Selasa, 27 Oktober 2009

Tafsir QS Ar-Rahman

Abu Isa At-Tirmidzi meriwayatkan dari Jabir, ia bercerita: "Rasulullah saw pernah keluar menemui para Sahabatnya, lalu beliau membacakan kepada mereka surat Ar-Rahman dari awal sampai akhir, maka mereka pun diam. Lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya aku telah membacakannya kepada jin pada malam jin, dan mereka lebih baik sambutannya daripada kalian.Setiap kali aku sampai pada bacaan: 'Maka nikmat Rabb-mu manakah yang kamu dustakan?' maka mereka mengatakan: 'Tidak ada suatupun dari nikmat-Mu, yang kami dustakan, wahai Rabb kami dan segala puji hanya bagi-Mu.'" Kemudian Imam At-Tirmidzi mengungkapkan : "Hadits ini ghorib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits al-Walid bin Muslim, dari Zuhair bin Muhammad.

Allah Ta'ala memberitahukan tentang karunia dan Rahmat-Nya bagi makhluk-Nya, dimana Dia telah menurunkan Al-Quran kepada hamba-hamba-Nya memberikan kemudahan membaca dan memahaminya bagi siapa saya yang Dia beri rahmat. Dia berfirman : "(Robb) yang Maha Pemurah, Yang Telah Mengajarkan al-Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara." (ayat 1-4). Al-Hasan berkata: "Kata al-Bayan berarti berbicara. Karena siyaq berada dalam pengajaran al-Quran oleh Allah Ta'ala yaitu cara membacanya. Dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi, serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalannya masing-masing dari tenggorokan, lidah dan dua buah bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya."
Dan firman Allah Ta'ala: "Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan." (ayat 5). Maksudnya, keduanya beredar silih berganti sesuai dengan perhitungan, tidak akan bertolak belakang dan tidak akan kacau.
Firman Allah Ta'ala: "Dan tumbuh-tumbuhan serta pohon-pohonan, kedua-duanya tunduk kepada-Nya." (ayat 6). Ibnu Jarir mengemukakan: "Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai firman-Nya: An-Najmu setelah mereka sepakat bahwa makna syajaru adalah pohon yang berdiri di atas batangnya." Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas ra, ia mengatakan: "An-Najmu adalah apa yang tumbuh di permukaan bumi, yaitu tumbuh-tumbuhan." Hal itu juga dikemukakan oleh as-Suddi dan Sufyan ats-Tsauri. Dan pendapat itu pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir. Sedangkan Mujahid mengatakan: "Yang dimaksud dengan An-Najmu adalah bintang yang ada di langit." Hal itu pula yang dikatan oleh al-Hasan dan Qotadah. Dan perndapat terakhir inilah yang lebih jelas.

Firman Allah Ta'ala: "Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia telah meletakkan neraca," (ayat 7) Yakni keadilan. Yang demikian itu sebagaimana firman Allah yang lain: "Sesungguhnya Kami telah mengutus para Rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Kami telah menurunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (QS Al-Hadid: 25)

Dan demikianlah, disini Allah berfirman: "Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu." (ayat 8). Artinya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh kebenaran dan keadilan agar segala sesuatu berada dalam kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu Allah berfirman: "Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adul dan janganlah kamu mengurangi neraca itu." (ayat 9). Maksudnya, janganlah kamu mengurangi timbangan, tetapi hendaklah kalian menimbang dengan benar dan adil. Sebagaimana firman-Nya "Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus." (QS Asy-Syuara:182).
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk-(Nya)." (ayat 10). Maksudnya, sebagaimana Dia telah meninggikan langit, Dia juga meratakan bumi dan menjadikannya kokoh dengan gunung-gunung yang tinggi agar segala macam makhluk beraneka ragam, jenis, bentuk, warna kulit dan bahasanya yang ada diatasnya dapat hidup secara tetap.
Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah dan Ibnu Zaid mengatakan "Al-Anam berarti makhluk."
Ayat 11. "Di bumi itu ada buah-buahan," yang beraneka ragam warna, rasa dan aromanya. "Dan pohon kurma yang menyerupai kelopak mayang." Allah sebutkna buah itu secara khusus karena kemuliaan dan manfaat yang dikandungnya, baik ketika masih basah maupun telah kering.
Ibnu Juraij berkata dari Ibnu Abbas : "Al-Akmam berarti tempat munculnya buah kurma." Hal seperti itu dikemukakan oleh banyak ahli tafsir. Jadi, kelopak mayang itu adalah tempat keluarnya tandan, lalu terbelah dari gerumbul, kemudian menjadi kurma kering, lalu menjadi kurma kurma basah selanjutnya matang, sehingga terwujudlah kematangan dan keseimbangannya.

Dan firman-Nya : "Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya." (Ayat 12). Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra mengenai "Dan biji-bijian yang berkulit" ia mengatakan "Yakni, kulit yang menutupinya." Al-'Aufi menceritakan dari Ibnu Abbas: "Al-'Ashfu berarti daun tumbuhan berwarna hijau yang telah dipotong bagian atasnya, dan dia disebut al-'ashfu jika telah mengering. Demikian pula yang dikemukakan oleh Qatadah, adh-Dhahak, dan Abu Malik. Ibnu Abbas, Mujahid dan lain-lain mengatakan : "Ar-Rayhan berarti daun." DAn al-Hasan berkata : "Ia adalah wewangian kalian ini."

Dan firman Allah: "Maka, nikmat Rabb-mu manakah yang kamu dustakan?" (ayat 13). Maksudnya, nikmat Rabb kalian yang manakah wahai sekalian manusia dan jin yang kalian dustakan? Demikian penafsiran yang diberikan oleh Mujahid dan beberapa ulama lainnya. Hal itu pula yang ditunjukkan oleh susunan ayat setelahnya. Dengan kata lain, nikmat-nikmat sudah sangat jelas bagi kalian, sedang kalian bergelimang dengannya tanpa dapat mengingkari dan mendustakannya. Maka, kita katakan sebagaimana yang dikatakan oleh bangsa Jin yang beriman "Ya Allah, tiada suatu pun dari naikmat-nikmat-Mu ya Rab kami yang kami dustakan. Hanya bagimulah segala puji."

Allah SWT menceritakan tentang penciptaan manusia dari tanah kering seperti tembikar dan penciptaan jin yang berasal dari ujung lidah api. Demikianlah yang dikemukakan oleh adh-Dhahak dari Ibnu Abbas ra. Dan hal senada juga dikemukakan oleh Ikrimah, Mujahid, al-Hasan dan Ibnu Zaid. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: "Kata 'mim maarijin naar' berarti dari api yang murni." Demikianlah yang disampaikan oleh Ikrimah, Mujahid, adh-Dhahak dan lain-lain.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah, ia bercerita: "Rasulullah saw bersabda: 'Malaikat diciptakan dari nur (cahaya), jin dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian." (HR. Muslim).
Firman Allah Ta'ala: "Maka, nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?" Penafsiran ayat ini telah dikemukakan di depan.
"Rabb yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Rabb yang memelihara kedua tempat terbenamnya." (ayat 17). Yakni, tempat terbit matahari dan tempat terbenamnya di musim panas dan musim dingin. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman "Maka Aku bersumpah dengan Rabb yang mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang." (QS. Al-Ma'arij: 40).
Yang demikian itu dengan perbedaan tempat terbit dan perpindahannya setiap hari serta penampakkannya kepada uamt manusia. Dan dalam ayat yang lain lagi, Allah berfirman "Dia-lah Rabb timur dan barat, tiada Ilah (yang haq) melainkan hanya Dia. Maka, ambillah Dia sebagai pelindung." (QS Al-Muzammil: 9).
Yang dimaksudkan dari hal itu adalah jenis yang sama antara terbit dan terbenam. Ketika dalam perbedaan antara terbit dan terbenamnya itu mengandung kemaslahatan bagi makhluk, baik jin maupun manusia, maka Dia pun berfirman "Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?"

Dan firman Allah "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu." (ayat 19). Ibnu Abbas mengatakan "Maksudnya, mengalirkan keduanya." Dan mengenai firman-Nya "Kemudian bertemu" Ibnu Zaid mengatakan "Yakni, yang menghalangi kedua lautan itu untuk bertemu, yaitu dengan meletakkan penghalang yang memisahkan antara keduanya." Dan yang dimaksud dengan firman-Nya "albahrain" adalah asin dan manis. Dan yang manis itu adalah sungai-sungai yang mengalir di tengah-tengah uamt manusia.
Firman Allah "Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." (ayat 20). Maksudnya, Allah menjadikan penghalang dari tanah antara keduanya agar masing-masing tidak saling melampaui, sehingga menimbulkan kerusakan dan menghilangkan sifat yang dikehendaki dari masing-masing lautan.

Dan firman Allah "Dari keduanya keluar mutiara dan marjan." (ayat 22). Yakni, dari keduanya. Jika ditemukan pada salah satunya, maka hal itu sudah cukup. Sebagaimana yang difirmankan-Nya "Wahai sekalian bangsa jin dan manusia, bukankah telah datang kepadamu utusan-utusan dari kalanganmu sendiri?" (QS Al-An'am: 130).
Utusan-utusan itu hanya berasal dari bangsa manusia, tidak dari bangsa jin. Dan pengertian itu telah dibenarkan. Pengertian "allu'lu'u (marjan)" sudah sangat dimengerti. Sedangkan "almarjan (mutiara)" maka ada yang mengatakan "Yaitu, mutiara kecil". Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid, Qatadah, Abu Razin dan adh-Dhahak dan diriwayatkan dari Ali. Dan ada juga yang mengatakan "Yaitu, mutiara yang besar dan terbaik." Demikian yang diceritakan Ibnu Jarir dari beberapa ulama Salaf dan diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari ar-Rabi bin Anas. Juga diriwayatkan oleh as-Suddi mengatakan dari MAsruq dari Abdullah, ia berkata "almarjan adalah permata merah."
Sedangkan firman-Nya "Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu dapat memakainya." (QS. Faathir: 12).
Daging itu berasal dari air asin dan air tawar, sedangkan p[erhiasan hanya berasal dari air asin, tidak dari air tawar. Dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Jika turun hujan dari langit, maka setiap kulit kerang di dalam laut membuka mulutnya, dan setiap percikan air hujan yang masuk ke dalamnya akan menjadi mutiara." Sanadnya sahih.
Tatkala pengambilan perhiasan itu sebagai suatu nikmat bagi penduduk buni, maka Allah Ta'ala memperingatkan mereka seraya bertanya "Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?"

Dan firman Allah "Dan kepunyaan-Nya-lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya." (ayat 24). Yakni, kapal-kalap yang berlayar. "fil bahri" di lautan. Kata "almunsya'aatu" berarti kapal-kapal yang berlayar tinggi. "Kal a'laam" Laksana gunung-gunung. Yakni, bagaikan gunung-gunung dalam besarnya dan berbagai barang dagangan yang terangkut di dalamnya dari satu tempat ke tempat lain, dan dari satu daerah ke daerah lain yang didalamnya terdapat kemaslahatan bagi umat manusia berupa pengambilan berbagai hal yang mereka butuhkan berupa berbagai barang dagangan. Oleh karena itu Allah berfirman "Dan kepunyaan-Nya-lah bahtera-bahtera ayng tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung."

Allah membertahukan bahwa seluruh penghuni bumi akan pergi dan mati secara keseluruhan. Demikian halnya dengan penghuni langit, kecuali yang dikehendaki Allah Ta'ala. Dan tidak ada seorangpun yang tersisa selain Wajah Allah Yang Maha Mulia. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Suci, tidak akan mati dan akan tetap hidup selamanya. Qatadah mengatakan: "Allah memberitahu apa yang Dia ciptakan, lalu memberitahukan bahwa semuanya itu akan binasa." Dan dalam do'a matsur juga disebutkan :
"Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Maha Berdiri, wahai Rabb Yang menciptakan langit dan bumi, wahai Rabb Yang mempunyai keperkasaan dan kemuliaan. Tidak ada Ilah (yang haq) melainkan hanya Engkau semata. Dengan rahmat-Mu kami memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh keadaanku secara keseluruhan, dan janganlah Engkau bebankan (urusan) kami pada diri kami sendiri atau kepada salah seorang dari makhluk-Mu."

