ali bin Abi Thalib yang paling menonjol" kata

Hamzah.

"O, ya, untuk Ali, saya tugaskan untuk merekrut para remaja

dan anak-anak. Remaja sangat strategis, karena 20 tahun lagi

yang memegang kendali di suruh negeri adalah para remaja"

instruksi Rasulullah.

----------------

Sementara itu di Darun Nadwah. Di suatu pertemuan yang

dipimpin oleh Abu Sufyan.

"Rekan-rekan sekalian, bagaimana cara kita meredam agama

baru Muhammad. Semakin lama pengikutnya semakin banyak."

kata Abu Sufyan.

Kemudian Utban bin Arabiah memberikan usul, "Kita tawarkan

harta saja kepada Muhammad untuk menghentikan dakwah agama

barunya, kalau dia masih tidak mau kita tawarkan jabatan,

kemudian wanita tercantik yang kita miliki."

"Ide yang bagus Utbah, coba kamu laksanakan" perintah Abu

Sufyan.

Keesokan harinya tawaran diajukan kepada Rasulullah, namun

Rasul menolaknya mentah-mentah.

Namun kaum Quraisy tidak putus asa. Pertemuan kembali

digelar.

Keputusan yang dihasilkan adalah seluruh kabilah akan

memboikot perekonomian kepada kaum muslimin. Mereka tidak

boleh berdagang atau membeli dari kaum muslimin. Kecuali

Bani Hasyim yang menolak pembokotan tersebut.

Umar bin Khattab menyampaikan kepada Rasul,
"Wahai Rasulullah, saya dapat kabar dari Darun Nadwah, kaum

Quraisy akan memboikot perekonomian kaum muslimin. Semua

kabilah akan memboikot, kecuali keluarga Engkau, Bani

Hasyim."

"Wahai, Umar, inilah cobaan buat orang-orang yang berjuang

diatas kebenaran. Bersabar dan bertawakkallah kepada Allah.

Allah SWT akan menolong hamba-hamba-Nya yang bersabar."

nasehat Rasulullah.

Pemboikotan dilakukan pada tahun ke-7 kenabian atau 617 M.
Selama 3 tahun kaum muslimin dalam keadaan memprihatinkan,

banyak yang mengalami kelaparan dan kemiskinan. Dan akhirnya

pemboikotan itu dibatalkan karena banyak tokoh yang tidak

tega melihat penderitaan Bani Hasyim. Dan juga yang

terpenting naskah keputusan yang diletakkan di Ka'bah telah

robek dimakan rayap.

----------

Meninggalnya Abi Thalib dan Khadijah

Pada tahun ke-10 kenabian atau 620 M, paman Rasul, Abi

Thalib dan Khadijah meninggal dunia karena sakit. Tak urung

membuat posisi dakwah menjadi sulit, karena meskipun

pamannya Abi Thalib tidak mau masuk Islam, tapi beliau

banyak membela kaum muslimin. Sementara istrinya adalah

pemimpin kaum wanita dan menopang finansial dan perekonomian

kaum muslimin.

Setelah Khadijah meninggal, pemimpin muslimah dipegang oleh
Zaenab, anak Rasulullah yang tertua.

-----------

Pada pertemuan halaqah pekanan Rasulullah berkata,

"Ada kabar gembira. Tadi di Ka'bah telah berbai'at rombongan

yang kembali lagi dari Yastrib. Jumlahnya ada 12 orang yang

menyatakan diri untuk memeluk Islam. Besok mereka akan

pulang ke Yastrib. Selanjutnya, kita akan menyelenggarakan

pertemuan halaqah pekanan di Yastrib untuk mengajarkan

mereka tentang Islam"

Abu Bakar mengusulkan, "Salah satu binaan saya, mantan

saudagar, karena ayahnya telah mengusirnya dari rumahnya

karena keislamannya. Namanya Mush'ab bin Umair. Insya Allah

tarbiyah-nya (tarbiyah: halaqah -red) bagus. Dia juga

memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Setelah dia diusir

oleh ayahnya, beliau tidak memiliki pekerjaan. Jadi mungkin

dia bisa tinggal di Yastrib sebagai Murobbi."

Selanjutnya forum menyetujuinya. Kemudian Mush'ab berangkat

bersama 12 orang Yastrib ke Medinah. Dan Mush'ab diwajibkan

ke Mekkah setiap 2 bulan sekali untuk melaporkan

perkembangan di Yastrib dan menerima arahan dari Rasul.

-----------

Dakwah ke Thaif

Pertemuan halaqah berikutnya Rasulullah menyampaikan gagasan

baru untuk perkembangan dakwah Islam.

"Mengingat keberhasilan dakwah kita di negeri Yastrib, saya

punya ide untuk mengembangkan dakwah ke Thaif. Mudah-mudahan

mereka mau menerima Islam. Tapi perjalanan saya ke Thaif

dirahasiakan, karena kalau informasi ini sampai bocor ke

tangan Quraisy, mereka pasti akan menghalangi kita. Saya

akan hanya ditemani oleh putra angkatku, Zaid bin Haritsah.

----------

Sementara itu di pulau misterius, Iblis mendatangi Dajjal.

"Dajjal, Engkau harus menghalangi Muhammad ke Thaif supaya

Islam tidak menyebar lebih luas lagi" Iblis berkata.

"Thank's atas infonya Iblis, saya akan sebarkan desas desus

di Thaif sehingga Muhammad akan diusir dari Thaif" kata

Dajjal.

Tangan suruhan Dajjal di Romawi tiba lebih dulu di Thaif.

Dia menyamar sebagai Pedagang. Kemudian menyebarkan desas-

desus bahwa akan dateng tukang sihir yang akan memurtadkan

mereka dari agama nenek moyang mereka.

Sehingga ketika Rasul dateng ke Thaif, bukannya sambutan

yang ramah melainkan lemparan batu dari masyarakat Thaif.

Beruntung Rasul dan Zaid bisa lolos dari lemparan mereka.

---------------

Hijrah ke Medinah

Pertemuan halaqah pekanan.

Rasulullah berkata, "Semakin hari sepertinya dakwah kita

mandeg, semenatara itu penderitaan kaum muslimin tidak

berkurang. Saya punya strategi baru, kita mesti hijrah ke

Medinah. Meskipun strategi ini membutuhkan banyak

pengorbanan, karena kita akan meninggalkan harta benda,

rumah kita"

Forum menyetujuinya. Selanjutnya di atur teknis hijrah.

Rasul berkata, "Sebelumnya nanti akan ada rombongan dari

Yastrib ke Mekkah pada pelaksanaan haji nanti. Saya akan

meminta komitmen dari mereka untuk melindungi kita di

Medinah nanti. Saya sudah minta kepada Mush'ab mengenai

rencana hijrah kita ini agar beliau menyampaikan kepada para

pembesar Medinah. Dan kata Mush'ab mereka sangat senang

sekali. Nanti di Medinah setiap kaum muslimin di Medinah

akan membagi harta dan tempat tinggal dengan kaum muslimin

dari Mekkah. Masing-masing akan saling dipersaudarakan."

Rasul melanjutkan, "Supaya tidak ada kemudharatan, hijrah

kita akan dilakukan beberapa orang kelompok demi kelompok,

supaya tidak terlalu mencolok. Dan keluarga saya dan

keluarga Abu Bakar yang paling akhir hijrah ke Medinah.

Sementara Abbas bin Abdul Muthollib sepeninggal saya,

ditugaskan menjadi pimpinan kaum muslimin yang ada di Mekkah

yang tidak bisa hijrah"

Malam sebelum hijrah rombongan pertama. Rombongan haji dari

Yastrib bertemu Rasulullah. Mereka berjumlah 73 laki-laki

dan 2 perempuan. Salah satu diantaranya yang baru datang

adalah Sa'ad bin Mu'adz, pemimpin suku Aus. Dan mereka

berba'iat kepada Rasul dan kaum muslimin untuk melindunginya

dan berperang membantu kaum muhajirin menghadapi serangan

lawan-lawannya.

Keesokan harinya mulailah kaum muslimin hijrah ke Medinah,

yaitu pada sekitar tahun 622 M.

----------------

Seluruh kaum muslimin telah hijrah, tinggal keluarga

Rasulullah dan keluarga Abu Bakr terakhir yang akan hijrah.

Sementara itu di pulau misterius Iblis berbincang-bincang

dengan Dajjal.

"Seandainya Muhammad telah hijrah ke Medinah, maka Medinah

akan menjadi basis negara Islam yang sangat kuat dan

membahayakan. Kepergian Muhammad harus dicegah. Saya akan

langsung turun tangan mencegahnya." kata Iblis.

"Bagaimana kamu akan mencegahnya?" tanya Dajjal.

"Saya akan menyamar menjadi orang tua dan menyampaikan usul

pada pertemuan pembesar Mekkah di Darun Nadwah untuk

mengirim setiap kabilah 2 orang pemuda pilihan untuk

membunuh Muhammad. Sehingga Bani Hasyim akan kesulitan untuk

menuntut balas kematian Muhammad kepada setiap suku."

"Ide yang bagus, wahai Iblis" puji Dajjal.

Pada pertemuan di Darun Nadwah, Iblis menyamar sebagai orang

tua. Dan gagasan Iblis diterima.

Rencana jahat kaum musrikin telah diketahui oleh Rasulullah

dari bisikan Malaikat Jibril. Rasul tengah merancang

hijrahnya mereka bersama Ali dan Abu Bakr.

Rasul berkata, "Ali kau nanti akan menyamar sebagai aku

tidur di tempat tidurku. Begitu mereka tahu kalau yang tidur

bukan aku, mereka pasti akan mengurungkan pembunuhan ini,

karena yang diincer adalah saya"

"Betul, Rasulullah, selanjutnya saya telah menyiapkan

seorang Yahudi yang biasa ke Medinah sebagai petunjuk jalan

kita kesana. Karena kita tidak akan melalui jalur biasa,

kita akan memutar untuk mengecoh kaum musrikin yang ingin

menghalangi kita. Sementara anakku Abdullah akan

menggembalakan kambing untuk menghapus jejak kita. Dan

putriku Asma akan mengirim perbekalan makanan kepada kita."

Abu Bakr menerangkan.

Selanjutnya dengan perjuangan yang cukup berat, Rasulullah

hijrah ke Medinah dan berhasil tiba di Medinah dengan

selamat.

---------------------

Selanjutnya ketika Rasul tiba di Medinah, maka kepemimpinan

kota Medinah diserahkan kepada Rasulullah. Amr bin Jamuh,

pimpinan Medinah pada waktu itu yang berhasil diislamkan

oleh anaknya Mu'adz bin Jabal yang menyerahkan jabatan

Pimpinan Kota Medinah.

Kemudian Rasul berkata, "Saya adalah pimpinan untuk kaum

Anshar (Yastrib) dan Muhajirin (Mekkah). Untuk kaum

muhajirin langsung saya yang pimpin, sementara untuk kaum

Anshar saya serahkan kepada Anda, Amr bin Jamuh"

Jadi, Amr bin Jamuh tetap memegang jabatan meskipun tidak

setinggi yang sebelumnya sebagai Deputi untuk Kaum Anshar.

Sedangkan Mush'ab bin Umair masih tetap memegang halaqah

ring pertama kaum Anshar, termasuk didalamnya ada Mu'adz bin

Jabal. Mush'ab sendiri naik jenjang masuk kedalam ring 1

halaqah yang langsung dipegang Rasulullah.