Asy-Sya'bi mengemukakan: "Jika engkau membaca 'Kullu man 'alayha faan' 'semua yang di bumi itu akan binasa' maka janganlah engkau diam sehingga engkau membaca 'wayabqa wajhu robbika...' 'Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan'." Ayat tersebut sebagaimana firman Allah yang lain : "Segala sesuatu itu akan binasa kecuali Wajah-Nya (Allah)." (QS. Al-Qashash:88).

Dalam ayat yang mulia di atas, Allah Ta'ala telah mensifati diri-Nya sebagai Rabb yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Artinya, Dia memang berhak untuk dibesarkan, sehingga tidak boleh didurhakai; dan ditaati sehingga tidak boleh ditentang.
Ibnu Abbas mengatakan: "Yang dimaksud dengan 'Al-Jalaali wal Ikraam' adalah Yang memiliki Keagungan dan kebesaran."
Ketika Allah memberitahukan tentang persamaan penghuni bumi secara keseluruhan dalam hal kematian dan bahwasanya mereka semua akan menuju ke alam akherat, maka Dia akan memberikan keputusan terhadap mereka dengan berdasarkan pada hukum-Nya yang adil, maka Dia pun berfirman: "Maka nikma Rabbmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Dan firman-Nya: "yas-aluhu man fissamaawaati..." "Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan." Yang demikian itu merupakan pemberitahuan tentang ketidakbutuhan diri-Nya terhadap pihak lain, dan butuhnya pihak lain-yaitu makhluk- kepada-Nya dalam segala kesempatan.mereka meminta kepada-Nya melalui ucapan dan perbuatan dan bahwasanya setiap hari, Dia selalu dalam kesibukan.

Mengenai firman-Nya: "Setiap saat Dia berada dalam kesibukan," al-A'masy berkata dari Mujahid dari Ubaidah bin Umair, ia mengatakan: "Diantara kesibukan-Nya adalah mengabulkan doa orang yang berdoa atau memberi orang yang meminta, menggembirakan orang yang sengsara dan menyembuhkan orang yang sakit."

Qatadah menyebutkan "Dia sama sekali tidak membutuhkan penghuni langit maupun penghuni bumi, Dia menghidupkan orang hidup dan mematikan orang mati, memelihara anak kecil, membebaskan tawanan. Dan Dia menjadi tumpuan orang-orang yang shalih dalam memenuhi kebutuhan mereka serta menjadi tujuan pengaduan mereka."

Ibnu Jarir meriwayatkan, Abdullah bin Muhammad bin Amr al-Ghazi memberitahuku dari Munib bin Abdullah bin Munib al-Azdi dari ayahnya, ia bercerita "Rasulullah apernah membaca ayat ini 'setiap waktu Dia dalam kesibukan', lalu kami bertanya: 'Ya Rasulullah apakah kesibukan tersebut?' Beliau menjawab 'memberikan ampunan atas suatu dosa, melampangkan kesempitan, meninggikan suatu kaum dan merendahkan kaum yang lainnya."

Ali bin Abi Thalib meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah "sanafraghu lakum..." "Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu, hai manusia dan jin" ia berkata "Yang demikian itu merupakan ancaman dari Allah Ta'ala bagi hamba-hamba-Nya dan Allah tidak mempunyai kesibukan sedang Dia dalam keadaan luang." Demikian itu yang dikemukakan oleh adh-Dhahak "Itu adalah ancaman". Mengenai firman-Nya "sanafraghuh lakum" Ibnu Juraij mengatakan "Maksudnya akan Kami putuskan bagi kalian."

Imam al-Bukhari mengemukakan "Kami (Allah) akan menghisab kalian. Allah tidak akan disibukkan oleh sesuatu pun." Dan hal itu sudah sangat dikenal masyarakat Arab. Misalnya dikatakan "Kami akan luangkan waktu untukmu. Tidak ada kesibukan apa pun untuk melayanimu."Maksudnya, Dia berkata "Benar-benar aku akan pegan ubun-ubunmu."

Dan firman-Nya 'ayyuhats tsaqolan' "Hai manusia dan jin" berarti manusia dan jin. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih: "Yang didengar oleh segala sesuatu kecuali ats-tsaqolain (manusia dan jin)."

Dan dalam riwayat lain disebutkan "Kecuali manusia dan jin".

"Maka, nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?" Dan setelah itu Allah berfirman "Yaa ma'syaral jinni..." "Hai sekalian jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan." Maksudnya, kalian tidak akan sanggup melarika diri dari keputusan takdir Allah, bahkan Dia melihat kalian. Kalian tidak akan dapat melepaskan diri dari hukum-Nya, dimana saja kalian berada. Dia akan selalu meliputi kalian. Dan itulah yang berlangsung pada saat pengumpulan manusia di alam mahsyar. Pada saati itu para Malaikat mengelilingi makhluk dalam tujuh barisan di setiap sisi , sehingga tidak ada seorang pun yang sanggup pergi, "Melainkan dengan kekuatan". Maksudnya, dengan perintah Allah: "Pada hari itu manusia berkata : 'Kemana tempat melarikan diri?' Sekali-kali tidak. Tidak ada tempat berlindung. Hanya kepada Rabb-mu sajalah pada hari itu tempat kembali." (QS. Al-Qiyamah: 10-12).

Oleh karena itu Allah berfirman: "yursalu 'alaykuma..." "Kepadamu (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya)." Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: "Yang dimaksud dengan asy-syuwazhu adalah nyala api yang membara." Mengenai firman-Nya : "wa nuhasun" "cairan tembaga," Ali bin Abi Thalhah meriwaaytkan dari Ibnu Abbas, yaitu asap api. Dan hal yang sama diriwayatkan dari Abu Sholih, Said bin Zubair dan Abu Sinan. Ibnu Jarir mengemukakan: "Masyarakat Arab menyebutkan asap dengan sebutan nuhas."Dan diantara kata an-nuhas yang diartikan sebagai asap adalah ungkapan alah seorang penyair: 'Ia memancarkan sinar seperti pancaran sinar pelita yang berminyak, dimana Allah tidak menjadikan asap padanya.'"
Mujahid mengemukakan: "Cairan tembaga yang berwarna kuning menyiram kepala mereka." Demikian pula yang dikemukakan Qotadah.
Apapun pendapat yang ada, maka seandainya kalian lari pada hari kiamat kelak maka para malaikat dan Zabaniyah akan mengembalikan kalian dengan mengirimkan nyala api dan cairan tembaga kepada kalian agar kalian kembali lagi. Oleh karena itu Allah berfirman: "Maka nikmat Robb kamu manakah yang kamu dustakan?"

Allah berfirman: "faidzan syaqqotissamaa-u..." "maka apabila langit telah terbelah," pada hari kiamat kelak. Sebagaimana yang telah ditunjukkan ayat ini, penafsiran tsb juga ditunjukkan oleh ayat-ayat yang semakna dengannya.

Dan firman-Nya: "fakaanat wardatan kaddihaan" "Dan menjadi merah mawah seperti (kilapan) minyak." Maksudnya, akan melebur seperti meleburnya perak ditempat peleburan, dan berwarna dengan aneka warna seperti aneka warna kain celup yang diminyaki. Kadang-kadang berwarna merah, kadang juga kuning, biru, dan hijau. Perbedaan warna itu disebabkan oleh keadaan yang sangat hebat dan menakutkannya hari kiamat yang sangat dahsyat.
Imam Ahmad meriwayatkan, "Ahmad bin Abdul Malik memberitahu kami, Abdurrahman bin Abi Shohba' memberitahu kami, Nafi Abu Gholib al-Bahilly memberitahu kami, Anas bin Malik memberitahu kami, ia bercerita: "Rasulullah saw bersabda: 'Umat manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat sedangkan langit memercikan hujan rintik kepada mereka.'"
Al-Jauhari mengatakan: "ath-thosyun" berarti hujan rintik. Adh-Dhohhak menceritakan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah "wardatan kadiihaan" : "menajdi mewar marah seperti (kilapan) minyak," Ia mengatakan "Yaitu, kulit yang disamak berwarna merah." Abdul Jauza berkata: "Yakni, dalam minyak yang jernih." Ibnu Juraij mengemukakan "Langit seperti minyak yang mencair. Dan itu terjadi ketika ia terkena oleh panasnya neraka Jahannam."

Dan firman Allah "fa yaumaidzin laa yus-alu..." "Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya." Hal itu dalam satu keadaan, dan disana ada keadaan lain dimana makhluk akan ditanya tentang semua amal perbuatan mereka. Allah berfirman: "Maka demi Rabb-mu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu." (QS. Al-Hijr: 92-93)
Oleh karena itu mengenai firman-Nya "Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya." Qotadah mengatakan "Sudah ada pertanyaan, lalu mulut-mulut kaum dikunci sehingga yang berbicara adalah tangan dan kaki mereka untuk memberitahukan apa yang dulu mereka kerjakan. Seakan-akan hal itu terjadi setelah mereka diperintahkan menuju Neraka. Dan pada saat itu mereka tidak ditanya tentang dosa-dosa mereka, tetapi mereka digiring menuju Neraka dan kemudian dilemparkan kedalamnya, sebagaimana yang difirmankan-Nya "yu'raful mujrimuuna..." "orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya." Yakni, dengan alamat-alamat yang tampak pada mereka."
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan "Mereka dikenal dengan hitamnya wajah mereka dan birunya warna mereka." Berkenaan dengan hal itu, aku (Ibnu Katsir) katakan "Yang demikian itu sama seperti orang-orang Mukmin mereka akan dikenal dengan wajahnya ayng putih dan cemerlang (ayng tampak) dari bekas wudhu."

Dan firman-Nya "fayu' khodzu binnawaashi..." "Lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka." Maksudnya, Zabaniyah menyatukan ubun-ubun dan kedua kaki orang-orang kafir dan kemudian melemparkannya kedalam neraka.
AlA'masy meriwayatkan dari Ibnu Abbas: "Maka, ubun-ubun dan kedua kaki mereka dipegang, lalu dipecahkan seperti dipecahkannya kayu bakar di perapian." Adh-Dhahhak berkata "Ubun-ubun mereka disatukan dengan kedua kaki mereka pada atu rantai dari belakang punggung mereka."

Dan firman Allah "Haadzihii Jahannamul latii..." "Inilah Neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa." Maksudnya, inilah Neraka yang dahulu kalian dustakan keberadaannya. Sekarang ia sudah hadir dan kalian menyaksikan sendiri secara langsung. Yang demikian itu dikatakan kepada mereka sebagai penghinaan, celaan sekaligus merendahkan mereka.

Dan firman-Nya lebih lanjut "yathuufuuna baynahaa..." Mereka berkeliling diantaranya dan diantara air mendidih yang memuncak panasnya." Maksudnya, terkadang mereka diadzab di Neraka Jahim dan terkadang disiram dengan air mendidih. Yang dimaksud dengan al-hamiim adalah minuman ayng berwujud seeprti tembaga cair yang dapat memutuskan pencernaan dan usus.

Firman-Nya "hamiimun aan" "Air mendidih yang memuncak panasnya," yakni yang sangat panas sekali, yang tingkat kepanasannya sudah berada pada puncaknya yang tidak mungkin disentuh karena panas itu. Dan mengenai firman Allah Ta'ala: "yathuufuuna bainahaa..." "Mereka berkeliling diantaranya dan diantara air yang mendidih yang memuncak panasnya." Ibnu Abbas mengatakan: "Maksudnya, panasnya telah mencapai puncak titik didih." Demikian juga yang dikatakan oleh Mujahid, Said bin Jubair, adh-Dhahhak, al-Hasan, ats-Tsauri, dan as-Suddi. Sedangkan dari al-Qurthubi terdapat riwayat lain "hamiimun aan" "Air mendidih yang memuncak panasnya", yakni hadir. Dan itu pula yang menjadi pendapat Ibnu Zaid. Mengingat pemberian hukuman kepada orang-orang bermaksiat yang berbuat dosa dan pemberian nikmat kepada orang-orang yang beriman ini merupakan karunia, rahmat, keadilan dan kelembutan-Nya terhadap makhluk-Nya, dan peringatan-Nya kepada mereka akan adzab dan siksaan-Nya yang akan menjauhkan mereka dari kemusyrikan dan kemaksiatan dan lain-lain. Dia berfirman seraya mempertanyakan hal itu kepada seluruh makhluk-Nya "fabi-ayyi aalaaa-i robbikumaa..." "Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?"

Ibnu Syaudzab dan 'Atha al-Khurasani mengatakan: "Ayat ini 'wa liman khoo fa...' "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabb-nya ada dua surga,' diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar." Ibnu Abi Hatim menceritakan dari Athiyyah bin Qais mengenai firman Allah "wa liman khoo fa..." "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabb-nya ada dua surga," ayat ini turun berkenaan dengan orang yang berkata: "Bakarlah aku dengan api, mudah-mudahan Allah menyesatkanku," kemudian ia bertaubat selama satu hari satu malam setelah mengucapkan hal tersebut. Setelah itu Allah menerima taubatnya dan memasukkannya ke surga. Tetapi yang benar ayat ini bersifat umum sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan ulama lainnya. Allah berfirman "wa liman khoo fa..." "Dan bagi orang yang takut...". Yakni, dihadapan Allah pada hari kiamat kelak, "Dan menahan diri dari mengikuti hawa nafsu." (QS. An-Nazi'aat:40)

Ia tidak mengutamakan kehidupan duniawi serta mengetahui bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih abadi, sehingga ia menunaikan semua yang telah diwajibkan Allah serta menjauhi semua larangan-Nya. Dan pada hari kiamat kelak, disisi Rabb-nya, ia mempunyai dua Surga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abu Bakar bin Abdullah bin Qais dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah bersabda "Dua Surga yang bejana dan semua yang ada didalamnya terbuat dari perak dan dua Surga yang bejana dan semua yang ada didalamnya terbuat dari emas. DAn jarak antara suatu kaum dan kesempatan melihat Rabb-nya hanyalah selapis selendang kebesaran pada wajah-Nya di surga 'Adn."

Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari dan para perawi lainnya kecuali Abu Dawud dari hadits Abdul Aziz.

Hammad bin Salamah menceritakan dari Tsabit dari Abu Bakar bin Abi Musa dari ayahnya Hammad mengatakan: "Aku tidak mengetahuinya melainkan telah di-rafa' dalam firman Allah "wa liman khaa fa..." Dan bagi orang yang takut...". Dan dalam firman-Nya "wa min duunihimaa..." "Dan selain dari dua Surga itu ada dua Surga lagi." (QS Ar-Rahman:62). Dua Surga dari emas buat para Muqorrobun (orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya), dan dua Surga dari perak bai ashabul yamin (orang-orang yang mendapatkan buku catatannya dengan tangan kanan). Ayat ini berlaku umum, baik bagi kalangan manusia maupun jin. Dan ia merupakan dalil yang paling kuat yang menunjukkan bahwa jin dapat masuk surga jika mereka beriman dan bertakwa. Oleh karena itu, Allah mempertanyakan kepada bangsa jin dan manusia dengan balasan tersebut "wa liman khoo fa..." "Dan bagi orang yang takut..." Setelah itu, Allah menyifati kedua Surga tersebut, dimana Dia berfirman "dzawaa ta afnaan" "Kedua Surga itu mempunyai pohon-pohon dan buah-buahan." Yakni, dahan-dahan yang subur lagi indah yang memiliki buah-buahan matang yang sangat menyenangkan. "fabi-ayyi aalaaa-i..." "Maka nikmat Rabb-mu yang manakah ..."

Begitu pula Atha al-Khurasani dan sekelompok ulama mengatakan bahwa kata "al-afnaan" berarti dahan pohon yang sebagian saling bersentuhan dengan sebagian lainnya. Lebih lanjut 'Atha mengemukakan "Setiap dahan mempunyai beberapa gerombol buah."

"Fiihimaa aynaani tajriyaan" "Didalam kedua Surga itu ada dua buah mata air yang mengalir." Yakni, untuk mengairi pohon-pohon dan dahan-dahan, sehingga daapt berbuah dengan aneka warnanya. "fabiayyi aalaa-i..." Maka nikmat Rabb-mu yang..." Al-Hasan Al-Bashri mengungkapkan: "Salah satu (mata air)nya bernama Tasnim dan yang lainnya bernama Salsabil." "Athiyah berkata: "Salah satunya dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, dan yang lainnya dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi para peminumnya. Oleh karena itu, setelahnya Dia berfirman "fiihimaa min kulli..." "Didalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan." Yakni, dari seluruh jenis buah-buahan yang mereka ketahui dan yang lebih baik dari apa yang mereka pernah ketahui, yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga dan tidak pula terbesit didalam hati manusia. "fabiayyi aalaa-i..." "Maka nikmat Rabb-mu yang..."

Ibnu Abbas berkata "Tidak ada yang terbawa dari dunia ke akherat nanti kecuali nama-namanya saja." MAksudnya, diantara nama-nama buah-buahan di dunia dan di akherat itu terdapat perbedaan yang sangat besar dan kelainan yang sangat mencolok.

Allah berfirman "muttaki-iina" "Mereka bertelekan" yakni para penghuni surga. Dan yang dimaksud dengan al-ittika' disini adalah berbaring. Ada pula yang mengatakan: "Yakni, duduk bersila". "'Alaa furusyin bathaa-inuha..." "Diatas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera". Yakni, kain sutera tebal. 'Ikrimah, adh-Dhahak Qatadah dan Abu Imran al-Juni berkata: "Yaitu, sutera yang diberi hiasan dengan emas."

Dengan demikian Allah telah memberitahukan kemuliaan bagian luar dengan kemuliaan bagian dalam. Yang demikian itu merupakan peringatan yang bertingkat,dari bawah ke atas. Abu Ishaq menceritakan dari Hubairah Ibnu Maryam dari Abdullah bin Mas'ud, ia mengatakan: "Ini adalah bagian dalam, bagaimana jika kalian melihat bagian luar?" MAlik bin Dinar mengatakan "Bagian dalamnya terbuat dari sutera, sedangkan bagian luarnya terbuat dari cahaya."

"wa janal jannataini..." "Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat." Maksudnya, buah-buahannya itu ada di dekat mereka. Kapan pun mereka menghendaki, maka mereka dapat memetiknya dalam keadaan mereka yang bagaimanapun. Sebagaimana yang difirmankan Allah "quthuu fuhaa daa niyah" "Buah-buahannya dekat." (QS Al-Haaqqah: 23). Yakni, tidak menyusahkan orang yang akan memetiknya, bahkan diantara dahan-dahannya ada yang sengaja menurunkan diri seraya mendekatkan diri kepadanya.

"fabi-ayyi aalaaa-i..." "Maka nikmat Rabb-mu manakah yang kamu dustakan?" Setelah Allah menyebutkan permadani-permadani dan keagungannya, maka selanjutnya Dia berfirman "fiihinna" "didalamnya", yakni pada permadani-permadani tersebut "qooshiraa tuththarfi" "ada bidadari-bidadari yang sopan dan menundukkan pandangannya." Yakni, menundukkan pandangan-pandangan selain pasangan mereka. Mereka tidak melihat seorang pun yang lebih tampan dari pasangan mereka sendiri di Surga itu. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas, Qatadah, Atha al-Khurasani dan Ibnu Zaid. Dan disebutkan pula dalam sebuah riwayat, bahwa salah seorang dari bidadari-bidadari tersebut berkata kepada suaminya: "Demi Allah, aku tidak melihat didalam Surga ini sesuatu yang lebih baik (tampan) darimu. Tidak ada di surga ini yang lebih aku cintai melebihi kecintaanku kepadamu. Segala puji hanya bagi Allah yang telah menajadikanmu pasangan untukku dan menjadikan diriku pasangan untukmu."

"lam yathmitshunna..." "Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin." Maksudnya, mereka masih perawan yang penuh cinta lagi sebaya umurnya. Mereka belum pernah dicampuri oleh seorang pun sebelum pasangan mereka sendiri, baik oleh kalangan jin maupun manusia. Dan hal itu merupakan dalil yang menunjukkan bahwa jin Mukmin itu akan masuk Surga.

Artha-ah bin al-Mundzir bercerita, Dhamrah bin Habib pernah ditanya: "Apakah jin itu masuk Surga?" Maka ia menjawab: "Ya, dan mereka pun menikah. Di kalangan jin ada laki-laki dan juga perempuan, sebagaimana halnya manusia, yang terdiri dari laki-laki dan juga perempuan."

Dan itulah makna firman Allah "lam yathmitshunna..." "Mereka tidak pernah disentuh..."

Setelah itu Allah mensifatkan bidadari-bidadari itu kepada kita sebagai khithah (lawan bicara): "ka-annahunnal yaquutu..." "Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan." Mujahid, al-Hasan, Ibnu Zaid dan lain-lain mengatakan "Yakni, dalam kejernihan permata yaqut dan beningnya marjan." Dengan demikian, mereka (para mufasir) telah menjadikan marjan di dalam ayat ini sama dengan lu-lu' (mutiara).

Imam Muslim telah meriwayatkan hadits Ismail bin 'Ulayah, dari Ayyub, dari Muhammad bin Sirin, ia berkata "Siapakah yang lebih banyak berbangga-bangga tdiri atau berdzikir di Surga nanti, kaum laki-laki atau kaum perempuan?" Maka Abu Hurairah berkata: "Bukankah Abul Qosim telah bersabda: "Sesungguhnya, rombongan pertama yang masuk Surga berwujud seperti bulan pada malam purnama dan yang selanjutnya dalam wujud seperti cahaya bintang yang bersinar di langit, yang masing-masing orang dari mereka mempunyai dua orang isteri yang ia melihat sumsum betisnya dari luar kulit, dan didalam Surga tidak ada orang yang tidak menikah."