Pertemuan halaqah pertama di Medinah. Rasulullah berkata

"Pembagian tugas tetap seperti di Mekkah, hanya sekarang

jabatannya lebih formil dan terbuka seluruh orang Medinah

tahu. Hamzah bin Abdul Mutholib sebagai Panglima Perang Kota

Medinah, Abu Bakr Menteri Keuangan, Ali mengurusi dakwah

pemuda dan anak-anak, untuk Kewanitaan karena Zaenab

suaminya masih kafir dan dia masih di Mekkah, maka

Kewanitaan dipegang oleh adiknya Ummi Kultsum, karena

kakaknya Ruqoyyah mendampingi suaminya, Utsman bin Affan di

Habasyah"

Rasul melanjutkan, "Karena keadaan lebih kondusif, saya akan

minta kaum muslimin yang ada di Habasyah untuk menuju ke

Yastrib"

Kemudian, kaum muslimin yang ada di Habasyah bertolak menuju

ke Yastrib.

--------------------

Rombongan dari Habasyah telah sampai ke Yastrib. Esok

harinya halaqah pekanan kembali diadakan. Anggota ring-1

bertambah yaitu Utsman bin Affan dan Ja'far bin Abi Thalib.

Rasulullah berkata, "Saya usul kita akan buat mesjid,

mungkin letaknya dekat rumahku untuk mempermudah koordinasi.

Mesjid sangat strategis, berfungsi sebagai Darun Nadwah,

tentunya shalat berjamaah" (Sebelum hijrah, Rasul mendapat

mukjizat Isra Mi'raj dan mendapatkan perintah dari Allah

untuk melaksanakan shalat lima waktu).

Maka dibangunlah Mesjid Nabawi yang terletak disamping rumah

Rasulullah. Dan sebagai muadzin adalah Bilal yang merupakan

muadzin pertama umat Islam.
Kembalinya Utsman pun kembali merombak kabinet Rasul,

Kewanitaan dipegang oleh Ruqayyah.


--------------------


Tiga tahun berikutnya, istri Rasulullah, Aisyah, putra Abu

Bakr yang dipersunting Rasul ketika Aisyah berumur 9 tahun

telah semakin dewasa dan matang. Bahkan menurut Rasulullah

kematangannya melebihi Ruqayyah dan Ummi Kultsum.

Selanjutnya kabinet dirombak lagi, Kewanitaan dipegang oleh

istri Rasul, Aisyah, disamping mengingat kedudukannya

sebagai istri Kepala Negara, Rasulullah.

Halaqah untuk muslimah ring-1 pun telah digeser, sebagai

Murobbiyah adalah Aisyah dengan anggota-anggota intinya

antara lain: Ruqoyyah, Ummi Kultsum, Fatimah, Hafsha binti

Umar bin Khatab (istri Rasul), Asma binti Abu Bakr.

Sedangkan Zainab ditugaskan sebagai Pimpinan Kewanitaan di

kota Mekkah. Untuk koordinasi dengan Mekkah, seperti

sebelumnya Hamzah bin Abdul Mutholib setiap 2 bulan bertemu

dengan Abbas di tempat antara Mekkah dan Medinah. Karena

kalau bertemu di Mekkah akan membuka posisi Abbas.

Beberapa minggu kemudian, Rasulullah menyampaikan kepada

para sahabatnya tentang meninggalnya Raja Najasyi, Raja

Habasyah. Informasi itu beliau terima dari Malaikat Jibril.

Beliau kemudian mengistrusikan untuk melaksanakan Shalat

Ghaib, karena Raja Najasyi adalah seorang muslim.

Raja Najasyi yang telah mangkat digantikan oleh anaknya Raja

Asyhamah.

--------------

Di pulau misterius, Dajjal berbicara dengan Al-Jassasah.

"Ada kabar baru?" tanya Dajjal.

"Sekarang agen kita di Romawi punya sub agen di Syam (salah

satu negara bagian Romawi yg sekarang Syuriah-Irak -red)"

jelas Al-Jassasah.

"Bagus, makin dekat ke jazirah Arab" kata Dajjal


----------------

Di kota Medinah, di rumah salah seorang Yahudi Bani

Quraizhah, Ka'b bin Asad, pemimpin Bani Quraizhah. Di rumah

tsb diadakan suatu pertemuan yang dihadiri, Seorang Yahudi

dari Syam yang merupakan pemimpin pertemuan, Yahudi Bani

Qainuqa, Yahudi Bani Nadhir, Yahudi Yaman.

Pemimpin pertemuan berkata,
"Pertemuan ini akan rutin kita selenggarakan setiap beberapa

pekan. Saya akan tetap menyamar sebagai pedagang dari Syam.

Nanti setiap perkembangan akan saya sampaikan pimpinan

Yahudi di Romawi. Kalian harus terus memantau perkembangan

Muhammad, jangan sampai mereka memperluas gerakan dakwahnya"

Ka'b bin Asad berkata, "Kami akan terus memantaunya. Kita

punya sekutu yang bernama Abdullah bin Ubay, pemimpin suku

Khajrah, yang iri dengan posisinya Muhammad sebagai Kepala

Negara Medinah. Kita bisa memanfaatkan beliau untuk membantu

kita"

-------------------

Perang Badar

Hamzah, selaku Panglima Perang Medinah, menerima informasi

dari agen intelejennya bahwa Abu Sufyan tengah memimpin

kafilah dagang ke Syam. Jumlahnya sekitar 40 orang.

Hamzah menyampaikan berita ini ke Rasulullah.

Rasulullah berkata, "Ini kesempatan buat kita untuk

menghadang kafilah ini. Mereka telah merampas harta kita di

Mekkah. Ini kesempatan untuk kita membalasnya."

Selanjutnya Rasulullah mengirim sekitar 300 orang langsung

dibawah pimpinannya untuk mencegat kafilah dagang Abu

Sufyan. Utsman bin Affan tidak turut serta, karena istrinya

Ruqayyah sedang sakit.

Berita pengiriman pasukan oleh Rasulullah telah sampai ke

telinga Ka'b bin Asad, pemimpin Yahudi Bani Quraizhah.

Dalam hati Ka'b, "Ini kesempatan untuk menghancurkan

Muhammad, mereka harus berhadapan pasukan besar dari Mekkah"

Maka Ka'b bin Asad mengirim utusan untuk memberikan

informasi ke Mekkah.

-----------------------

Pada saat Abu Sufyan keluar Mekkah untuk memimpin kafilah

dagang, maka Mekkah dipimpin oleh wakilnya, yaitu Abu Jahal.

Begitu mendengar informasi yang dia peroleh dari utusan Ka'b

bin Asad. Abu Jahal bersama Panglima Perang Mekkah, Umayyah

bin Khalaf, langsung mengumpulkan pasukan dalam jumlah besar

sekitar 1000 orang untuk membantu kafilah dagang Abu Sufyan

melawan pasukan Rasulullah. Pada waktu itu Khalid bin Walid,

Komandan Pasukan Berkuda tidak bisa ikut karena sakit.

Maka berangkatlah mereka dengan segera.

----------------------

Kemudian di Badr, kedua pasukan dan kafilah dagang bertemu.

Kafilah dagang Abu Sufyan langsung bergabung dengan pasukan

Mekkah, dan langsung mengambil alih komando pertempuran.

Sementara itu Rasulullah bersama Hamzah selaku Panglima

Perang dan sahabat-sahabatnya yang lain berembug mengatur

strategi.

Hamzah berkata, "Mengingat pasukan musuh lebih besar, tiga

kali lipat dari kita, kita mesti bertahan. Paling depan

pasukan panah, setelah musuh mendekat, pasukan panah

bertukar posisi dengan pasukan tombak"

"Trus, siapa dari kita yang bertarung satu-lawan satu?"

tanya Rasul

Di Jazirah Arab, sebelum dimulai peperangan, kedua pihak

yang berseteru mengirimkan 3 orang untuk bertarung satu

lawan satu.

Hamzah berkata, "Yang akan bertarung satu lawan satu adalah

saya sendiri, Ubaidah bin al-Harits dan Ali bin Abi Thalib."

Keesokan harinya, pada tahun kedua setelah hijrah, atau 624

M. Terjadilah Perang Badar.

Sebelum dimulai peperangan, majulah dari masing-masing pihak

3 orang untuk bertarung satu lawan satu.

Hamzah bin Abdul Muthalib langsung melawan Panglima Perang

Mekkah, Umayyah bin Khalaf. Ubaidah bin al-Harits melawan

adik Umayyah, Ubay bin Khalaf. Ali bin Abi Thalib melawan

putra Umayyah, Utbah bin Rabi'ah.

Hamzah dan Ali berhasil membunuh musuh-musuhnya. Sedangkan

Ubaidah bin al-Harits seri, beliau terlukan. Hamzah langsung

membantu Ubaidah bin al-Harits dengan membunuh lawannya,

Ubay bin Khalaf.

Pasukan Muslimin semangatnya bertambah naik, melihat

kemenangan jagoan-jagoannya. Maka terjadilah pertempuran

Badr, meskipun jumlah pasukan Mekkah 3 kali lipat dari

pasukan Mendinah, pasukan Mekkah berhasil dikalahkan dipukul

mundur. Beberapa tokoh Mekkah berhasil dibunuh. Abu Jahal

atau Amr bin Hisyam dibunuh oleh Ammar bin Yasir. Abu Lahab

dibunuh oleh Bilal.

Kekalahan pasukan Mekkah membuat penduduknya berkabung, dan

mereka bersumpah untuk menuntut balas kekalahan ini.

Sementara itu dari pasukan Muslimin yang syahid adalah

Ubaidah bin al-Harits yang terluka akhirnya tidak dapat

disembuhkan. Beliau adalah sepupu Rasul, anak dari paman

Nabi, Harits bin Abdul Mutholib. Empat belas orang tewas.

Termasuk Amr bin Jamuh, pemimpin kota Madinah, yang paling

tua dalam pasukan Muslimin.

Sepulang dari Perang Badr, Rasulullah menerima kabar duka

dengan meninggalnya anaknya yang juga istri Utsman bin

Affan, Ruqayyah.

----------------

Perang Bani Qainuqa

Beberapa bulan kemudian terjadi kejadian di pasar

perkampungan Bani Qainuqa. Seorang wanita muslimah dikerjai

oleh orang Yahudi sehingga auratnya terbuka. Trus seorang

muslim yang melihat kejadian itu menolongnya dan terjadi

perkelahian. Muslim tsb dikeroyok hingga tewas.

Mendengar kejadian tsb, Rasulullah mengirim pasukan besar

menuju perkampungan Bani Qainuqa langsung dibawah

pimpinannya. Setelah dikepung selama 15 hari akhirnya Bani

Qainuqa menyerah dan keluar dari Medinah.

----------------

Perang Uhud

Kaum Musyrikin betul-betul memenuhi janji mereka, tahun

depan, 625 M mereka kembali mengirim pasukan dalam jumlah

besar untuk melawan Kaum Muslimin. Jumlah pasukan yang

dikumpulkan sebesar 3000 orang langsung dibawah komando Abu

Sufyan. Kali ini Khalid bin Walid, Komandan Pasukan Berkuda

turut serta. Setelah kematian Umayyah, Panglima Perang

Mekkah dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahl.

Keberangkatan kaum Musyrikin menuju Medinah diketahui oleh

mata-matanya Hamzah.

Hamzah, Rasulullah dan sahabat-sahabat lainnya menggelar

musyawarah. Dan diantara keputusan penting yang dihasilkan

adalah mereka akan keluar Medinah untuk menghadapi kaum

Musyrikin.

Di gunung Uhud kedua pasukan bertemu.
Kemudian Rasul bersama Hamzah mengatur strategi.