Selasa, 25 Agustus 2009

Tafsir Al-Qomar 31-55

Allah SWT berfirman seraya menceritakan tentang kaum Luth, bagaimana mereka mendustakan dan menentang Rasul mereka, serta tindakan mereka melakukan suatu perbuatan yang tidak terpuji berupa homoseksual, yakni berhubungan badan sesama laki-laki. Itulah perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum mereka. Oleh karena itu, Allah SWT membinasakan mereka secara keseluruhan, yang Dia belum pernah melakukan kebinasaan seperti itu seblumnya terhadap umat-umat lain. Allah Ta'ala telah memerintahkan Jibril as, lalu ia membawa kota-kota mereka sampai ke puncak langit, kemudian Dia balikkan dan membantingnya dan mereka dilempari batu-batu dari tanah yang panas secara bertubi-tubi. Oleh karena itu, disini Dia berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu, kecuali keluarga Luth. Mereka kami selamatkan diwaktu sebelum fajar menyingsing." Maksudnya mereka keluar pada akhir malem, sehingga mereka selamat dari azab yang menimpa kaum mereka. Dan tidak seorang pun dari kaum Luth yang beriman kepadanya, bahkan istrinya sendiri pun tidak beriman kepadanya. Sehingga istrinya itu tertimpa apa yang menimpa kaumnya. Lalu Nabi Luth bersama beberapa anak perempuannya keluar dari tengah-tengah kaumnya dengan selamat, tanpa tersentuh oleh keburukan sedikit pun. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman: "Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami." Maksudnya, sebelum azab datang menimpa mereka, Luth telah memperingatkan mereka akan siksa dan azab Allah. Namun mereka tidak pernah menoleh kepadanya dan tidak pula mau mendengarnya. Bahkan justru mereka meragukan dan merasa sombong terhadapnya. "Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), " Hal itu terjadi pada malam hari ketika malaikat Jibril, Mikail dan Israfil mendatangi Luth dalam wujud tiga orang pemuda tampan, sebagai ujian dari Allah bagi mereka. Lalu mereka dijamu oleh Luth as, namun istrinya yang sudah tua renta itu mengirim pesan buruk kepada kaumnya. Ia memberitahu mereka tentang tamu-tamu Luth. Maka mereka pun segera mendatanginya dari segala arah. Dan Luth segera mengunci pintu agar mereka tidak dapat masuk. Kemudian mereka berusaha mendobrak pintu, dan itu berlangsung pada sore hari, sedang Luth berusaha menahan dan menghalangi mereka seraya mengatakan keapda mereka, "Mereka itu adalah anak-anak perempuanku." (QS. Al-Hijr:71). Maksudnya, adalah istri-istri mereka sendiri: "Jika kamu hendak berbuat (secara halal)." (QS Al-Hijr:71). Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu." Maksudnya, kami tidak mempunyai selera terhadap mereka. "Dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki." (QS. Hud: 79). Setelah situasi semakin memuncak dan mereka bersikeras untuk masuk, Jibril as pun keluar menemui mereka lalu memukul mata mereka dengan ujung sayapnya. Sehingga mata mereka menjadi buta saat itu juga. Mereka pun mundur, meraba-raba dengan tongkat dan mereka mengancam Luth hingga menjelang pagi.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan sesunguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal." Maksudnya, mereka tidak dapat melarikan diri dari azab itu. Dan tidak ada tempat bersembunyi bagi mereka dari-Nya. "Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancamanKu. Dan sesungguhya telah KAmi mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"
Allah Ta'ala berfirman seraya menceritakan tentang Firaun dan bala tentaranya, dimana mereka telah didatangi oleh Rasul Allah, Musa dan saudaranya, Harun yang membawa kabar gembira jika mereka beriman dan peringatan jika mereka kafir. Dan di tangan keduanya terdapat mukjizat besar dan tanda-tanda kekuasaan yang beraneka ragam, Maka, mereka mendustakan semua itu sehingga Allah Ta'ala menjatuhkan hukuman kepada mereka dengan hukuman dari Raja Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Maksudnya, Allah Ta'ala membinasakan mereka semua sehingga tidak ada seorang pun yang tersisa, tidak ada diri maupun bekas (jejak) mereka.
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman: "Apakah orang-orang kafirmu." Yakni, hai orang-orang yang meragukan dari kalangan kaum kafir Quraisy, "Lebih baik dari mereka itu." Yakni, orang-orang yang telah disebutkan dari orang-orang yang telah dibinasakan karena pendustaan mereka terhadap Rasul dan kekufuran mereka terhadap Kitab-kitab, apakah kalian lebih baik dari mereka? "Atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu?" Maksudnya, ataukah kalian memiliki jaminan kebebasan untuk tidak tertimpa azab dan siksaan? Setelah itu Allah Ta'ala berfirman seraya menceritakan tentang mereka: "Atau apakah mereka mengatakan: 'Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang," Maksudnya, mereka berkeyakinan bahwa mereka akan saling tolong-menolong sebagian dengan sebagian lainnya, dan bahwasanya kesatuan mereka sudah memadai untuk menolak pihak yang akan berbuat jahat kepada mereka. Allah Ta'ala berfirman: "Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang." Maksudnya, kesatuan mereka akan terpecah-pecah dan mereka pun kalah.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, bahwa Nabi bersabda yang ketika itu beliau berada di kemahnya pada peristiwa perang Badar:
"Aku menagih sumpah dan janji-Mu ya Allah, jika Engkau berkehendak, niscaya setelah hari ini Engkau tidak akan diibadahi di muka bumi untukn selamanya."
Kemudian Abu Bakar memegang tangan beliau dan berkata: "Cukup, ya Rasulullah. Engkau telah meminta dengan sangat kepada Rabb-mu." Maka, beliau pun keluar sambil melompat dengan baju besinya seraya membacakan firman-Nya: "Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit."
Demikianlah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan an-Nasai di beberapa tempat dari hadits Khalid Ibnu Mihran al-Hadza.
Allah memberitahukan tentang orang-orang yang berbuat dosa bahwa mereka senantiasa sesat, menyimpang dari kebenaran menuju kegilaan disebabkan oleh keraguan dan kekacauan cara berfikir mereka. Yang demkian itu mencakup setiap orang yang memiliki seifat seperti itu, baik kafir maupun pelaku bid'ah dari berbagai macam golongan. Dan selanjutnya, Allah berfirman: "Pada hari mereka diseret ke Neraka atas mereka." Maksudnya, sebagaimana mereka berada dalam kegilaan dan keraguan serta kebimbangan, maka api Neraka pun akan menjadi harta pusaka bagi mereka. Dan sebagaimana mereka dulu berada dalam kesesatan maka di dalam neraka itu, mereka akan diseret di atas wajah mereka, sehingga mereka tidak tahu kemana mereka akan dibawa. Dan dikatakan kepada mereka sebagai bentuk penghinaan dan celaan, "Rasakanlah sentuhan api neraka."
Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." Sebagaimana firman-Nya: "Dan Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (QS. Al-Furqon: 2). Maksudnya, Dia menetapkan suatu ukuran dan memberikan petunjuk terhadap semua makhluk kepada ketetapan tersebut. Oleh karena itu, para ulama Sunnah menjadikan ayat yang mulia ini sebagai dalil untuk menetapkan takdir Allah bagi suatu makhluk sebelum makhluk itu diciptakan. Dan itu merupakan ilmu Allah terhadap segala sesuatu sebelum adanya dan pencatatan ketentuan masing-masing makhluk sebelum semuanya tercipta. Para ulama membantah paham Qadariyah yang muncul di ujung masa Sahabat dengan ayat ini dan nash lain yang senada, baik berupa ayat al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah. Dan kami telah membahas masalah ini secara terperinci dan juga hadits-hadits yang berkenaan dengan hal itu dalam kitab al-Iiman dalam Shahih al-Bukhari.

Dan berikut ini beberapa hadits yang berkaitan dengan ayat ini.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia bercerita: "Telah datang orang-orang musyrik Quraisy kepada Nabi untuk mendebatkan tentang takdir, lalu turunlah ayat: "Pada hari mereka diseret ke Neraka atas murka mereka. (Dikatakan kepada mereka): 'Rasakanlah sentuhan api Neraka.' Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari hadits Waki, dari Sufyan Ats-Tsauri.

Imam Ahmad meriwayatkan, Qutaibah memberitahu kami dari Ibnu Umar, ia bercerita: "Aku pernah Rasulullah saw bersabda: 'Akan ada pada umat ini maskh (wajah yang dirubah menajdi wajah binatang). Ketahuialah yang demikian itu terjadi pada orang-orang yang mendustakan takdir dan orang-orang zindiq.'" (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, at-Tirmidzi berkata: "Hasan shahih gharib.")

Imam Ahmad meriwayatkan dari Thawus al-Yamani, ia berkata: "Aku mendengar Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: 'Segala sesuatu itu telah melalui ketetapan (takdir) sampai pada kelemahan dan kepandaian (pun).'" (HR Muslim).

Dan dalam hadits shahih disebutkan:
"Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau merasa lemah. Jika engkau tertimpa sesuatu maka katakan: 'Allah telah menakdirkan apa yang Dia kehendaki akan Dia kerjakan.' Dan jangan engkau katakan: 'Andai saja aku berbuat seperti ini, niscaya akan seperti ini.' Karena kata lau (andai, kalau, seandainya) akan membuka perbuatan syaitan."

Dan dalam hadits Ibnu Abbas disebutkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepadanya: "Ketahuilah, jika suatu umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu yang tidak ditakdirkan Allah padamu, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat darimu. Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu dengan sesuatu yang belum ditakdirkan Allah bagimu, niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu. Pena telah mengering, dan lembaran-lembaran pun telah dilipat."

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ayyub bin Ziyad, Ubaidah bin al-Walid bin Ubadah memberitahuku, ayahku memberitahuku, ia bercerita: "Aku pernah menjenguk Ubadah yang ketika itu sedang sakit, aku kira sebentar lagi ia akan wafat, lalu kukatakan: 'Wahai ayahku berwasiatlah kepadaku dan berijtihadlah untukku.' Maka ia berkata: 'Tolong dudukkan aku.' Setelah mereka mendudukkannya ia berkata: 'Wahai puteraku, sesungguhnya engkau berlum merasakan iman dan belum mencapai hakikat pengetahuan tentang Allah sehingga engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.' Kukatakan: 'Wahai ayahku, bagaimana aku dapat mengetahui takdir yang baik dan yang buruk?' Beliau menjawab: 'Ketahuilah bahwa sesuatu yang terhindar darimu tidak akan menimpamu dan apa yang menimpamu tidak akan menghindar darimu. WAhai anakku, sesungguhnya aku pernah Rasulullah saw bersabda: 'Ssesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam (pena). Kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Tulislah!' Maka pada saat itu juga berlangsunglah apa yang akan terjadi sampai hari Kiamat kelak.' Wahai puteraku, jika engkau meninggal dunia tidak dalam keadaan seperti itu maka engkau akan masuk Neraka."

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ayyub bin Ziyad, Ubaidah bin al-Walid bin Ubadah memberitahuku, ayahku memberitahuku, ia bercerita: "Aku pernah menjenguk Ubadah yang ketika itu sedang sakit, aku kira sebentar lagi ia akan wafat, lalu kukatakan: 'Wahai ayahku berwasiatlah kepadaku dan berijtihadlah untukku.' Maka ia berkata: 'Tolong dudukkan aku.' Setelah mereka mendudukkannya ia berkata: 'Wahai puteraku, sesungguhnya engkau berlum merasakan iman dan belum mencapai hakikat pengetahuan tentang Allah sehingga engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.' Kukatakan: 'Wahai ayahku, bagaimana aku dapat mengetahui takdir yang baik dan yang buruk?' Beliau menjawab: 'Ketahuilah bahwa sesuatu yang terhindar darimu tidak akan menimpamu dan apa yang menimpamu tidak akan menghindar darimu. WAhai anakku, sesungguhnya aku pernah Rasulullah saw bersabda: 'Ssesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam (pena). Kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Tulislah!' Maka pada saat itu juga berlangsunglah apa yang akan terjadi sampai hari Kiamat kelak.' Wahai puteraku, jika engkau meninggal dunia tidak dalam keadaan seperti itu maka engkau akan masuk Neraka."
Demikianlah hadits yang diriwaaytkan oleh at-Tirmidzi dari al-Walid bin 'Ubadah dari ayahnya dan ia mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih ghaib.

Dan dalam kitab Shahih Muslim telah ditegaskan dari riwayat Abdullah bin Wahb dan juga selainnya dari Abdullah bin Amr, ia bercerita: Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir-takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan."
Ibnu Wahb menambahkan: "Dan adalah 'Arsy-Nya diatas air." Demikian yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia mengatakan: "Hadits tersebut hasan shahih gharib".
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata." Yang demikian itu merupakan pemberitahuan tentang pemberlakuan kehendak-Nya pada makhluk-Nya sebagaimana Dia telah memberitahukan tentang kekuasaan-Nya pada mereka. "Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan,". Maksudnya Kami hanya cukup mengeluarkan perintah sekali saja dan tidak perlu penguatan dengan perintah kedua kalinya, karena perintah itu akan berlaku pada saat itu juga laksana kejapan mata, tidak tertangguhnkan meski hanya sekejap mata. Sungguh indah ungkapan sebagian penyair:
"Jika Allah menghendaki suatu hal, maka Dia hanya cukup mengatakan sekali: 'Jadilah' maka jadilah ia."
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa denganmu." Yakni, mereka yang serupa dengan kalian dan dengan uamt-umat terdahulu sebelum kalian yang mendustakan para Rasul. "Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" Maksudnya, adakah orang yang mau mengambil pelajaran dari penghinaan yang telah Allah timpakan kepada mereka dan azab yang telah ditentukan untuk mereka?
Firman-Nya: "Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan." Mksudnya, tertulis di dalam kitab-kitab yang berada di tangan para Malaikat. "Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar," dari amal perbuatan mereka, "Adalah tertulis". Yakni tertulis dan tercatat di dalam lembaran-lembaran mereka. Tidak ada satu pun yang tertinggal, baik yang kecil maupun yang besar melainkan telah dihitung.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
"Wahai Aisyah, jauhilah olehmu dosa-dosa kecil, karena ia pun akan mendapat tuntutan dari Allah." (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).
Dan diriwayatkan pula oleh al-Hafizh Ibnu Asakir dalam terjemahan Said bin Muslim dari sisi yang lain. Kemudian Said berkata: "Dan aku telah memberitahukan hadits itu kepada Amir bin Hisyam, ,mak ia berkata kepadaku: 'Celaka Engkau hai Said bin Muslim, karena sesungguhnya Sulaiman bin al-Mughirah telah memberitahuukan bahwa ia pernah mengerjakan suatu perbuatan dosa, lalu ia meremehkannya. Kemudian ia didatangi seseorang dlam tidurnya, dan berkata kepadanya: "Wahai Sulaiman:
"Jnganlah engkau meremehkan dosa-dosa kecil,
karena yang kecil itu akan menjadi besar. Sesungguhnya, yang kecil itu meskipun telah lebih dulu perjanjianny, maka disisi Allah ia terrtulis secara rinci. Karenanya, jahukanlah hawa nafsumu dari kebathilan, janganlah kamu susah dikendalikan, dan berusahalah sekuat tenaga. Sesungguuhnya orang yang cinta jika mencintai Rabb-nya, maka hati dan pemikirannya terasa terbang. Karenanya, mohonlah petunjukmu kepada Rabb dengan niat dan cukuplaj Rabb-mu menjadi Pemberi petunjuk dan Pemberi pertolongan."
Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu didalam taman-taman dan sungai-sungai." Maksudnya, berbeda dengan apa yang dialami oleh orang-orang yang sengsara, dimana mereka tenggelam dalam kesesatan dan kegilaan serta merangkak pada wajah-wajah mereka diatas api Nerakadisertai dengan penghinaan, celaan dan ancaman.
Firman-Nya: "Ditempat yang disenangi." Maksudnya, di negeri kemuliaan, keridhaan, karunia, kemurahan dan kebaikan Allah Ta'ala. "Disisi Rabb yang berkuasa." Maksudnya, disisi Rabb, Raja Yang Maha Agung, Pencipta dn Penentu segala sesuatu. Dan Dia Penentu apa yang Dia kehendaki sesuai dengan tuntutan dan keinginan mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abdullah bin Amr, yang disampaikan kepada Nabi saw, dimana beliau telah bersabda:
"Orang-orang yang berbuat adil disisi Allah pada hari kiamat kelak berada diatas mimbar-mimbar yang terbuat dari Nur (cahaya) diebelah kanan 'Arsy, mereka itu adalah orang-orang yang berbuat adil dalam hukum, keluarga dan segala yang berada dibawah kekuasaan mereka."
Hadits tersebut diriwayatkan sendiri oleh Muslim dan an-Nasai dari hadits Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya.
Demikianlah akhir dari penafsiran surat al-Qomar. Segala puji dan sanjungan bagi Allah semata, dan dari-Nya taufiq dan perlindungan berasal.

Selasa, 09 Juni 2009

Tafsir Al-Qomar 1-30

Telah disebutkan dalam hadits Abu Waqid al-Laitsi bahwa Rasulullah saw pernag membaca surat Qaaf dan Iqtarabatis Saa'ah (al-Qomar) dalam shalat Idul Adha dan Idul Fitri. Kedua surat itu juga dibaca beliau dalam pertemuan-pertemuan besar, karena keduanya mengandung penyebutan tentang janji, ancaman, permulaan penciptaan dan pengulangannya, tauhid serta penetapan tentang adanya kenabian, dan tujuan-tujuan besar lainnya.
Allah SWT memberitahukan tentang semakin dekatnya hari kiamat, kekosongan dan berakhirnya dunia. Sebagaimana yang difirmankan-Nya: "Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar ia disegerakan." (QS An-Nahl:1).
Dia juga berfirman: "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amal mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling." (QS. Al-Anbiyaa:1).
Dan hal itu telah disebutkan dalam beebrapa hadits. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: "Kami pernah duduk bersama Rasulullah sedang matahari berada di bagian barat setelah Ashar, maka beliau bersabda: 'Umur kalian dibandingkan dengan umur orang-orang terdahulu seperti yang tersisa dari siang yang telah berlalu ini."
Imam Ahmad meriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad, ia bercerita: "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: 'Jarak antara diutusnya aku dengan hari kiamat seperti ini." Beliau mengisyaratkan (menunjukkan) jari telunjuk dan jari tengahnya. Hadits ini diriwayatkan juga oleh al-Bukhari dan Muslim, dari hadits Abu Hazim Salamah bin Dinar.
Dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Wahb as-Sawa-i, ia berkata: Rasulullah bersabda: 'Jarak antara diutusnya aku dengan hari Kiamat seperti ini dan ini, hampir saja ia mendahuluiku.'
Al-A'masy menggabungkan antara jari telunjuk dengan jari tengah(nya).
Firman Allah Ta'ala: "Dan bulan telah terbelah." Peristiwa tersebut pernah terjadi pada zaman RAsulullah. Sebagaimana ayng disebutkan dalam beberapa hadits mutawatir dengan sanad-sanad shahih. Dan dalam hadits shahih juga disebutkan dari Ibnu Mas'ud, bahwasanya ia berakta: "Lima perkara yang telah terjadi: penaklukan kota Romawi, kepulan asap, kematian, siksaan yang keras dan tebelahnya bulan."
Dan yang demikian itu merupakan perkara yang telah disepakati oleh para ulama, bahwa terbelahnya bulan itu telah terjadi pada zaman Nabi dan termasuk salah satu mukjizat hebat.

BEBERAPA HADITS YANG BERKENAAN DENGAN HAL TERSEBUT

1. Riwayat Anas bin Malik
Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: "Penduduk Mekkah pernah meminta kepada Nabi saw (mengenai) suatu tanda (kekuasaan Allah), maka terbelahlah bulan di Makkah (yang terjadi) dua kali. Kemudian beliau membaca "Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan." (HR. Muslim).
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa penduduk Mekkah pernah meminta Rasulullah memperlihatkan kepada mereka tanda (kekuasaan Allah). Lalu beliau memperlihatkan kepada mereka bulan terbelah menjadi dua sehingga mereka meliah celah diantara kedua belahan itu.
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim juga meriwayatkan dari hadits Yununs bin Muhammad al-Muaddib, dari Syaiban dari Qatadah.

2. Riwayat Abdullah bin Abbas
Imam al-Bukhari meriayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Bulan pernah terbelah pada zaman Nabi." Juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Bakr bin Mudharr, dari Ja'far bin Rabi'ah, dari 'Arak dengan lafazh sepertinya.

3. Riwayat Abdullah bin Mas'ud
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia bercerita: "Bulan pernah terbelah menjadi dua pada masa Rasulullah sehingga mereka melihatnya, maka beliau bersabda: 'Saksikanlah.'" Dan demikianlah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Sufyan bin Uyainah.

Imam al-Bukhari meriwayatkan Abudh Dhuha menceritakan dari Masruq, dari Abdullah di Makkah.
Imam al-Baihaqi meriwayatkan Abu Abdillah al-Hafizh memberitahu kami dari Abdullah, ia berkata: "Bulan pernah terbelah di Mekkah sehingga menjadi dua bagian, lalu orang-orang kafir Quraisy dari kalangan penduduk Makkah berkata: 'Ini adalah sihir yang dilakukan terhadap kalian oleh Ibnu Abi Kabsyah. Tunggulah para musafir, jika mereka melihat apa yang kalian lihat, maka yang demikian itu benar adanya, dan jika mereka tidak melihat apa yang kalian lihat, maka yang demikian itu merupakan sihir yang dilakukan terhadap kalian." Abdullah melanjutkan: "Kemudian para musafir yang dateng dari seluruh penjuru ditanya, maka mereka menjawab: 'Kami melihatnya.'" Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari hadits al-Mughirah dan ada tambahan, yaitu Allah Wa Jalla berfirman: "Telah dekat (datangnya) saati itu dan bulan telah terbelah."
Firman Allah Ta'ala: "Dan jjika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda,". Yakni dalil hujjah dan bukti, "Mereka berpaling." Maksudnya, mereka tidak mau tunduk karenanya, bahkan mereka menjauhkan diri dan meninggalkannya di belakang punggung mereka." Dan mereka berkata: '(Ini adalah) sihir yang terus menerus.'" Maksudnya, mereka mengatakan: "Hujjah-hujjah yang kami saksikan ini merupakan sihir yang ditujukan kepada kami. Dan kata 'mustamir' berarti menghilang. Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid, Qotadah, dll. Artinya, akan berakhir, menghilang, dan tidak akan terus menerus. "Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka." Maksudnya, mereka mendustakan kebenaran pada saati kebenaran itu dateng kepada mereka serta mengikuti apa yang diperintahkan oleh pikiran dan hawa nafsu mereka, karena kebodohan dan kepicikan akal pikiran mereka.
Firman-Nya: "Sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya." Qotadah mengatakan: "Artinya, baha kebaikan itu pasti akan berpihak kepada orang-orang yang baik dan keburukan itu pasti akan menimpa orang-orang yang berbuat keburukan. Mengenai firman-Nya: "Sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya," Mujahid mengatakan : "Yakni, hari kiamat".
Firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah." Yakni, beberapa berita tentang kisah umat-umat mendustakan para rasul serta berbagai hukuman, azab, dan siksaan yang menimpa mereka yang juga telah dibacakan kepada mereka di dalam al-Quran ini: "Yang didalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran)." Yakni, pada kisah-kisah tersebut terdapat larangan berbuat syirik dan terus-menerus dalam kedustaan.
Firman Allah Ta'ala selanjutnya: "Itulah suatu hikmah yang sempurna." Yakni, di dalam petunjuk yang diberikan Allah Ta'ala kepada orang yang diberiNya petunjuk dan penyesatan orang-roang Dia sesatkan. "Maka, peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka)." Mksudnya, masihkah peringatan bermanfaat bagi orang yang ditetapkan sengsara oleh Allah Ta'ala dan hatinya dikunci? Lalu, siapakah yang dapat memberikan petunjuk setelah Allah? Dan ayat ini sebagaimana firman-Nya: "Katakanlah: 'Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat, maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepadamu semua.'" (QS Al-An'am: 149).
Allah SWT berfirman: "Hai Muhammad, berpalinglah kamu dari orang-orang yang jika melihat tanda-tanda kekuasaan mereka berpaling seraya berkata: 'Ini adalah sihir yang terus menerus.' Berpalinglah kamu dan tunggulah mereka, 'Pada hari penyeru berseru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan.'" Mksudnya, terhadap suatu yang tidak disenangi lagi mengerikan, yaitu suasana penghisaban, semua cobaan, kegoncangan dan hal-hal mengerikan. "Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka," Maksudnya, hinanya pandangan mereka, "Mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan." Yakni, mereka menuju tempat penghisaban seakan-akan bertebaran dan berjalan cepat sebagai bentuk pemenuhan seruan, seperti belalang yang beterbangan di udara. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman: "Mereka dateng dengan cepat kepada penyeru itu." Maksudnya, mereka tidak menentang dan tidak pula mengakhirkan . "Orang-orang kafir berkata: 'Ini adalah hari yang berat.'" Yakni, hari yang sangat mengerikan, bermuka masam, dan penuh kesulitan.