Hamzah berkata, "Kali ini Khalid bin Walid, Komandan Pasukan

Berkuda turut serta. Kita harus hati-hati menghadapinya, dia

adalah ahli siasat perang. Kita harus menempatkan pasukan

panah di bukit Uhud untuk mencegah pasukan berkuda Khalid

memutar ke belakang pasukan kita."

Kemudian pasukan pemanah dibawah pimpinan Abdullah bin Jabir

menempati posisi di bukit Uhud. Sementara itu pasukan untuk

melindungi Rasul dibawah pimpinan Thalhah bin Ubaidillah.

Pertempuran awalnya dimenangkan oleh pasukan Muslimin.

Setelah melihat pasukan Muslimin diatas angin, pasukan

pemanah melihat banyaknya ghanimah (harta rampasan perang)

yang berserakan, sehingga membuat mereka meninggalkan posnya

untuk mengambil ghanimah. Komandan Abdullah bin Jabir sudah

memperingatkan untuk tetap di posnya, namun anak buahnya

tidak menggubrisnya.

Pada saat itu, Komandan Pasukan Berkuda, Khalid bin Walid

melihat peluang, ia langsung membawa pasukan berkudanya

secepat kilat memutar ke balik bukit Uhud, dan menyerang

kaum Muslimin dari belakang. Sehingga akhirnya pasukan

Muslimin kocar-kacir diserang dari depan dan belakang.

Bahkan nyawa Rasulullah hampir terenggut.

Pasukan Muslimin berhasil mundur melalui bukit Uhud. Banyak

yang tewas, diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, yang

dilempar tombak dari belakang oleh Wahsyi, budak Hindun,

istri Abu Sufyan, dari Habasyah. Suatu kecurangan yang

dilakukan oleh kaum Musyrikin.

-----------------

Setelah tewasnya Hamzah bin Abdul Muthalib, selanjutnya

Rasulullah meyerahkan jabatan Panglima Perang kepada Ja'far

bin Abi Thalib, sepupunya.

Sementara itu di Mekkah beberapa bulan setelah kemenangan di

Badr. Khalid bin Walid dipanggil oleh Panglima Perang

Ikrimah bin Abi Jahl.

"Maaf, Khalid, mulai detik ini Anda dinon-aktifkan dari

jabatan sebagai Komandan Pasukan Berkuda" perintah Ikrimah.

"Kenapa? Apa salahku?" tanya Khalid.

"Maaf, ini perintah dari Pimpinan Mekkah, Abu Sufyan"

Pemecatan Khalid ini, karena dikhawatirkan popularitas

Khalid akan mengalahkan Abu Sufyan dan Ikrimah, mengingat

Khalid adalah anak dari Walid bin Mughirah, mantan Pemimpin

Mekkah.

Selanjutnya Khalid merasa kecewa, beliau memutuskan untuk

pindah dari Mekkah. Sahabat karibnya, Amr bin Ash, turut

bersolidaritas menemaninya.

------------------

Berita pemecatan Khalid sampai ke telinga Rasulullah dari

agennya di Mekkah yang juga pamannya, yaitu Abbas bin Abdul

Muthalib.

Dalam pertemuan halaqah pekanan Rasul berkata
"Saya usul untuk menawarkan Khalid bin Walid menjadi

Panglima Perang Medinah, supaya beliau mau bergabung dengan

kita. Ingat, beliau seorang ahli siasat perang yang handal.

Bagaimana Ja'far?"

"Jabatan bukan tujuan saya, silahkan saja Rasulullah, kalau

itu memperkuat umat Islam" kata Ja'far.

Rasulullah kemudian mengirimkan utusannya memberikan surat

kepada Khalid bin Walid untuk ditawarkan menjadi Panglima

Perang Medinah.

Kemudian Khalid bin Walid menerima tawaran Rasulullah,

bergabung ke Medinah bersama sahabat karibnya, Amr bin Ash.

Mereka berdua masuk kedalam Islam.

-------------------

Beberapa minggu kemudian Rasulullah melakukan kebijakan

strategis dengan mengangkat Hudzaifah Ibnul Yaman menjadi

Kepala Intelejen.

Hudzaifah masuk Islam setelah Rasul hijrah ke Medinah.

Hudzaifah berasal dari Yaman, dan sengaja datang ke Medinah

untuk memeluk Islam.

Tugas Hudzaifah sebagai Kepala Intelejen seperti intelejen

pada zaman sekarang ditambah melacak kegiatan orang-orang

munafik. Karena beliau memang memiliki keahlian intelejen.

Rasul berkata kepada Hudzaifah.
"Engkau harus mengendus kegiatan orang-orang Munafiq dan

lainnya yang mengancam negara Medinah ini, Hudzaifah. Setiap

ada informasi mohon untuk dilaporkan kepada saya." perintah

Rasulullah.

---------------------

Perang Bani Nadhir

Rasulullah ketika di perkampungan Bani Nadhir dibisiki

Malaikat Jibril bahwa ia akan dibunuh dengan akan djatuhkan

batu besar.

Rasulullah kembali ke Madinah. Kemudian Rasulullah

menceritakan kejadian itu kepada sahabat-sahabatnya. Lalu

Rasulullah mengirim utusan Muhammad bin Masalamat ke

Perkampungan Bani Nadhir agar Bani Nadhir keluar dari

Medinah dalam jangka waktu 10 hari.

Namun ternyata Bani Nadhir menolak. Kemudian Rasulullah

mengirim pasukan perang yang langsung dipimpinnya.

Rasulullah mengangkat Panglima Komando kepada Ali bin Abi

Thalib yang otomatis memegang panji perang.

Sementara di Medinah, pimpinan Medinah dipercayakan kepada

Abdullah bin Ummi Maktum, yang tunanetra, masih saudara

dengan Khadijah binti Khuwailid.

Setelah sampai di perkampungan Bani Nadhir, pada tahun ke-4

Hijriyah (setelah hijrah Nabi). Rasul dan pasukannya

melakukan pengepungan. Sehingga Bani Nadhir menyerah dan

meninggalkan kota Medinah bersama keluarganya.

------------------------

Dalam pertemuan rahasia orang Yahudi di rumah Ka'b bin Asad.

"Kita harus meyakinkan kepada Mekkah untuk tidak berpuas

diri pada kemenangan perang Uhud, mereka harus menghancurkan

Muhammad. Bila perlu dibuat persektuan besar dengan negara

lain." Kata Ka'b bin Asad.

Seorang Yahudi dari Syam berkata, "Saya akan kirim pedagang

dari Syam ke Mekkah untuk menyebarkan desas-desus dan

propaganda untuk menyerang Muhammad. Dan saya juga pergi ke

beberapa negara untuk bersekutu. Saya juga akan minta

bantuan Romawi mengirimkan diplomat ke beberapa negara untuk

membantu Mekkah."

"Saya juga punya ide, kita akan ke Mekkah mendorong

menyerang Medinah dan menawarkan kepada mereka kita akan

meyerang Muhammad dari belakang." kata Ka'b.

Utusan Ka'b bin Asad tiba di Mekkah. Dia bertemu dengan Abu

Sufyan menyampaikan tawaran Ka'b bin Asad.

Abu Sufyan mengirim surat balasan yang menyatakan dia

bersedia tergantung sekutu dari negara lain yang mau

bergabung menyerang Medinah.

Selanjutnya Ka'b bin Asad pergi ke Yaman untuk meminta

bantuan orang Yahudi di Yaman, Bani Murrah. Diharapkan Bani

Murrah mau membantu Mekkah menyerang Madinah. Bani Murrah

menyetujui.

------------------------

Perang Khandaq

Beberapa minggu kemudian bergabunglah pasukan Mekkah bersama

pasukan dari Yaman menuju ke Medinah untuk menyerang pasukan

Muslimin. Gabungan pasukan besar ini memaksa kaum Muslimin

bertahan di kota Medinah.

Untuk menahan laju pasukan musuh, maka dibuatlah parit atas

usul dari sahabat Salman Al-Farisi, yang berasal dari

Persia. Strategi parit ini banyak dianut oleh panglima-

panglima dari Persia.

Beruntung, kondisi cuaca sangat buruk, angin kencang dan

dingin bertiup di Medinah dan sekitarnya.

Hal itu membuat Rasulullah memunculkan gagasan untuk

mengirim orang menyusup ke tenda musuh. Kemudian Rasulullah

mengirim Hudzaifah ibnul Yaman, yang sama-sama orang Yaman,

ke tenda musuh, khususnya ke pasukan Bani Murrah.

Kemudian Hudzaifah menuju ke tenda pasukan Abu Sufyan. Dia

bertemu dengan agen intelejen yang sengaja disusupkan oleh

Abbas bin Abdul Muthalib di pasukan Mekkah. Orang itu

bernama Nu'aim bin Mas'ud yang juga kenal baik dengan Bani

Quraizhah. Hudzaifah bertemu dengannya yang terlebih dahulu

meyakinkan dengan mengucapkan kata sandi.

"Kamu utusan dari Abbas? Saya Kepala Intelejen Rasulullah"

kata Hudzaifah.

"Benar, aku sengaja disusupkan oleh Abbas untuk membantu

kaum Muslimin. Sebenarnya saya sudah Muslim, tapi orang-

orang tahunya aku masih kafir." kata Nu'aim.

"Baik, saya punya ide. Kamu harus mengadu domba antara Bani

Quraizhah dan pasukan Mekkah" kata Hudzaifah.

Kemudian Hudzaifah menyampaikan detail rencananya kepada

Nu'aim.

Hudzaifah berhasil mencapai Medinah dengan selamat dan

menceritakan kepada Rasul pertemuannya dengan Nu'aim dan

rencananya mengadu domba musuh.

Kemudian Nu'aim bersama anak buahnya pergi kepada Bani

Quraizhah. Beliau meminta kepada Bani Quraizhah untuk

menyerang Muhammad. Dan sebagai jaminan ia menyerahkan anak

buahnya kepada Bani Quraizhah. Bani Quraizhah menyetujuinya.

Kemudian Bani Quraizhah menyerang pos pasukan Muslimin yang

terdekat dengan perkampungan Bani Quraizhah. Kebetulan pos

itu dipimpin oleh Saad bin Muadz, pemimpin suku Aus. Beliau

terkena panah, lukanya cukup parah.

Nu'aim menemui Abu Sufyan mengatakan bahwa Bani Quraizhah

berkhianat tidak mau membantu mereka. Bahkan anak buahnya

ditawan. Nu'aim menuduhnya berkomplot dengan pasukan

Muhammad. Abu Sufyan murka, beliau langsung memberangkatkan

pasukannya meninggalkan kota Medinah dan sekutunya, Bani

Murrah. Bani Murrah pun kecewa, dan menuju kembali ke

kampung halamannya di Yaman.

Dan secara diam-diam Nu'aim meninggalkan pasukan Abu Sufyan

menuju ke Medinah. Cepat atau lambat dia akan ketahuan juga,

maka dia meninggalkan pasukan Mekkah menjadi bagian dari

pasukan Muslimin di Medinah.

---------------------

Perang Bani Quraizhah

Setelah mengetahui pasukan Abu Sufyan sudah meninggalkan

Medinah, Rasulullah bersama pasukannya segera menuju ke

perkampungan Bani Quraizhah. Karena mendengar berita

pengkhianatan yang dilakukan oleh Bani Quraizhah. Bahkan

sahabat Sa'ad bin Mu'adz terluka parah. Rasulullah

mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai Panglima Komando.

Selanjutnya Bani Quraizhah dikepung oleh pasukan Muslimin.

Akhirnya Bani Quraizhah menyerah. Kemudian Rasulullah

bermaksud untuk menghukum mereka. Karena banyak yang kasihan

, akhirnya diputuskan Hakim untuk menghukum mereka adalah

pimpinan suku Aus yang merupakan sekutu dari Bani Quraizhah.