Allah SWT berfirman : "Telah mendustakan, 'Sebelum kaummu itu , hai Muhammad.' Kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami." Yakni, mereka memperlihatkan kedustaan mereka secara lantang kepada-Nya dan menuduhnya gila, "Dan mereka mengatakan: 'Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.'" Mujahid mengatakan: "Kata 'izdajar' berarti dianggap gila." ada juga yang mengatakan: "Yakni, mereka menekan dan mengancamnya: 'Jika engkau tidak hentikan hai Nuh, niscaya engkau termasuk orang-orang yang dirajam.'" Demikian menurut penafsiran Ibnu Zaid. "Maka, dia mengadu kepada Robb-nya: "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan oleh sebab itu tolonglah (aku).'" mAksudnya, sesungguhnya aku terlalu lemah untuk menghadapi dan melawan mereka. Karenanya, berikanlah bantuan untuk menegakkan agama-Mu. Allah Ta'ala berfirman: "Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah." As-Suddi mengatakan: "Yakni, yang melimpah." "Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air." Maksudnya, seluruh penjuru bumi memancarkan air, bahkan sampai tempat yang panas sekalipun juga menyemburkan air. "Maka bertemulah air-air itu," Yakni dari langit dan bumi, "Untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan." "Dan Kami angkat Nuh keatas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku," Ibnu Abbas, Said bin Zubair, Al-Qurtubi, Qotadah, dan Ibnu Zaid berkata: "Yaitu paku." Pendapat ini juga menjadi pilihan Ibnu Jarir.
Firman-Nya: "Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami." Maksudnya, atas perintah dan pengawasan Kami serta berada di bawah penjagaan Kami, "Sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)." Maksudnya, sebagai balasan bagi mereka atas kekufuran mereka kepada Allah Ta;ala, sekaligus sebagai pertolongan bagi Nuh as.
Firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran," Qotadah mengatakan: "Allah membiarkan kapal Nuh, sehingga diketahui oleh orang-orang pertama dari ummat ini. Yang jels, bahwa yang dimaksudkan dengan hal itu adalah jenis kapal. Sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu." (QS. Yasin: 41-42).
Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: "Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?" Maksudnya, apakah ada orang yang mau mengingat dan menjadikannya sebagai nasihat?
Firman Allah Ta'ala: "Maka alangkah dahsyatnya adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku." Maksudnya, bagaimanakan adzab-Ku terhadap orang-orang kafir kepada-Ku dan mendustakan rasul-rasul-Ku serta tidak mengambil pelajaran dari peringatan yang telah mereka bawa. Dan bagaimana Aku memberikan pertolongan kepada para utusan-Ku dan tuntutan pembalasan-Ku untuk mereka. "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran." MAksudnya, telah Kami mudahkan lafazhnya dan Kami mudahkan pula peringatannya bagi orang-orang yang hendak memberikan peringatan kepada uamt manusia. Mengenai firman-Nya: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran." Mujahid mengatakan: "Yakni, bacaannya menjadi mudah." As-Suddi mengatakan: "Artinya, Kami mudahkan bacaannya bagi semua lidah." Sedangkan Adh-Dhahak menceritakan dari Ibnu Abbas: "Seandainya Allah tidak memberi kemudahan pada lidah anak cucu Adam, niscaya tidak ada seorang pun makhluk yang dapat mengucapkan firman Allah wa Jalla." Aku katakan bahwa diantara kemudahan yang diberikan Allah kepada umat manusia adalah membaca al-Quran seperti yang dijelaskan sebelumnya dari Nabi saw, dimana beliau bersabda: "Sesungguhnya al-Quran ini diturunkan dalam tujuh huruf (dialek)." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dll)
Kami telah menguraikan hadits dengan beberapa jalan dan lafazh-lafazhnya masing-masing, sehingga tidak perlu lagi diulangi disini. Segala puji dan sanjungan hanya tertuju kepada Allah.
Dan firman-Nya: "Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?" MAksudnya, adakah orang yang mengambil pelajaran dari al-Quran ini yang telah dimudahkan oleh Allah Ta'ala menghafal dan memahami maknanya?
Mengenai firman Allah Ta'ala: "Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?" Ibnu Abi Hatim menceritakan dari Mathar al-Waroq: "Apakah ada orang yang mau mencari ilmu sehingga ia akan diberikan pertolongan melakukannya?" demikianlah yang dita'liq oleh al-Bukhari dengan shighah Jazm dari Mathor al-Waroq. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan hal yang senada diriwayatkan dari Qotadah sepertinya.
Allah berfirman seraya menceritakan kisah tentang kaum 'Aad yang merupakan kaum Hud. Dimana mereka juga telah mendustakan Rasul mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nuh. Dan bahwasanya Allah telah mengirimkan: "Kepada mereka angin yang sangat kencang." Yakni, angin yang benar-benar sangat dingin. "Pada hari nahas," bagi mereka. Demikian yang dikemukakan oleh adh-Dhahak, Qotadah dan as-Suddi. "Yang terus-menerus" Yakni, kenaasan dan kehancuran itu secara berkelanjutan melanda mereka. Karena saat itu merupakan hari dimana siksaan duniawi mereka bertautan dengan siksaan akhirat.
Firman Allah: "Yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang." Hal itu karena angin itu menerpa seseorang dari mereka lalu menerbangkannya sehingga hilang dari pandangan. Kemudian dibanting dengan kepala dibawah, sehingga jatuhlah ke tanah. Maka kepalanya hancur dan yang tersisa tinggallah badan tanpa kepala. Oleh karena itu Allah berfirman: "Seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang-orang yang mengambil pelajaran?"

Ini adalah berita tentang kaum Tsamud, dimana mereka telah mendustakan Rasul mereka, Shalih as: "Maka mereka berkata: 'Bagaimana kita akan mengikuti (begitu) saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu, benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila.'" Mereka mengatakan: "Sesungguhnya kita gagal dan merugi jika menyerahkan kepemimpinan kepada salah seorang diantara kita." Kemudian mereka merasa heran dengan diturunkannya wahyu (secara) khusus kepadanya tanpa melibatkan mereka. Selanjutnya mereka menuduhkannya sebagai seorang pendusta, dimana mereka berkata: "Sebenarnya dia adalah seorang yang sangat pendusta lagi sombong." Maksudnya, berlebihan hingga melampaui batas kedustaan. Allah Ta'ala berfirman : "Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya sangat pendusta lagi sombong." Yang demikian itu merupakan kecaman yang keras dan ancaman yang teramat sangat.
Setelah itu Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaab bagi mereka", yakni sebagai ujian bagi mereka. Allah Ta'ala mengeluarkan seekor unta betina yang sangat besar dan sedang mengandung dari batu tak bercelah untuk mereka, sesuai dengan apa yang mereka minta, agar menjadi hujjah Allah atas mereka mengenai kebenaran Shalih as perihal risalah yang ia bawa.
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman seraya memerintahkan hamba dan Rasul-Nya, Shalih "Maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah". Maksudnya, tunggulah perkara yang akan menimpa mereka kelak dan bersabarlah terhadap mereka, karena kesudahan yang baik dan pertolongan di dunia dan akhirat hanyalah untukmu. "Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka." Yakni, satu hari bagi mereka dan satu hari lagi untuk unta.
Firman Allah Ta'ala: "Tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran)." Mujahid mengatakan: "Jika unta betina itu tidak datang, mereka pun segera mendatangi air tersebut. Dan bila unta betina itu datang, mereka pun segera memerah susu."
Selanjutnya Allah berfirman "Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya." Para ahli tafsir mengemukakan: "Dialah yang membunuh unta tersebut dan dia bernaam Qadar bin Salif. Dia adalah orang yang paling celaka diantara kaumnya. Hal itu sebagaimana firman-Nya "Ketika mengutus orang yang paling celaka diantara mereka." (QS Asy-Syams: 12)
Firman-Nya "Lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. Alangkah dahsyatnya Adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku." Maksudnya, maka Kami menjatuhkan hukuman kepada mereka. Bagaimana (dahsyatnya) hukuman-Ku kepada mereka lantaran kekufuran mereka kepada-Ku dan tindakan mereka mendustakan Rasul-Ku. "Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang." Maksudnya, mereka semua binasa, tidak ada seorang pun dari mereka yang tersisa, mereka menjadi lapuk sebagaimana melapuknya tanaman yang kering. Demikian yang dikatakan oleh banyak ahli tafsir.
Dan kata Al-Muhtazhir, As-Suddi mengatakan bahwa maknanya berarti ladang yang terdapat di padang Sahara ketika mengering, terbakar dan diterpa angin, dari firman-Nya: "Seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang." Dan pendapat pertamalah yang lebih kuat. wallahu a'lam.

Selasa, 10 Maret 2009

Tafsir QS An-Najm 53-62

Allah SWT berfirman seraya mencela orang-orang musyrik atas penyembahan mereka terhadap berhala-berhala dan sekutu-sekutu serta patung-patung, juga tindakan mereka membuatkan rumah untuk sembahan-sembahan mereka itu sebagai tandingan bagi Ka'bah yang telah dibangun oleh Kekasih Allah, Ibrahim: "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata?" Al-Lata adalah batu putih besar yang diukir, difasilitasi dengan rumah, tirai, para penjaga, dikelilingi oleh halaman, dan sangat diagungkan di kalangan penduduk Tha'if, mereka adalah Bani Tsaqif dan para pengikutnya. Mereka membanggakan diri dengan al-Lata atas orang lain dari bangsa Arab setelah Quraisy. Ibnu Jarir mengatakan, "Mereka telah mengambil al-Lata itu dari nama Allah seraya mengatakan, 'Al-Lata', yang mereka maksudkan adalah pasangan perempuan dari Allah. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan itu setinggi-tingginya."

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: "Al-Lata dan al-'Uzza", ia mengatakan: "Al-Lata adalah seorang laki-laki yang menumbuk tepung bagi para jamaah haji."
Ibnu Jarir mengungkapkan bahwa demikian halnya dengan al-'Uzza yang berasal dari kata Al-'Aziz, yaitu sebuah pohon yang dinaungi bangunan dan tirai dari daerah Nikhlah yang terletak di antara Mekkah dan Thaif, dimana orang-orang Quraisy sangat mengagungkannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Sufyan pada saat terjadi perang Uhud: "Kami mempunyai Al-'Uzza sedang kalian tidak."
Kemudian Rasulullah bersabda: "Katakanlah: 'Allah adalah pelindung bagi kami dan bagi kalian.'"
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "Rasulullah saw bersabda: 'Barangsiapa bersumpah, lalu dalam sumpahnya itu ia mengatakan: 'Demi Latta dan 'Uzza', maka hendaklah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah (Tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah). Dan barangsiapa berkata kepada temannya: 'Kemarilah, mari kita bermain undian', maka hendaklah ia bershadaqah."
Hadits tersebut diarahkan kepada orang yang lidahnya terlanjur mengucapkan sumpah tersebut, sebagaimana lidah-lidah mereka sudah terbiasa mengucapkannya pada masa Jahiliyyah. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh an-Nasa-i, Yunus memberitahu kami dari ayahnya, Mush'ab bin Sa'ad bin Abi Waqqash memberi tahuku dari ayahnya, ia berkata: "Aku pernah bersumpah dengan Al-Lata dan Al-'Uzza", lalu para sahabatku berkata: "Sungguh buruk apa yang engkau katakan itu. Engkau telah mengatakan sesuatu yang menyimpang." Kemudian aku mendatangi Rasulullah, lalu kuceritakan hal tersebut kepada beliau, maka beliau bersabda: "Ucapkanlah: 'Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya kerjaan dan pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.' Kemudian meludahlah tiga kali ke sebelah kirimu dan berlindunglah kepada Allah dari syaitan yang terkutuk, dan kemudian janganlah engkau mengulangi lagi.'"
Adapun Manat terdapat di Musyallal, daerah Qadit yang terletak antara Mekkah dan Medinah. Bani Khuza'ah, Aus dan Khazraj sangat mengagungkannya pada masa Jahilillay dan mereka mengucapkan talbiyah dari sana ketika hendak menunaikan ibadah haji menuju Ka'bah. Hal yang senada juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Aisyah. Di jazirah Arab dan lainnya terdaapt thaghut-thaghut lain selain dari ketiga thaghut di atas yang senantiasa diagungkan oleh orang-orang Arab layaknya mereka mengagungkan Ka'bah, dimana dalil tentang semua itu telah tercantum dalam kitab-Nya yang mulia. Disebutkannya tiga hal tersebut secara khusus karena ketiganya yang paling masyhur.
Di dalam kitab as-Siirah, Ibnu Ishaq mengatakan: "Dahulu masyarakat Arab membuat thaghut-thaghut sebagai rumah selain Ka'bah yang mereka agung-agungkan seperti pengagungan mereka terhadap Ka'bah. Thaghut-Thaghut itu mempunyai penjaga dan tirai, juga diberi persembahan sebagaimana persembahan yang diberikan kepada Ka'bah, serta dijadikan tempat thawaf sebagaimana halnya thawaf di Ka'bah, juga dijadikan tempat menyembelih kurban. Namun mereka mengetahui bahwa Ka'bah lebih utama dari thaghut-thaghut tersebut karena Ka'bah adalah rumah yang dibangun oleh Ibrahim as sekaligus sebagai mesjidnya. Sementara itu kaum Quraisy dan Bani Kinanah mempunyai al-'Uzza di Nikhlah, yang menjadi penjaga dan pemberi tirainya adalah Bani Syaiban dari Salim, para sekutu Bani Hasyim. Kemudian kukatakan bahwa Rasulullah mengutus Khalid bin Walid. Maka Khalid pun menghancurkannya seraya berucap: "Wahai Uzza, kekufuran menyelimutimu dan tidak ada kesucian padamu, sesungguhnya aku telah melihat Allah menghinakanmu."
An-Nasa-i meriwayatkan dari Abuth Thufail, ia berkata bahwa setelah Rasulullah membebaskan kota Mekkah, beliau mengutus Khalid bin Walid ke Nikhlah yang disana terdapat al-'Uzza. Khalid mendatanginya, ketika al-'Uzza berada di atas tiga pohon Samurah, maka Khalid memotong ketiga pohon itu dan kemudian menghancurkan rumah yang ada di sana. Setelah itu ia mendatangi Nabi saw, lalu Khalid memberitahukannya, maka beliau bersabda: "Kembalilah ke tempat itu, sesungghunya engkau belum berbuat apa-apa."
Kemudian Khalid pun kembali, ketika ia dilihat oleh penjaga thaghut al-'Uzza, maka mereka berusaha membuat tipu muslihat. Mereka berkata: "Ya 'Uzza, ya 'Uzza". Maka Khalid pun mendatanginya, ternyata ada seorang wanita dalam keadaan telanjang dengan rambut terurai dan menaburkan debu di kepalanya, maka ia pun langsung menebas leher wanita itu dengan pedang hingga ajal menjemputnya. Kemudian Khalid kembali kepada Rasulullah dan memberitahukan hal itu kepada beliau, maka beliau pun bersabda: "Itulah al-'Uzza."
Ibnu Ishaq berkata: "Al-Lata dimiliki oleh Bani Tsaqif, berada di Thaif yang para penjaganya berasal dari Bani Mu'tab." Berkenaan dengan hal itu, aku katakan bahwa Rasulullah telah mengutus al-Mughirah bin Syu'bah dan Abu Sufyan Shakhr bin Harb agar mendatangi patung al-Lata. Kemudian mereka pun menghancurkannya dan menjadikan tempat (patung) itu menjadi mesjid Tha-if."
Ibnu Ishaq mengatakan: "Al-Manat itu milik suku Aus dan Khazraj serta orang-orang yang sepaham dengan mereka dari penduduk Yastrib di tepian laut di pinggiran daerah Musyallal ayng terletak di Qadid. Kemudian Rasulullah mengutus Abu Sufyan Shakhr bin Harb kesana, dan kemudian menghancurkannya." Ada juga yang berpendapat bahwa yang diutus adalah Ali bin Abi thalib.
Oleh karena itu Allah berfirman: "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata dan al-'Uzza. Dan Manat yang ketika, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?" Setelah itu Allah berfirman: "Apakah (patut) untukmu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?" Maksudnya, layakkah kalian membuatkan anak bagi-Nya? Kalian klaim anak-Nya berkelamin perempuan, sedangkan kalian memilih kelamin laki-laki untuk diri kalian. Seandainya kalian membagi dengan pembagian ini antara kalian dan makhluk seperti yang kalian lakukan, pastilah "Pembagian itu merupakan suatu pembagian yang tidak adil," yakni aniaya dan bathil. Bagaimana mungkin kalian memberikan pembagian kepada Allah dengan pembagian seperti itu?
Setelah itu , Allah Ta'ala berfirman seraya menolak segala bentuk dusta dan hal-hal yang mereka buat-buat serta kekufuran dalam bentuk penyembahan berhala dan menyebutnya sebagai ilah. "Itu tidak lain adalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapakmu mengada-adakannya." Yakni, berdasarkan selera kalian sendiri. "Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun", yakni hujjah.
"Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu mereka." Maksudnya, mereka tidak mempunyai sandaran selain prasangka baik mereka terhadap orang tua mereka yang telah menempuh jalan yang bathil tersebut sebelum mereka. "Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka petunjuk Rabb mereka." Maksudnya, Allah telah mengutus Rasul kepada mereka dengan membawa kebenaran yang bersinar terang dan hujjah yang qath'i (pasti). Meski telah sedemikian rupa, namun mereka tetap tidak mau mengikuti apa yang datang kepada mereka dan tidak mau tunduk pula kepadanya.
Kemudian allah Ta'ala berfirman: "Atau apakah manusia akan mendapatkan segala yang dicita-citakannya? Maksudnya, tidak semua orang ayng mengangankan kebaikan itu akan mendapatkannya: "(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut Ahlul Kitab." (QS An-Nisa:123).
Dan tidak setiap orang yang mengaku mendapatkan dirinya petunjuk menjadi seperti apa yang dikatakannya (berada dalam petunjuk). Dan tidak setiap orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkannya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: "Rasulullah bersabda: 'Jika seseorang dari kalian berangan-angan hendaklah ia mempertimbangkannya karena ia tidak tahu apa yang ditetapkannya dari angan-angannya itu." (HR Ahmad).
Firman-Nya: "Maka hanya bagi Allah lah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia." Maksudnya, seluruh urusan itu hanya milik Allah, RAja dunia dan akhirat, Pengendali di dunia dan akhirat, dan Dialah yang jika menghendaki sesuatu apsti terwujud, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, maka tidak akan pernah terwujud.
Firman Allah Ta'ala: "Dan berapa banyaknya Malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai(Nya)." Sebagaimana firman-Nya yang lain: "Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya." (Al-Baqarah: 255).
Jika demikian itu berlaku bagi para Malaikat yang mendekatkan diri kepada Allah, lalu bagaimana mungkin kalian -wahai orang-orang bodoh- akan mengharapkan syafaat dari berhala-berhala dan sekutu-sekutu di sisi Allah, padahal Allah Ta'ala tidak pernah mensyariatkan hal tersebut dan tidak juga mengizinkannya, bahkan Dia benar-benar melarangnya melalui lisan para Rasul-Nya. Dan Dia turunkan larangan itu melalui seluruh kitab suci-Nya.
Allah SWT berfirman seraya mengingkari orang-orang musyrik yang menyebut para Malaikat sebagai makhluk berjenis perempuan dan mereka jadikan para malaikat itu sebagai anak perempuan Allah, yang Dia Maha Tinggi dari semua itu. Oleh karena itu, Dia berfirman: "Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu." Maksudnya, mereka tidak mempunyai pengetahuan yang benar untuk mendukung pernyataan itu, bahkan hal itu hanya merupakan kedustaan, tipu daya dan rekayasa, serta kekufuran yang menjijikkan. "Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran." Maksudnya, tidak akan pernah mendatangkan manfaat sedikit pun dan tidak pula akan dapat menempati posisi kebenaran. Dan di dalam hadits shohih telah ditetapkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah sedusta-dustanya ucapan." Firman Allah Ta'ala: "Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami." Maksudnya, berpaling dan menjauh dari orang yang berpaling dari kebenaran serta menyelisihi orang tersebut. Firman-Nya: "Dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi." Maksudnya, keinginan dan pengetahuannya didominasi oleh dunia saja, dan itulah yang menjadi tujuan puncak yang didalamnya tidak mengandung kebaikan sama sekali. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman: "Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka." Yakni, mencari dan mengejar dunia, dan itulah tujuan akhir yang mereka capai. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ummnul Mukminin Aisyah ra, ia berkata: "Rasulullah saw bersabda: 'Dunia ini adalah tempat tinggal yang tidak mempunyai rumah, harta bagi orang yang tidak mempunyai harta benda. Dan karenanya (dunia) orang-orang yang tidak berakal berlomba-lomba untuk mengumpulkannya.'" Dan dalam sebuah do'a dari Rasulullah saw disebutkan: "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai puncak cita-cita dan tujuan akhir pengetahuan kami." Firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya. Dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." Maksudnya, Dia adalah pencipta bagi seluruh makhluk, Maha Tahu kemaslahatan hamba-hamba-Nya, dan Dialah yang memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki-Nya. Dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki pula. Semua itu karena kekuasaan, ilmu, dan hikmah-Nya. Dan Dia Maha Adil, Yang Tidak akan berbuat aniaya sama sekali, baik dalam syariat maupun kekuasaan-Nya.
Allah Ta'ala memberitahukan bahwa Dia adalah Penguasa Langit dan Bumi, dan Dia sama sekali tidak memerlukan pihak lain. Dia yang mengatur makhluk-Nya dengan penuh keadilan dan menciptakan makhluk dengan benar. "Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat kepada apa yang telah mereka kerjakan. Dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." Maksudnya, Dia akan memberikan balasan kepada setiap individu sesuai dengan amalnya. Jika amalnya baik, maka akan dibalas dengan kebaikan, dan keburukan dibalas dengan keburukan. Kemudian, Allah SWT menjelaskan orang-orang yang berbuat baik sebagai orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Artinya, mereka tidak mengerjakan semua itu. Kalaupun ada diantara mereka ayng mengerjakan dosa-dosa kecil, maka sesungguhnya Dia akan memberikan ampunan keapda mereka dan menutupinya. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam ayat yang lain: "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil). Dan Kami masukkan ke tempat yang mulia (surga)." (QS Annisa: 31).
Sedangkan di sini Allah berfirman "Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil." Yang demikian itu merupakan istitsna' munqathi (pengecualian terputus), karena al-lamam itu merupakan bagian-bagian dari dosa-dosa kecil dan amal-amal yang tidak terpuji. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: "Aku tidak pernah melihat suatu perkara yang lebih menyerupai al-lamam selain dari apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, Beliau bersabda: 'Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menetapkan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang ia pasti akan mengalaminya, tidak mungkin tidak. Zina mata berupa pandangan, zina lidah berupa perkataan, sedangkan hati mengangankan dan menginginkan, dan kemaluan-(lah) yang membenarkan atau mendustakan hal itu.'" Hadits tersebut diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Ash-Shahihain. Mengenai firman-Nya: "Selain kesalahan-kesalah kecil," Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: "Kecuali hal-hal yang telah berlalu." Demikian pula yang dikemukakan oleh Zaid bin Aslam.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid mengenai ayat ini: ia berkata: "Yaitu orang yang mengerjakan perbuatan dosa kemudian meninggalkannya."
Seorang penyair pernah mengungkapkan:
"Jika Engkau memberikan ampunan, ya Allah,
maka Engkau mengampuni (dosa) yang banyak,
dan siapakah hamba-Mu
yang tidak berbuat dosa kecil?"
Dan telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan yang lainnya secara marfu' (sampai kepada Nabi) dari Ibnu Abbas (tentang ayat):
"Orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil," ia berkata: "Yakni orang yang mengerjakan perbuatan keji lalu bertobat." Dan ia menceritakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
"Jika Engkau memberikan ampunan, ya Allah, maka Engkau mengampuni (dosa) yang banyak, dan siapakah hamba-Mu yang tidak pernah berbuat dosa kecil?"
Demikianlah hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ahmad bin Utsman al-Bashri, dari Abu 'Ashim an-Nabil. Kemudian at-Tirmidzi mengungkapkan: "Hadits tersebut shahih hasan gharib, yang kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Zakaria bin Ishaq." Demikian pula yang dikemukakan oleh al-Bazzar dimana ia berkata: "Kami tidak mengetahui (bahwa hadis itu) diriwayatkan secara muttashil (tersambung) kecuali dari sisi ini. Hal itu pula yang disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al-Baghawi dari hadits Abu 'Ashim an-Nabil. Al-Baghawi menyebutkannya ketika menafsirkan surat Tanziil, dan mengenai keshahihannya sebagai marfu' masih dipertanyakan."
Mengenai firman-Nya ini: "Kecuali kesalahan-kesalahan kecil", al-'Aufi mengatakan dari Ibnu Abbas ra: "Segala dosa yang berstatus antara dua had (hukuman); had dunia dan had akhirat yang dapat dihapuskan oleh shalat, maka ia termasuk al-lamam (dosa kecil), yaitu dosa-dosa yang statusnya dibawah setiap dosa yang mewajibkan adanya had. Adapun had dunia adalah setiap hukuman yang oleh Allah diberikan di dunia, sedang had akherat adalah setiap dosa yang oleh Allah diakhiri dengan ancaman api Neraka dan ditangguhkan hukumannya di akhirat (seharusnya dunia-Vick)."
Demikian pula yang dikemukakan oleh Ikrimah, Qatadah, dan adh-Dhahak. Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas ampunan-Nya." Maksudnya, rahmat-Nya mencakup segala sesuatu dan ampunan-Nya pun meliputi segala macam dosa bagi siapa saja yang bertaubat darinya.
Dan firman-Nya: "Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikanmu dari tanah." Maksudnya, Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui keadaan, perbuatan dan ucapan kalian, serta apa yang terjadi pada diri kalian ketika Dia menciptakan ayah kalian, Adam dari tanah yang mengeluarkan keturunannya dari tulang rusuknya bagaikan dzarrah (atom). Kemudian Dia membagi mereka semua menjadi dua golongan. Satu golongan ke Surga dan golongan lainnya ke Neraka.
Demikian juga firman-Nya: "Dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu." Malaikat yang diserahi tugas telah menuliskan rizki, ajal, amal, kebahaiaan atau kesengsaraan. Mak-hul mengatakan: "Kita semua dahulu menjadi janin dalam perut ibu kita. Ada di antara (kita) yang gugur dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Kemudian kita menjadi bayi, tetapi ada di antara kita yang meninggal, dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Kemudian kita tumbuh menjadi Kanak-kanak sehingga ada di antara kita yang meninggal dan kita termasuk yang tetap hidup. Setelah itu tumbuh menjadi dewasa sehingga ada di antara kita yang meninggal dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Kemudian kita menjadi tua tanpa Orangtua, lalu apa lagi yang harus kita tunggu?" Demikian yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Firman Allah Ta'ala: "Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci." Maksudnya, janganlah kamu memuji dan mensyukuri diri kalian serta beharap banyak terhadap amalan kalian. "Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa."
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, dari Muhammad bin 'Amr bin 'Atha, ia berkata: "Aku telah memberi nama anak perempuanku dengan Barrah. Kemudian Zainab binti Abi Salamah berkata kepadaku bahwa Rasulullah bersabda :
'Janganlah kalian anggap diri kalian suci, sesungguhnya Allah lebih mengetahui orang-orang yang baik di antara kalian.'
Para sahabat bertanya: 'Lalu dengan apa kami boleh memberinya nama?' Beliau menjawab: 'Namailah ia Zainab.'"
Dan juga telah ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari ayahnya, ia berkata: "Ada seseorang yang memuji orang lain di sisi Nabi, maka beliau bersabda: 'Celaka engkau, engkau telah memenggal leher temanmu berkali-kali. Jika salah sesorang di antara kalian harus memuji temannya, maka hendaklah ia mengatakan: 'Aku hanya mengira tentang si fulan. Allah-lah yang mengetahuinya dengan sebenarnya, dan aku tidak menganggap orang lain terpuji dengan mendahului Allah, 'aku kira dia begini dan begitu', jika ia mengetahui orang itu memang demikian.'"
Demikian hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah melalui jalan Khalid al-Hadza'.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Hamam bin Harits, ia berkata: "Ada seseorang yang datang kepada Utsman, lalu ia memujinya di hadapannya. Kemudian al-Miqdad bin al-Aswad menaburkan tanah pada wajahnya seraya berkata: 'Rasulullah memerintahkan kepada kami apabila bertemu dengan orang-orang yang suka memuji-muji agar menaburkan tanah pada wajah mereka." Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud dari hadits ats-Tsauri dari Manshur.
Allah berfirman, mencela orang-orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya, sebagaimana ayng difirmankan dalam surat al-Qiyaamah: "Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan al-Quran) dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran)." "Serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi?" Ibnu Abbas ra mengatakan: "Taat sebentar dan kemudian berhenti lagi." Demikian pula yang dikemukakan oleh Mujahid, Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Qatadah dan lain-lain. Ikrimah dan Sa'id mengemukakan: "Seperti suatu kaum, jika mereka menggali sumur dan ketika melakukan penggalian itu mereka menemukan batu besar yang menghalangi untuk menyelesaikan penggalian tersebut, lalu mereka berkata: 'Sampai di sini saja,' kemudian mereka tidak melanjutkan penggalian."
Dan firman Allah Ta'ala: "Apakah dia mempeunyai pengetahuan tentang yang ghaib sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)?" Maksudnya, apakah orang yang tidak mau mengulurkan tangannya untuk berinfak dan berbuat baik itu mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib bahwa yang dimilikinya itu akan habis, sehingga ia menahan diri untuk berbuat kebajikan padahal ia mengetahui hal itu dengan nyata? Dengan kata lain, persoalannya tidaklah seperti itu. Tetapi keengganan membayar shadaqah, berbuat kebaikan dan kebajikan serta menyambung silaturahmi semata-mata karena kekikiran, kebakhilan dan kekhawatiran. Dan Allah Ta'ala telah berfirman: "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dan Dia sebaik-baik pemberi rizki." (QS. Saba: 39).
Firman-Nya lebih lanjut: "Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa?" Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?" Sa'id bin Jubair dan ats-Tsauri berkata: "Yakni menyampaikan semua yang diperintahkan kepadanya." Mengenai firman-Nya: Ibnu Abbas mengatakan: "Yakni menyempurnakan janji kepada Allah dengan melaksanakan tugas penyampaian." Dan mengenai hal yang sama, Qatadah mengatakan: "Yakni mentaati Allah dan menyampaikan risalah-Nya kepada semua makhluk-Nya." Inilah pendapat yang menjadi pilihan Ibnu Jarir, yang ia mencakup pengertian sebelumnya. Dan pendapat tersebut diperkuat oleh firman Allah Ta'ala: "Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai imam bagi seluruh umat manusia." (QS. Al-Baqarah: 124).
Lalu ia menunaikan seluruh perintah dan menjauhi semua larangan serta menyampaikan risalah secara lengkap dan sempurna. Dengan demikian, ia berhak menjadi pemimpin umat manusia yang akan menjadi panutan dalam seluruh keadaan, ucapan dan perbuatannya. Allah telah berfirman: "Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): 'Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif.' Dan bukanlah ia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb." (QS. An-Nahl:123).
Di dalam kitabnya, at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abud Darda' dan Abu Dzarr, dari Rasulullah, dari Allah bahwasanya Dia telah berfirman: "Wahai anak Adam, ruku'lah kepada kepada-Ku empat kali dari permulaan siang, niscaya engkau akan diberi kecukupan pada akhir siang."
Kemudian Allah Ta'ala menjelaskan apa yang Dia wahyukan dalam lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa, dimana Dia berfirman: "Bahwasanya seorang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain," Maksudnya, setiap jiwa yang menzhalimi dirinya sendiri dengan suatu kekufuran atau suatu perbuatan dosa, maka dosa itu untuk dirinya sendiri tidak akan ditanggung oleh orang lain, sebagaimana yang Dia firmankan: "Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (orang yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya." (QS. Faathir: 18).