Hakim tersebut adalah Sa'ad bin Mu'adz. Beliau memutuskan

untuk membunuh semua laki-laki dewasa Bani Quraizhah, dan

wanita dan anak-anak diusir keluar dari Medinah.

Seusai Perang Bani Quraizhah, Sa'ad bin Mu'adz akhirnya

meninggal dunia, karena luka yang cukup parah.

Kamis, 14 April 2011

Tafsir Surat Al-Fatihah


Pendahuluan
Disebut Al Fatihah artinya pembukaan kitab secara tertulis. Dan dengan Al Fatihah itu dibuka bacaan dalam shalat. Anas Bin Malik meriwayatkan: Al Fatihah itu disebut juga Ummul Kitab menurut jumhur ulama. Dalah hadist Shahih diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abu Hurairah : ia menuturkan, Rasulullah sholallhu ‘alaihi wasallam bersabda : {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} adalah Ummul Qur’an, Umml Kitab, As Sab’ul matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al Qur’anul ‘Adzhim.
Surat ini disebut juga dengan sebutan Al hamdu dan ash Salah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam, dari Rabb-nya :”Aku membagi shalat antara diriku dengan hambaku dua bagian, jika seseorang mengucapkan {Alhamdulillahir rabbil ‘Alamin} maka Allah berfirman: ‘Aku telah dipuji hambaku.’
Al Fatihah disebut ash shalah, karena alafatihah itu sebagai syarat sahnya shalat. Selain itu Al fatihah disebut juga asy syifa. Berdasarkan hadist riwayat Ad Darimi dari Abu sa’id, sebagai hadist marfu’ : fatihatul Kitab itu merupakan As Syifa (penyembuh) dari setiap racun.’
Juga disebut ar ruqyah berdasarkan hadist Abu Sa’id yaitu ketika menjampi (ruqyah) seseorang yang terkena sengatan (binatang), maka Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Darimana engkau tahu bahwa Al fatihah itu adalah ruqyah.”
Sural Al Fatihah diturunkan di Mekah. Demikian dikatakan Ibnu Abbas, Qatadah dan Abu al ‘Aliyah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa surat ini turun di madinah. Ini pendapat abu Hurairah, Mujahid, Atha bin Yasar, dan Az Zuhri. Ada yang berpendapat Surat Al Fatihah turun dua kali, sekali turun di Makkah dan yang sekalai lagi di Madinah.
Pendap pertama lebih sesuai dengan Firman Allah “Sesungguhnya Kami telah berikan kepdamu sab’an minal matsani (tujuh ayat yang berulan-ulang).” (QS Al Hijr: 87) Wallahu ‘alam.
Dan surat ini, secara sepakat terdiri dari tujuh ayat. Hanya saja terdapat perbedaan dalam masalah basmalah, apakah sebagai ayat yang berdiri sendiri pada awal surah Al Fatihah, sebagaimana kebanyakan para qurra’ Kuffah, dan pendapat segolongan sahabat dan Tabi’in. Atau bukan sebagai ayat pertama dari surat tersebut, sebagaimana yang dikatakan para qurra’ dan ahli fiqih madinah. Dan mengenai hal ini terdapat tiga pendapat, yang isnyaAllah akan di bahas pada pembahasa berikutnya.
Mereka mengatakan “Surat Al fatihah terdiri dari 25 kata dan 113 huruf.” Al Bukhari mengatakan bahwa dalam awal kitab Tafsir, disebutkan Ummul Kitab, karena Al fatihah ditulis pada permulaan Al Qur’an dan dibaca pada permulaan shalat. Ada juga yang berpendapat, disebut demikian karena seluruh makna Al Qur’an kembali kepada apa yang di kandungnya.
Ibnu jarir mengatakan : orang arab menyebut “Umm” untuk semua yang mencakup atau mendahului sesuatu jika mempunyai hal-hal lain yang mengikutinya dan ia sebagai pembuka yang meliputinya. Seperti Umm Al ra’a, sebutan untuk kulit yang meliputi otak. Mereka menyebut bendera dan panji tempata berkumpulnya pasukan dengan ‘umm’.
Keutamaan Surah Al Fatihah
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id bin al Muhalla, ia berkata “Aku pernah mengerjakan shalat, lalu Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam memanggilku, tetapi aku tidak menjawabnya, hingga aku menyelesaikan shalat. Setelah itu aku mendatangi beliau, maka beliaupun bertanya: ‘Apa yang menghalangi kamu datang kepadaku? Maka akau menjawab :Ya Rasululla, sesungguhnya aku tadi sedang mengerjakan shalat, lalu beliau bersabda: ‘Bukankah Allah ta’ala telah berfirman : ‘Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyerumu kepada yang memberikan kehidupan kepadamu. (QS Al Anfal:24). Dan sesdah itu beliau bersabda: Akan aku ajarkan kepadamu suatu surat yang paling agung didalam Al Qur’an sebelum engkau keluar dari Masjid ini. Mak beliaupun penggandeng tanganku. Dan ketika belaiu hendak keluar Masjid, aku katakana : ya Rasulullah engkau tadi telah berkata akan mengjarkan kepadaku surat yang paling agung di dalam Al Qur’an. Kemudian beliau menjawab : Benar, { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ia adalah as Sab’ul matsani dan Al Qur’an al ‘Adzhim yang teah diturunkan kepadaku. Demikian juga yang diriwayatkan oleh Bukhori, Abu Dawud, An Nasai dan Ibnu Majah melalui beberapa jalur dari Syu’bah.
Sedangkan segolongan lainnya berpendapat bahwasannya tidak ada keutamaan suatu ayat atau surat atas yang lainnya, karena semuanya merupakan Firman Allah. Supaya hal itu tidak menimbulkan dugaan adanya kekurangan pada ayat lainnya, meski semuanya itu memiliki keutamaan. Pendapat ini dinukil oleh Al Qurthubi dari Al Asy’ari, Abu Bakar al baqilani, Abu Hatim, Ibnu Hibban Al Busti, Abu hayyan, Yahya bin Yahya, dan sebuah riwayat dari Imam Malik.
Ada hadist yang diriwayatkan olehh Bukhari daam kitab Fadhailu Qur’an, dari Abu Sa’id al Khudri, ia berkata: Kami pernah beada dalam suatu perjalanan, lalu kami singgah, tiba-tiba seorang budak wanita datang seraya berkata: Sesungguhnya kepala suku kami tersengat, dan orang-orang kami sedang tidak berada ditempat, apakah diantara kalian ada yang bisa menjampi (ruqyah)? Lalu ada seorang laki-laki yang bersamanya berdiri, yang kami tidak pernah menyangka bisa meruqyah. Kemudian orang itu membacakan ruqyah, maka kepala sukunya pun sembuh. Lali ia (kepala suku) menyuruhnya memberi tigapuluh ekor kambing sedang kami diberi minum susu. Setelah ia kembali, kami bertanya kepadanya: Apakah memang engkau pandai dan bisa meruqyah? Ia menjawab : Aku tidak meruqyah kecuali dengan Ummul Kitab. (Al Fatihah). Jangan berbuat apapun hingga kita datang dan bertanya kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Ketika sampai di Madinah kami menceritakan hal itu kepada Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: Darimana dia tahu kalau surat Al Fatihah itu sebagai ruqyah?, bagi-bagikanlah kambing-kambing itu dan berikan satu bagian kepadaku.” Demikian juga diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud.
Hadist lainnya, riwayat Muslim dalam Kitab Shahih an Nasai dalam kitab Sunan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Ketika Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam sedang bersama Malaikat Jibril, tiba-tiba Jibril mendengar suara dari atas. Maka Jibril mengarahkan pandangannya kelangit seraya berkata : Itu adalah dibukannya sebuah pintu di langit yang belum pernah terbuka sebelumnya.” Ibnu Abbas meneruskan, “dari pintu turun Malaikat dan kemudian menemui Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata : “Samapaikanlah kabar gembira kepad aumatmu mengenai dua cahaya. Kedua cahaya itu telah diberikan kepadamu, dan belum pernah sama sekali diberikan kepada seorang nabipun sebelum kamu, yaitu Fatihatul Kitab dan beberapa ayat terakhir surat Al Baqarah. Tidakkah engkau membaca satu huruf saja darinya melainkan akan diberi pahala kepadamu.”

Apakah selain al Fatihah ada surat tertentu yang harus dibaca, atau cukup Al Fatihah saja?

Bacaan dalam surah Al Fatihah menurut kesepakat ulama merupakan sesuatu yang wajib, namun demikian mereka berbeda pendapat menegani apakah selain alfatihah ada surat tertentu yang harus dibaca, atau cukup Al fatihah saja.
Mengenai hal ini ada dua pendapat. Pertama : Menurut Abu hanifah, pada pengikutnya dan juga yang lainnya, bacaan Al qur’an itu tidak ditentukan. Surat atau ayata anapun yang dibaca akan memperoleh pahala. Merek berhujjah dengan keumuman firman Allah : “Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Qur’an” (QS: Al Muzzamil:20)
Dan sebuah hadist yang terdapat dalam Sahih Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah mengenai kisah seseorang yang kurang baik dalam mengerjakan shalatnya, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “ Jika engkau mengerjakan shalat, maka bertakbirlah, lalu bacalah apa yang mudah bagimu dari al Qur’an.”
Menururt mereka Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam memerintahkannya untuk membaca yang mudah dari Al Qur’an dan beliau menentukan bacaan Al faatihah atas surat lainnya. Ini adalah pendapat yang kami pilih.
Kedua: Diharuskan membaca al Fatihah dalam shalat. Jika sesorang tidak membaca al Fatihah maka shalatnya tidak sah. Ini adalah pendapat Imam Malik, Imam Asy Syafi’I , Imam Ahmad bin Hanbal, para sahabat mereka serta Jumhur ‘ulama.
Pendapat mereka ini disandarkan pada hadist sebagai berikut. ‘Barangsiapa mengerjakan shalat, lalu tidak membaca Ummul Kitab didalamnya, maka shalatnya tidak sempurna.” (HR Muslim, at Tirmidzi, An Nasai dan Abu Dawud dari Abu Hurairah dari Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam)
Selain itu mereka juga berdalil dengan sebuah hadist yang terdapat dalam Sahih Bukhori dan Muslim, dari Az Zuhri, dari mahmud bin az Rabi’, dari Ubadah bin ash Shamit, ia berkata Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.”
Dan juga diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Khuzaimah dan Sahih Ibnu Hibban, dari Abu Hurairah, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Tidak sah shlat yang di dalamnya tidak dibacakan Ummul Qur’an.”
Hadist-hadist mengenai sangat banyak dan terlalu panjang jika kami kemukakan di sini tentang perdebatan mereka. Dan kami telah kemukakan pendapat mereka masing-masing.
Apakah bacaan Al Fatihah wajib dilakukan pada setiap raka’at dalam shalat?
Hal inipun ada perbedaan pendapat, Imam asy syafi’I dan sekelompok ulama berpendapat bahwa bacaan al Fatihah wajib dilakukan pada setiap rakaat dalam raka’at. Sedangkan ulama lainnya mengatakan, bacaaan al Fatihah itu hanya pada sebagian besar ra’kaat.
Hasan al Bashri dan mayoritas ulama Basrah mengatakan, bacaan al Fatihah itu hanya wajib dalam satu rakaat saja pada seluruh shalat, berdasarkan kemutlakan hadist Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam, diaman dia bersabda “ Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.”
Sedangkan Abu Hanifah dan para sahabatnya, at Tsauri serta al Aizai berpendapat, bacaan al Fayihah itu buka suatu hal yang ditentukan (diwajibkan), bahkan jika sesorang membaca selain al Fatihah, maka ia tetap mendapatkan pahala. Hal itu didasarkan pada firman Allah “Maka bacalah olehmu aoa yang mudah bagimu dari al Qur’an. (QS al Muzzammil:20)

Apakah makmum berkewajiban membaca Al Fatihah?

Mengenai hal ini terdapat tiga pendapat dikalangan para ulama;
Pertama: Setiap makmum tetap wajib membaca al Fatihah sebagaimana imam, hal itu didasarkan kepada keumuman hadist.

Kedua: Tidak ada kewah=jiban membaca al fatihah atau surat lainnya bagi makmum sama sekali, baik dalam shalat jahr maupun shalat sirr (perlahan bacanya). Hal itu didasarkan kepada hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal, dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwa Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa shalat bersama seorang imam, maka bacaan imam itu adalah bacaan unutk makmum juga.”
Namun hadist ini memiliki kelemahan dalam sanadnya. Dan diriwayatkan oleh Imam Malik dari Wahab bin Kaisan, dari Jabir, juga diriwayatkan dari beberapa jalan namun tidak satupun yang berasal dari Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam. Wallahu’alam.

Ketiga: Al Fatihah wajib dibaca oleh makmum dalam shalat sir (tidak dikeraskan), dan tidak wajib baginya membaca dalam shalat jahr (bacaan dikeraskan). Hal ini berdasarkan hadist dari Abu Musa Al Asy’ari dalam Sahih Muslim, ia berkata Easulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Sesungguhnya imam itu dijadikan ikutan, jika ia bertakbir maka hendaklah kalian bertakbir, dan jika ia membaca (Al Fatihah.Surat Al Qur’an) maka dengarkanlah.”
Hadist tersebut diats diriwayatkan juga oleh para penyusun kitab Sunnan, yaitu Abu Dawud, an Nasai, dan Ibnu Majah yang berasal dari Abu Hurairah bahwa Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ”jika imam membaca (al fatihah atau Qur’an) maka dengarkanlah.” Hadist ini dinyatakan shahih oleh Muslim bin Hajjaj. Kedua hadist diatas menunjukan kesahihahn pendapat ini yang merupakan qoulun qadim Imam asy-Syafi’i, dan satu riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal. Dan maksud dari pengangkatan masalah-masalah tersebut diatas adalah unutk menjelaskan hokum-hukum yang khusus berkenaan dengan Surat al-Fatihah dan tidak berkenaan dengan surat-surat lainnya.

Tafsir isti’adzah dan Hukum-hukumnya
Allah Ta’ala berfirman :

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ , إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ , وَإِذَا بَدَّلْنَا آيَةً مَكَانَ آيَةٍ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُنَزِّلُ قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مُفْتَرٍ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ

Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (QS an-Nahl : 98-100)

Yang masyuhur dikalangan jumhur ulama bahwa isti’azdah dilakukan sebelum membaca al-Aqur’an unutk mengusir gangguan syaitan. Menurut mereka ayat yang berbunyi “Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk” artinya jika kamu hendak membaca. Sebagaiman firman Allah

إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ
Artinya : “apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu” . (QS al-Maidah : 6), artinya jika kalian bermaksud mendirikan shalat.
Penafsiran seperti itu berdasarkan beberapa hadist dari Rasulullah saw, Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu sa’id al Khudri, ia berkata jika Rasulullah saw hendak mendirikan shalat malam, maka beliau membuka shalatnya dan bertakbir seraya mengucapkan :

سبحانك اللهم وبحمدك، وتبارك اسمك، وتعالى جدك، ولا إله غيرك " . ويقول: " لا إله إلا الله " ثلاثًا، ثم يقول: " أعوذ بالله السميع العليم، من الشيطان الرجيم، من هَمْزه ونَفْخِه ونَفْثه "

Subhaanakallahumma wabihamdika, watabaarakas muka wata’ala jadduka, walaa ilaaha ghoiruk. Dan membaca { لا إله إلا الله} tiga kali, kemudian membaca A’udzubillahis sami’il ‘aliim minasy syaithoonir rajiim, min Hamzihi, wa nafkhiHi, wa nafsiHi.”

Artinya: Mahasuci Engkau, Ya Allah dan segal puji bagi-Mu. Maha Agung nama-Mu dan Maha Tinggi Kemulia-anMu. Tidak ada Tuhan/ilah yang haq melainkan Engkau. Dan membaca { لا إله إلا الله} tiga kali, kemudian membaca Aku berlindung kepada Allah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui dari Syaithan yang terkutuk, dari godaanya, iupannya, dan hembusannya.
Hadist ini diriwayatkan juga oleh empat penyusun Kitab as Sunan dari ja’far bin Sulaiman, dari “ali bin ‘Ali ar Rifa’i. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadist ini adalah hadist yang paling masyhur dalam masalah ini. Dan kata { هَمْز/ Hamz}, {نَفْخِه} nafkh ditafsirkan sebagai kesombongan serta {نَفْثه} Nafst ditafsirkan sebagai sya’ir.
Bukhori meriwayatkan dari sualaiman bin Shurad, ia berkata : Ada dua orang yang saling mencela di hadapan rasulullah saw, sedang kami duduk dihadapan beliau. Salah seorang dari keduanya mencela lainnya dalam keadaan marah dengan wajah yang memerah, maka Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku akan mengajarkan suatu kalaimat yang jika ia mengucapkannya, niscaya akan hilang semua yang dirasakannya itu. Jika ia mengucapkan {أعوذ بالله من الشيطان الرجيم } , kemudian para sahabat berkata kepada orang itu: Tidakkah engkau mendengar apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw ? Orang itu menjawab: Sesungguhnya aku bukanlah orang yang tidak waras.
Hadist diatas juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud dan an-Nasai, melalui beberap jalur sanad dari al-A’masy.

Pengertian Isti’adzah

Isti’adzah berarti permohonan perlindungan kepada Allah dari setiap kejahatan. Jadi {أعوذ بالله من الشيطان الرجيم } berarti aku memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk agar tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan duniaku, atau menghalangiku untuk mengerjakan apa yang telah Dia perintahkan. Atau agar ia tidak menyuruhku mengerjakan apa yang Dia larang, karena tidak ada yang mampu mencegah godaaan syaitan itu kecuali Allah.
Oleh karena itu Allah memerintahkan manusia agar menarik dan menbujuk hati syaithan jenis manusia dengan cara memberikan sesuatu yang baik kepadanya hingga dapat berubah tabiat dari kebiasaaanya yang mengganggu orang lain. Selain itu, Allah juga memerintahkan untuk memohon perlindungan kepada-Nya dari syaitan jenis jin, karena dia tidak menerima pemberian dan tidak dapat dipengaruhi oleh kebaikan. Tabiat mereka jahat dan tidak dapat yang mencegahnya dari dirimu kecuali Rabb yang menciptakan.
Inilah makna yang terkandung dalam tida ayat al Qur’an, yaitu

{خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ }, artinya : Jadilah engaku pemaaf dan suruhlah orang menegrjakan kebaikan dan berpaling dari orang-orang bodoh. (QS: al-A’raaf: 199). Makna ayat ini berkenaan dengan muamalah terhadap musuh dari kalangan manusia.
Kemudian Allah berfirman

{وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} artinya: Dan jika kamu ditimpa suatu godaan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS: al-A’raaf: 200)
Sedangkan dalam suraat Al Mu’minun, Allah berfirman:

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ, وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ, وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ

Artinya: Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (QS al Mu’minun: 96-98)
Dalam bahasa arab, kata syaithan berasal dari kata Syathon, yang berarti jauh. Jadi tabiat syaithan itu sangat jauh dari tabi’at manusia, dank arena kefasikannya dia sangat jauh dari segala macam kebaikan.
Ada juga yang mengtakan bahwa syaitan itu berasal dari kata “Syatha” artinya terbakar, karena ia diciptakan dari apai. Dan ada juga yang mengtakan bahwa kedua makna tersebut adalah benar, tetapi makna pertama lebih benar.
Menurut Sibawaih, bangsa Arab biasa mengatakan “Tasyaithona Fulan”, jika sifulan berbuat seperti perbuatan syaitan. Jika kata syaithan itu berasal dari kata “Syatha” tentu mereka mengatakan “tasyaitha”. Jadi menurut pendapat yang benar kata syaithan itu berasal dari kata “Syathana” yang berarti jauh. Oleh karena itu mereka menyebut syaithan untuk setiap pendurhaka, baik jin, manusia, maupun hewan.
Berkenaan dengan hal ini, Allah Ta’ala berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

Artinya: Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS al An’am: 112)
Dalam Musnad Ahmad, disebutkan hadist dari Abu Dzarr, Rasulullah saw bersabda :”Wahai Abu Dzarr, mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaithan-syaithan jenis manusia dan jin.” Lalu aku bertanya, Apakah ada syaithan dari jenis manusia? Rasulullah menjawab “ya”.
Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Dzarr, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “yang dapat membatalkan shalat adalah wanita, keledai dan anjing hitam.” Kemudian kutanyakan: “Ya, Rasulullah, mengapa anjing hitam dan buka anjing kemerahan atau kekuningan? Beliau menjawab: “Anjing hitam itu adalah syaithan”.
Kata “ar-rajiim” berwazan fa’il (subjek), tapi bermakna maf’ul (objek) berarti bahwa syathan itu terkutuk dan terusir dari semua kebaikan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: {وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ}artinya : Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan. (QS al-Mulk: 5)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.

افتتح بها الصحابةُ كتاب الله، واتّفق العلماء على أنها بعض آية من سورَة النمل، ثمّ اختلفوا: هل هي آية مستقلة في أوّل كل سورة، أو من أول كل سورة كتبت في أوّلها، أو أنها بعض آية من أوّل كل سورة، أو أنها كذلك في الفاتحة دون غيرها، أو أنها [إنما] كتبت للفصل، لا أنها آية؟ على أقوال للعلماء سلفًا وخلفًا، وذلك مبسوط في غير هذا الموضع.

Para sahabat membuka Kitabullah dengan membacanya. Dan para ulama bersepakat bahwa ia (bismillah) merupakan salah satu ayat dari surah an-Naml. Kemudian mereka berselisih pendapat apakah basmalah itu ayat yang berdiri sendiri pada awal setiap surat, atau merupakan bagian awal dari masing-masing surat dan ditulis pada pembukaannya. Ataukah juga merupakan salah satu ayat dari setiap surat atau bagian dari surat al-Fatihah saja dan bukan surat-surat lainnya. Ataukah basmalah yang ditulis dimasing-masing surat itu hsnys untuk pemisah antara surat saja, dan merupakan ayat. Ada beberapa pendapat dikalangan ulama baik salaf maun khalaf, dan bukan disini tempat unuk menjelaskan itu semua.

وفي سنن أبي داود بإسناد صحيح، عن ابن عباس، رضي الله عنهما، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان لا يعرف فصل السورة حتى ينـزل عليه ( بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) وأخرجه الحاكم أبو عبد الله النيسابوري في مستدركه أيضًا

Dalam Sunan Abu Dawud dengan sanad Shahih, dari Ibnu Abbas radhiAllahu’anhuma, bahwasannya Rasulullah saw tidak mengetahui pemisah surat al-Qur’an sehingga turun kepadanya { بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}, dan dikeluarkan juga oleh Imam Hakim Abu Abdillah an-Naisaburi dalam Kitab Mustadraknya.
Diantara ulam yang mengtakan bahwa basmalah adalah ayat dari setipa surat kecuali at-Taubah, yaitu Ibnu Abbas, ‘Umar, Ibnu az Zubair, Abu Hurairah, ‘Ali. Dan kalangan tabi’in ‘Atha, Thawus, Sa’id bin Jubair, Makhul dan az Zuhri.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Abdullah bin al-Mubarak, Imam asy-Syafi’I, Ahmad bin Hanbal, Ishak bin Rahawaih, Abu ‘Ubaid al Qasim bin Salam.
Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah beserta para pengikutnya berpendapat bawa basmalah itu bukan merupakan ayat dari surah al-Fatihah, tidak juga surat-surat lainnya. Nmaun menurut Dawud, basmalah terletak pada awal setiap surat dan bukan bagian darinya. Demikian pula menurut satu riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal.
Mengenai bacaan basmalah secara jahr (dikeraskan bacaannya) termasuk bagian dari perbedaan pendapat diatas. Mereka berpendapat bahwa basmalah itu bukan ayat dari surah al-Fatihah, maka ia tidak membacanya secara jahr. Demikian juga yang mengtakan bahwa basmalah adalah suatu ayat yang ditulis pada awal setiap surat.
Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa basmalah termasuk bagian dari setiap surat, masih berbeda pedapat. Imam Asy Syafi’i, berpendapat bahwa basmallah itu dibaca secara jahr bersama al-Fatihah dan juga surat al-Qur’an lainnya. Inilah madzhab beberapa sahabat dan tabi’in serta para imam, baik salaf maupun khalaf.

وفي صحيح البخاري، عن أنس بن مالك أنه سئل عن قراءة رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: كانت قراءته مدا، ثم قرأ ( بسم الله الرحمن الرحيم ) يمد بسم الله، ويمد الرحمن، ويمد الرحيم

Dalam kitab sahih Bukhori, diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa ia pernah ditanya mengenai bacaan dari Nabi saw, maka ia menjawab: bahwasannya bacaan beliau itu sesuai dengan panjang dan pendeknya, kemudian Anas membaca “bismillahirrahmanirrahim” dengan memanjangkan bismillah, kemudian “ar-rahmaan dan ar-rahiim.
Dalam Musnad Ahamd, Sunan Abu dawud, Shahih Ibnu Khuzaimah dan Mustadrak Imam Hakim, yang diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata Rasulullah saw memutus-mutus bacaannya, bismillahirrahmanirrahii, alhamdulillahir rabbil ‘alamin , ar-rahmanir rahiim, maliki yaumiddin. Dan Imam ad-Daruqutni berkata : “sanad hadist ini shahih.”
Dan ulama lainnya berpendapat bahwa basmallah tidak dibaca secara jahr didalam shalat. Inilah riwayat yang benar dari empat Khulafaur Rasyidiin, Abudullah bin Mughaffal, beberapa golongan ulama salaf maupun khalaf. Hal ini juga menjadi pendapat Abu Hanifah, atz-Tsauri, dan Ahmad Bin Hanbal.
Dan menurut Imam Malik basmalah tidak dibaca sama sekali, baik secara jahr maupun sir. Mereka mendasarkan pada hadist yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim, dari ‘Aisyah berkata: Rasulullah saw membuka shalat dengan takbir dan bacaan al-hambulillahir rabbil’alamin.”
Juga hadist dari kitab Bukhori dan Muslim dari Ans bin Malik, ia menceritakan :”Aku pernah shalat di belakang Nabi saw, Abu Bakar, Umar dan Ustman, mereka semua membuka shalat dengan bacaan al-hambulillahi Rabbil ‘alamiin.
Dan juga dalam riwayat Mulism :”Mereka tidak menyebutkan Bismillahirrahmanirrahiim pada awal bacaan dan tidak juga pada akhirnya. Hal ini juga terdapat pada kitab sunnan, yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal.
Demikianlah dasar-dasar pengabilan pendapat para imam mengenai masalah ini dan tidak menjadi perbedaan pendpaat, karena mereka telah sepakat bahwa shalat bagi orang yang men-jahr-kan atau yang men-sir-kan basmallah adalah sah. Al-hamdulillahirobbil ‘alamiin.

Keutamaan Basmalah

Membaca basmalah disunnahkan pada saat mengawali setiapa pekerjaan. Disunnahkah juga padasaat hendaka masuk ke kamar kecil. Hal itu sebagaimana disebutkan dalah hadist. Selain itu, basmalah juga disunnahkan untuk dibaca di awal wudhu, sebagaimana dinyatakan dalam hadits marfu; dalam kitab Musnad Ahmad dan kitab-kitab sunnan, dari Abu Hurairah, Sa’id bin Zaid dan Abu Sa’id, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak sempurna wudhu bagi orang yang tidak membaca nama Allah padanya.” (Hadist in hasan)

في صحيح مسلم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لربيبه عمر بن أبي سلمة: "قل: باسم الله، وكل بيمينك، وكل مما يليك"

Dalam shahih Muslim disebutkan : Bahwasannya Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada ‘Umar bin Abi Salamah: “Bacalah, bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat darimu.”
Meski demikian diantara ulama ada yang mewajibkannya. Disunnahkan pula membacanya ketika hendak berjima’ (berhubungna intim) berdasarkan hadist dalam kitab sahih Bukhori dan Muslim, dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah bersabda:
"لو أن أحدكم إذا أتى أهله قال: باسم الله، اللهم جنبنا الشيطان، وجنب الشيطان ما رزقتنا، فإنه إن يقدر بينهما ولد لم يضره الشيطان أبدًا"


Seandainya sesorang diantara kalaian hendak mencampuri dengan istrinya, hendakla membaca “Bismillah, Allahumma jannibnasy syaithaana, wajannibisy syaithaana maa razaqtanaa, (dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engaku anugerahkan kepada kami), maka jika Allah menakdirkan anak melalui hubungan keduanya, maka anak itu tidak akan diganggu syaitan selamanya.”
Lafazh (Allah) merupakan nama untuk Rabb. Dikatakan bahwa Allah adalah al-ismul a’zham (nama yang paling Agung), karena nama itu menyandang segala macam sifat, sebagaimana firmna Allah :

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS Al Hasyr: 22)
Dengan demikian semua nama-nama yang baik itu menjadi sifat-Nya. Dalam kitab sahih Bukhori dan Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"إن لله تسعة وتسعين اسما، مائة إلا واحدًا من أحصاها دخل الجنة"

Artinya: “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa yang dapat menghafalnya maka ia akan masuk surga.”
Nama Allah merupakan nama yang tidak diberikan kepada siapapun kecuali diri-Nya, yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Oleh karena itu dalam bahasa Arab tidak diketahui dari kata apa nama-Nya itu berasal. Maka diantara para ahli nahwu ada yang menyatakan bahwa nama itu (Allah) adalah ismun kamid, yaitu nama yang tidak memiliki kata dasar. Al-Qurtubi mengutif hal itu dari sejumlah ulama diantaranya asy-syafi’I, al-Khatthabi, Imamul Haramain, al Ghazali, dan lain-lain.
Dari al-khalil dan Sibawaih diriwayatkan bahwa “Alif” dan “lam” dalam kata “Allah” merupakan suatu yang lazim (tak terpisahkan). Al Khatthabi mengatakan: “Tidakkah anda menyadari bahwa anda dapat meyerukan “ Ya Allah dan tidak dapat menyerukan “Ya Arrahmaan”. Jika kata “Allah” bukan kata yang masih asli, maka tidak boleh memasukan huruf nida (seruan) terhadap “alif” dan “lam”. Ada juga yang berpendapat bahwa kata “Allah” itu merupakan kata dasar.
{الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} merupakan dua nama dalam bentuk mubalagah yang berasal dari satu kata ar-rahmah. Namun kata ar-rahman lebih menunjukan makna lebih daripada kata ar-Rahiim.

وقال القرطبي: والدليل على أنه مشتق ما خرجه الترمذي وصححه عن عبد الرحمن بن عوف، أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "قال الله تعالى: أنا الرحمن خلقت الرحم وشققت لها اسمًا من اسمي، فمن وصلها وصلته ومن قطعها قطعته"


Berkata al-Qurthubi : Dan ini merupakan dalil yang menunjukan bahwa nama ini (ar-Rahman) adalah musytaq , sebagaimana diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan sahih dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiAllahu ‘anhu bahwa ia pernah mendengar Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Aku adalah ar-Rahman, Aku telah menciptakan rahim. Aku telah menjadikan untuknya nama dari nama-Ku. Barangsiapa yang menyambungnya, maka Aku akan menyambungnya. Dan barangsiapa memutuskannya maka Akupun akan memutuskannya.”
Ini merupakan nash bahwa nama tersebut adalah musytaq, karena itu tidak diterima pendapat yang menyalahi dan menentangnya.
قال أبو علي الفارسي: الرحمن: اسم عام في جميع أنواع الرحمة يختص به الله تعالى، والرحيم إنما هو من جهة المؤمنين، قال الله تعالى: وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا


Artinya: Berkata Abu ‘Ali al Farisi: “ar-Rahman merupakan nama yang bersifat umum meliputi segala bentuk rahmat, nama ini dikhusukan bagi Allah semata. Sedangkan ar Rahim, memberikan kasih saying hanya kepada orang-orang beriman. Allah Ta’ala berfirman :”Dan Dia-lah yang Maha Penyayang kepada orang-orang berimana” (al Ahzab : 43)
وقال ابن المبارك: الرحمن إذا سئل أعطى، والرحيم إذا لم يسأل يغضب، وهذا كما جاء في الحديث الذي رواه الترمذي وابن ماجه من حديث أبي صالح الفارسي الخوزي عن أبي هريرة، رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من لم يسأل الله يغضب عليه"

Dan berkata Ibnu Mubarak : ar Rahman yaitu jika dimintai, maka Dia akan memberi, sedangkan ar Rahim, jika permohonan tidak diajukan kepada-Nya maka Dia akna murka. Sebagaimana hadist dalam riwayat at Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadist Ibnu Sholih al Farisi al Khuzi dari Abu Hurairah radhiAllahu ‘anhu, ia berkata, bersabda Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam “Barangsiapa yang tidak memohon kepada Allah maka Dia akan murka kepadanya”.
Nama { الرَّحْمَنِ} hanya dikhusukan unutk Allah saja, tidak diberikan kepada selain diri-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى


Artinya: Katakanlah : Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai al-Asmaul Husna. (QS al-Israa : 110)
Oleh karena ini ketika dengan sombongnya, Musailamah al Kadzdzab menyebut dirinya dengan sebutan Rahman al Yamamah, maka Allahpun memakaikan padanya pakaian kebohongan dan membongkarnya, sehingga ia tidak dipanggil melainkan dengan sebutan Musailamah al-Kadzdzab.
Sedangkan mengenai { الرَّحِيمِ}Allah Ta’ala pernah meyebutkan kata itu untuk selain diri-Nya. Dalam firman-Nya Allah menyebutkan:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangan menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu. Aman belas kasihan lagi penyanyang terhadap orang-orang mu’min. (QS at Taubah : 128)
Dapat disimpulkan bahwa diantara nama-nama Allah itu ada yang disebutkan untuk selain diri-Nya, tetapi ada juga yang tidak disebutkan unutk selain diri-Nya, misalnya nama Allah, ar Rahman, al Kholiq, ar Razaq dan lain-lainnya. Oleh karena itu Dia memulai dengan nama Allah dan meyifati-Nya dengan ar Rahman, karena ar Rahman itu lebih khusu daripada ar Rahiim.

IsyaAllah bersambung : Tafsir Surah al Fatihah ayat 2 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam (QS. Al-Fatihah :2)

Al Qur’an as-sab’ah (tujuh ahli qiro’ah) membacanya dengan memberi harakat dhommah pada huruf dal padal kalimat alhamdulillah, yang merupakan mubtada (subjetk) dan khabar (predikat).
Abu Ja’far bin Jarir mengatakan : al-hamdulillah berarti syukur kepada Allah Subhana wata’ala dan bukan kepada sesembahan selanin-Nya, bukan juga kepada mahluk yang telah diciptakannya, atas segala nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang tidak terhingga jumlahnya, dan tidak seorang pun selain Dia yang mengetahui jumlahnya. Berupa kemudahan berbagai sarana untuk menta’ati-Nya dan anugerah kekuatan fisik agar dapat menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya. Selain itu, pemberian rizki kepada mereka di dunia serta pelimpahan berbagai nikmat dalam kehidupan yang sama sekali mereka tidak memiliki hak atas hal itu, juga sebagai peringatan dan seruan kepada mereka akan sebab-sebab yang dapat membawa kepada kelanggengan hidup di surga tempat segala kenikmatan abadi. Hanya bagi Allah segala puji baik di awal maupun di akhir.
Ibu Jarir mengatakan “Alhamdulillan merupakan pujian yang disampaikan Allah untuk diri-Nya. Didalamnya terkandung perintah kepada hamba-hamban-Nya agar mereka memuji-Nya. Seolah-olah Dia mengatakan “Ucapkanlah, Alhamdulillah”.
Lebih lanjut Ibnu Jarir menyebutkan “Telah dikenal dikalangan para ulama muta-akhhirin, bahwa al-Hamdu adalah pujian melalui ucapan kepada yang berhak mendapatkan pujian disertai penyebutan segala sifat-sifat baik yang berkenaan dengan dirinya maupun berkenaan dengan pihak lain. Adapun Asy Syakru tiada lain kecuali dilakukan terhadap sifat-sifat yang berkenaan dengan selainnya, yang disampaikan melalui hati, lisan, dan anggota badan.
Namun demikian, mereka berbeda pendapat mengenai mana yang lebih umum, alhamdu atau asy-syukru. Mengenai hal ini terdapat dua pendapat. Dan setelah diteliti antara keduanya terdapat keumuman dan kekhususan. Alhamdu lebih umum dari pada asy-syukru, karena terjadi pada sifat-sifat yang berkenaan dengan diri sendiri dan juga pihak lain, misalnya anda katakana: “Aku memuji-Nya (Al-hamdu) karena sifatnya yang kestaria dan karena kedermawanannya. Tetapi juga lebih khusus, karena hanya bisa diungkapkan melalui ucapan, perbuatan dan juga niata. Tetapi lebih khusus, karena tidak bisa dikatakan bahwa aku berterimakasih kepadanya atas sifatanya yang kesatria, namun bisa dikatakan aku berterimakasih kepadanya atas kedermawanan dan kebaikannya kepadaku.
Diriwayatkan dari al Aswad bin Sari’, beliau berkata: :Aku bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam: Ya Rasulullah, maukah engkau aku bacakan puji-pujian yang dengannya aku memuji Rabb-ku, Allah Tabaarakta wa ta’ala, maka beliau bersabda: Tentu saja, sesungguhnya Rabb-mu menyukain pujian (al-hamdu).” (HR Imam Ahmad dan an-Nasai-i)
Diriwayatkan oleh Abu ‘Isa, at Tirmidzi, an Nasai dan Ibnu majah dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baiknya dzikir adalah kalimat “Laa ilaha illallaah, dan sebaik-baiknya do’a adalah Al Hamdulillah.”
Menurut at-Tirmidzi, hadist ini hasan gharib. Dan diriwayatkan oleh Ibnu majah dari Anas bin Malik r.a, Rasulullah shalallahi ‘alahi wasallam “Allah tidak menganugerahkan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu ia mengucapkan “Alhamdulillah, melainkan apa yang diberikan-Nya itu lebih baik dari pada yang diambil-Nya.”
“Alif” dan “Lam” pada kata “alhamdu” dimaksudkan unutk melengkapi bahwa segala macam jenis dan bentuk pujian itu hanya untuk Allah semata.
“Ar- Rabbi” adalah pemilik, penguasa dan pengendali. Menurut bahasa, kata Rabb ditujukan kepada tuan dan kepada yang berbuat untuk perbaikan, semuanya itu benear bagi Allah Ta’ala. Kata ar-Rabb tidak digunakan untuk selain dari Allah kecuali jika disambung dengan kata lain setelahnya, misalnya “Rabbud Daari” (pemilik rumah). Sedangkan kata ar-Rabb secara mutlak hanya boleh digunakan untuk Allah Subhana wa Ta’ala.
Ada yang mengatakan bahwa ar-Rabb itu merupakan nama yang agung, sedangkan “Al ‘Alamiin” adalah bentuk jamak dari kata “’Alimuun” yang berarti segala sesuatu selain Allah. “ Lafazh “’Alamun” merupakan bentuk jamak yang tidak memiliki mufrad (bentuk tunggal) dari kata itu. Sedangkan misalnya “al-‘Awaalimu” berarti berbagai macam makhluk yang ada dilangit, bumi, daratan maupun laiutan.
Bisyr bin ‘Imarah meriwayatkan dari Abu Rauq dari Adh Dhahak, dari Ibnu Abbas: “Alhamdulillahi robbail ‘alamiin” artinya segala puji bagi Allah pemilik seluruh yang ada di langit dan di bumi serta apa yang ada di antara keduanya, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui.
Az-Zajjaj mengatakan : “al-‘aalamu” berarti semua yang diciptakan oleh Allah di dunia dan di akhirat. Sedangkan Al Qurtubi mengatakan: “Apa yang dikatakan az-Zajjaj itulah yang benar, karena mencakup seluruh alam (dunia dan Akhirat)
Menurut penulis (ibnu Katsir) “al-‘aalamu” berasal dari kata “al-alaa matu” karena alam merupakan bukti yang menunjukan adanya Pencipta serta ke-Esa-an-Nya. Sebagaimana Ibmu al Mu’taz pernah mengatakan :”Seungguh mengherankan, bagaimana mungkin seorang bisa mendurhakai Rabb, atau mengingkari-Nya, padahal dalam setiap segala sesuatu terdapat untuk-Nya yang menunjukan bahwa Dia adalah Esa.”


الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Arrahmaanirr rahiim (QS 1: 3)

Artinya: Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

{ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ }: mengenai pembahasannya telah dikemukakan dalam pembahasan basmalah, sehingga tidak perlu diulang lagi.

Al Qurtubhi mengatakan : “Allah menyifati diri-Nya dengan ar-Rahman ar-Rahim setelah Rabbul ‘alamin, untuk meyelingi anjuran (targhib) sesudah peringatan (tarhib), sebagaimana yang di Firmankan-Nya:

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الألِيمُ

Artinya: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih.” (QS. Al-Hijr : 49-50)

Juga Firman Allah lainnya :

إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: Sesungguhnya Rabb-mu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-An’aam : 165)

Selanjutnya Al Qurtubhi menjelaskan : ar-Rabb merupakan peringatan, sedangkan ar-Rahman ar-Rahim merupakan anjuran. Dalam Shahih Muslim, disebutkan hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Sholallahu ‘alahi wasallam, bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " لو يعلم المؤمن ما عند الله من العقوبة ما طمع في جنته أحد ولو يعلم الكافر ما عند الله من الرحمة ما قنط من رحمته أحد "

Artinya: “Seandainya seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada pada sisi Allah, niscaya tidak seorangpun yang bersemangat untuk meraih surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak akan ada seorang pun yang berputus asa untuk mendapatkan rahmat-Nya.


مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Yang Menguasi Hari Pembalasan (QS. 1:4)

Sebagian qurra’a membaca “مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ” dengan meniadakan alif huruf mim. Sementara sebagian qurra’a lainnya membaca dengan menggunakan alif setelah mim menjadi “مَالِكِ”. Kedua bacaan itu benar dan mutawatir dalam qira’ah sab’ah.

“مَالِكِ ” berasala dari kata “al-mulku/kepemilikan”, sebagaimana firman-Nya

إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الأرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ
Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami lah mereka dikembalikan. {QS. Maryam : 40)

Sedangkan “Malikun” berasal dari kata “al-mulku” sebagaimana firman-Nya

لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
"Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. [al- Mu’min : 16]

Pengkusan kerajaan pada hari pembalasan tersebut tidak menafikan kekuasaan Allah atas kerajaan yang lain. (kerajaan Dunia), karena telah disampaikan sebelumnya bahwa Dia Rabb semesta alam. Dan kekuasaan-Nya ini bersifat umum di dunia maupun di akhirat. Ditambahkan kata “yaumid din” (hari pembalasan), kaena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat mengaku-ngaku sesuatu dan tidak juga dapat berbicara kecuali dengan seidzin-Nya, sebagaimana firman Allah:

يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا

Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. [an-Naba: 38]

Hari pembalasan berarti hari perhitungan bagi semua makhluk, disebut juga hari kiamat. Mereka diberi balasan sesuai dengan amalnya. Jika amalnya baik maka balasannyapun baik, jika amalnya buruk, maka balasannyapun buruk kecuali bagi yang diampuni.
Pada hakikatnya “al-Malik” adalah nama Allah sebagaimana firman-Nya

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera. [al-Hasyr : 23]

Dalam Sahih Bukhori dan Sahih Muslim, diriwayatkan, hadist marfu’ dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Julukan yang paling hina disisi Allah adalah seorang yang menjuluki didrinya malikul Amlak (Raja-diraja), karena tidak ada Raja (Malik) yang sebenarnya kecuali Allah”

Dan dalam kitab yang sama juga dari Abu Hurairah, ra, rasulullah sholallahu ‘alahi wasalam, bersabda : “Allah [pada hari kiamat] akan menggemgam bumi dan melipat langit dengan tangan-Nya, lalu berfirman : “akulah Raya (yang sebenarnya), dimankah raja-raja bumi, dimanakan mereka yang merasa perkasa itu, dan dimana orang-orang yang sombong.

Sedangkan di dalam al Qur’an disebutkan
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

"Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. [al-Mu’min : 16]

Adapun penyebutan malik selain kepada-Nya di dunia hanyalah secara majaz (kiasan) saja, tidak pada hakikatnya sebagaiman Allah pernah mengemukakan

إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا

"Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". [al-Baqarah: 247]

Kemudian kata “ad-diin” dalam lafazh “Maalikiyauminddin” berarti ari pembalasan atau perhitungan. Allah SWT berfirman:

يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ

Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, [an-Nur : 25], dan juga Allah berfirman :

أَئِنَّا لَمَدِينُونَ

apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?" [ash-Shaafaat: 53]

Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda : “ orang yang cerdik adalah yang mau mengoreksi dirinya dan berbuata untuk (kehidupan) setelah kematian.” (HR Tarmidzi dalam kitab al-Qiyamah, dan ia meng-hasankannya. Juga Ibnu majah dalam Kitab az-Zuhud dan Ahmad dalam Al Musnad)

Artinya : ia akan senantiasa menghitung-hitung dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Umar bin Khattab:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا وَتَأَهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَر عَلَى مَنْ لَا تَخْفَى عَلَيْهِ أَعْمَالُكُمْ . " يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَة "

“Hisablah diri kalian sebelum kalian di hisab, dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan bersiaplah menghadapi hari yang besar, yakni hari diperlihatkannya (amal seseorang), sementara semua amal kalian tidan tersembunyi dari-Nya. Allah berfirman : Pada hari itu kalian dihadapkan (kepada rabb kalian), tiada sesatupun dari keadaaan kalian yang tersembunyi (bagi-Nya).” [QS. Al- Ahaqqa: 18)

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (QS. 1 : 5)

Para ahli qiraa’at sab’ah dan jumhurul ‘ulama membacanya dengan memberikan tasydid pada huruf ya’ pada kata “إِيَّاكَ”. Sedangkan kata “نَسْتَعِينُ” dibaca dengan memfathahkan huruf “nun” yang pertama. Menururt bahasa, kata ibadah berarti tunduk dan patuh. Sedangkan menurut syari’at, ibadah berarti ungkapan dari kesempurnaan cinta, ketundukan dan ketakutan.
Didahulukan maf’ul (objek) yaitu kata “iyyaka”, dan setelah itu diulangi lagi, adalah merupakan tujuan mendapatkan perhartiam dan juga sebagai pembatasan. Artinya “ Kami tidak beribadah keculai kepada-Mu., dan kami tidak bertawakal kecuali hanya kepada-Mu. Dan inilah puncak kesempurnaan keta’atan. Dan agama itu secara keseluruhan kembali kepada kedua makna diatas.
Yang demikian itu seperti kata sebagaian ‘ulama terdahulu, bahwa surat al-Fatihah adalah Rahasia Al Qur’an, dan rahasia al-Fatihah terletak pada ayat :
{ِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} artinya “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”.
Pengalan pertama, yakni “Hanya kepada-Mu kami beribdahah” merupakan pernyataan berlepas dari kemusrikan, sedangkan pada pengalan kedua, yaitu “Hanya kepada-Mulah kami memohon pertolongan” merupakan sikap berlepas diri dari upaya dan kekuatan serta meyerahkan urusannya hanya kepada Allah Subhana wata’ala saja.
Makana seperti ini tidak hanya terdapat dalam satu ayat al-Qur’an saja, seperti firman-Nya :
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Artinya: “maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan” (Qs. Hud 123)
Dalam ayat tersebut terjadi perubahan bentuk dari ghaib (orang ketiga) kepada mukhatha (orang kedua, lawan bicara) yang ditandai dengan huruf {كَ} padakata “iyyaka”. Yang demikian itu memang sejalan karena ketika seorang hamba memuji kepada Allah, maka seolah-olah ia merasa dekat dan hadir dihadapannya. Oleh karena itu Allah berfirman

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (QS. 1 : 5)
Ini merupakan dalil yang menunjukan bahwa awal-awal surat al-Fatihah merupakan pemberitahuan dari Allah yang memberikan pujian kepada diri-Nya sendiri dengan berbagi sifat-Nya yang Agung, serta petunjuk kepada hamba-hamba-Nya agar memuji-Nya dengan pujian tersebut.
Dalam Sahih Muslim, diriwayatkan dari al-‘Ala bin Abdurrahman, dari ayahnya dari Abu Hurairah ra, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَقُول اللَّه تَعَالَى قَسَمْت الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ فَنِصْفهَا لِي وَنِصْفهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ إِذَا قَالَ الْعَبْد " الْحَمْد لِلَّهِ رَبّ الْعَالَمِينَ " قَالَ اللَّه حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ " الرَّحْمَن الرَّحِيم " قَالَ اللَّه أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ : " مَالِك يَوْم الدِّين" قَالَ اللَّه مَجَّدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ " إِيَّاكَ نَعْبُد وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين " قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ " اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيم صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْت عَلَيْهِمْ غَيْر الْمَغْضُوب عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ " قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

“Aku telah membagi shalat menjadi dua bagian antara diri-Ku dengan hamba-Ku. Bagi hamba-Ku apa yang di minta. Jika ia mengucapkan “segala puji bagi Allah, Rabb semesta Alam”, maka Allah berfirman “ Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Dan jika ia mengucapkan “maha Pemurah lagi Maha Penyanyang” maka Allah berfirman :”Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Jika ia mengucapkan “Yang menguasai Hari pembalasan” maka Allah berfirman “Hamba-ku telah memuliakan-Ku”. Jika ia mengucapkan “hanya kepada Engaku kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan” maka Allah berfirman “Inilah bagian antara diri-Ku dan hamba-Ku. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta. Dan jika Ia mengucapkan “Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesata, maka Allah berfirman “Ini unutk hamba-Ku dan bagi hamba-ku pula apa yang ia minta.”
{Iyyakana’budu}didahulukan dari {wa-iyyakanasta’in}, karena ibadah kepada-Nya merupakan tujuan, sedangkan permohonan pertolongan hanya merupakan sarana untuk beribadah. Yang terpenting lebih didahulukan dari pada yang sekedar penting. Jika ditanyakan : Lalu apa makna huruf (nun - نَعْبُدُ-) pada firman Allah
{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Jika huruf (nun) itu dimaksudkan sebagai bentuk jamak, padahal orang yang mengucapkan itu hanya satu orang, dan jika untuk pengagungan, maka yang demikian itu tidak sesuai dengan kondisi?
Pertanyan diatas dapat dijawab : Bahwa yang dimaksudkan dengan nun (NA’budu/Kami beribadah) itu adalah untuk memberitahukan mengenai jenis hamba dan orang yang shalat merupakan salah satu darinya, apalagi jika orang-orang melakukannya secara berjama’ah, atau imam dalam shalat, memberitahukan tentang dirinya sendiri dan juga saudara-saudaranya yang berimana tentang “ibdah” yang untuk tujuan inilah mereka diciptakan.

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (QS. 1: 6)

قِرَاءَة الْجُمْهُور بِالصَّادِ وَقُرِئَ السِّرَاط وَقُرِئَ بِالزَّايِ قَالَ الْفَرَّاء وَهِيَ لُغَة بَنِي عُذْرَة وَبَنِي كَلْب

Jumhur Ulama membacanya dengan memakai huruf “shod” {ص}. Adapula yang membacanya dengan huruf “syin” {س}= ( السِّرَاط), serta ada juga membacanya dengan huruf “za” {ز}. Al-Farra’ mengatakan : Bacaaan ini merupakan bahasa Bani ‘udzrah dan Bani Kalb.
Setelah menyampaikan pujian kepada Allah Subhana wa Ta’ala dan hanya kepada-Nya permohonan ditjukan, maka layaklah jika hal itu diukitu dengan permintaan. Sebagaimana firman-nya :”Setengah untuk-Ku dan setengah lainnya unutk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.
Yang demikian itu merupakan keadaan yang amat sempurna bagi seorang yang mengajukaan permintaan. Pertama ia memuja rabb yang akan ia minta, kemudian memohonkan keperluanyya sendiri dan keperluan saudara-saudaranya dari kalangan orang-orang yang berimana, melalui ucapannya { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ} (Tunjukilah kami jalan yang lurus)
Karena yan demikian itu lebih memudahkan pemberian apa yang dihajatkan dan lebih cepat dikanulkan. Untuk itu Allah Tabaraka wa Ta’ala membimbing kita agar senantiasa melakukannya, sebab yang demikian itu lebih sempurna.
Permohonan juga dapat diajukan dengan cara memberitahukan keadaan dan kebutuhan orang yang mengajukan permintaan tersebut, sebagaimana yang diucapkan Musa ‘alaihi sallam

رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
"Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (al-Qashash : 24)

Permintaan itu bisa didahului dengan meyebut sifat-sifat siapa yang akan diminta, seperti ucapan Dzun dan Nun (nabi Yunus ‘alaihi sallam)

لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (al-Anbiyya : 87)
Kata hidayah pada ayat ini berarti bimbingan dan taufik. Terkadang kata hidayah (mya’addi/transitif) dengan sendirinya (tanpa huruf lain yang berfungsi sebagai pelengkapnya), seperti pada firman Allah Subhaana wa Ta’ala { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ}, dalam ayat ini terkandung makna berikanlah ilham kepada kami, berikanlah taufik kepada kami, berikanlah rizki kepada kami atau berikanlah anugerah kepada kami.
Sebagaimana yang ada pada firman Allah
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (QS al-Balad : 10) artinya Kami telah menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Selain itu dapat juga menjadi muta’addi dengan memakai kata “’ila”, sebagaimana firman Allah

اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. “ (an-Nahl : 121)
Maka hidayah dalam ayat diatas ialah dengan pengertian bimbingan dan petunjuk. Demikian juga dengan firman-Nya
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu (Muhammad Shalalallahu ‘alahi wasallam) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy-Syura’: 52)
Terkadang kata hidayah menjadi mu’addi dengan memakai kata “li” sebagaimana yang diucapkan oleh para penghuni surga {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا } “"Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini” (QS: al-A’raf: 43), yakni Allah memberikan taufik kepada kami unutk memperoleh surga ini dan Dia janjikan kami sebagai penghuninya.
Sedangkan mengenai firman Allah { الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ }, Imam Abu ja’far bin Jariri mengatakan bahwa ahli tafsir secara keseluruhan sepakat bahwa “Shirathal mustaqim” adalah jalan yang terang dan lurus.
Kemudian terjadi perbedaaan penafsiran dikalangan mufaasir dari kalangan ulama salaf dan khalaf dalam menafsirkan kata shirath, meskipun pada prinsipnya kembali kepada satu makna, yakni mengikuti Allah dan Rasul-Nya.
Jika ditanyakan : “Mengapa seorang mu’min memohon hidayah pada setiap saat, baik pada waktu mengerjakan shalat maupun diluar shalat, padahal ia sendiri menyandang sifat itu. Apakah yang demikian itu termasuk memperoleh sesuatu yang sudah ada?
Jawabnya adalah tidak. Kalau bukan karena dia perlu memohon hidayah siang dan malam hari, niscaya Allah tidak akan membimbing kearah itu, sebab seorang hamba senantiasa membutuhkan Allah setiap saat dan situasi agar diberikan keteguhan, kemantapan, penambahan dan kelangsungan hidayah, karena ia tidak kuasa memberikan manfaat atau mudharat kepada dirinya sendiri kcuali Allah menghendaki.
Oleh karena itu Allah selalu membimbingnya agar ia senantiasa memohon kepada-Nya setiap saat dan supaya Dia memberikan pertolongan, keteguhahn dan taufik
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (al-Baqarah : 7)

وَقَوْله تَعَالَى : " صِرَاط الَّذِينَ أَنْعَمْت عَلَيْهِمْ " مُفَسِّر لِلصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيم وَهُوَ بَدَل مِنْهُ عِنْد النُّحَاة وَيَجُوز أَنْ يَكُون عَطْف بَيَان وَاَللَّه أَعْلَم

Firman Allah Ta’ala yaitu { صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ}adalah sebagai tafsir dari firman-Nya (Shiratal Mustaqim/jalan yang lurus), dan merupakan badal menurut para ahli nahwu dan boleh juga sebagai athaf bayan . Wallahu a’lam

Orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah itu adalah orang-orang yang tersebut dalam surat an-Nissa, Allah berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا (69)ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا (70)

Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui. (an-Nissa : 69-70)

Firman Allah (غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ) artinya bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (al-Baqarah : 7), jumhur ulama membaca “ghoiri” dengan memberikan kasrah pada huruf ra’ dan kedudukannya sebagai na’at (sifat).
Maka ayat ke-7 dari surat ini memiliki makna tunjukilah kepada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engaku karunia nikmat kepadanya, yaitu mereka yang memperoleh hidayah, istiqomah, dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mengerjakan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya. Bukan jalan orang-orang ynag mendapat murka, yang kehendak mereka telah rusak sehingga meskipun mereka mengetahu kebenaran, namun menyimpang darinya. Bukan juga jalan 0rang0rang yang sesat, yaitu orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, sehingga mereka berada dalam kesesatan serta tidak mendapatkan jalan menuju kebenaran.