Firman-Nya lebih lanjut: "Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." Maksudnya, sebagaimana dosa orang lain tidak akan dibebankan kepadanya, maka demikian pula ia tidak akan mendapatkan pahala melainkan dari apa yang telah diusahakannya sendiri. Dari ayat ini pula Imam Asy-Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa mengirimkan pahala bacaan al-Quran itu tidak akan sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia, karena bacaan itu bukan amal dan usaha mereka. Oleh karena itu, Rasulullah tidak pernah mensunnahkan atau memerintahkan umatnya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, beliau juga tidak pernah membimbing umatnya berbuat demikian, baik dalam bentuk nash maupun isyarat. Dan perbuatan itu juga tidak pernah dinukil dari para Sahabat. Sekiranya hal itu merupakan suatu hal yang baik, niscaya mereka akan mendahului kita semua dalam mengamalkannya. Dan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah harus didasarkan pada nash-nash, tidak boleh didasarkan pada berbagai qiyas dan pendapat semata. Sedangkan doa dan amal jariyah sudah menjadi kesepakatan para ulama dan ketetapan nash syariat bahwa hal itu sampai kepada si mayit.
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah ra, ia berkata: "Rasulullah bersabda: 'Jika seseorang wafat, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu: anak shalih yang mendo'akannya, shadaqah jariyah setelahnya, dan ilmu yang bermanfaat." (HR. Muslim).
Ketiga perkara tersebut pada hakikatnya merupakan usaha dan kerasnya semasa hidup, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits: "Sesungguhnya, sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah (makanan yang) berasal dari usahanya, dan sesungguhnya anaknya itu termasuk dari hasil usahanya."

Shadaqah jariyah itu hasilnya dapat berupa wakaf dan lain sebagainya, yang semua itu merupakan bekas dan peninggalan amal dan wakaf mereka. Dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan," dan ayat seterusnya. (QS. Yaasin:12).

Ilmu yang disebarluaskan dan kemudian diikuti oleh banyak orang setelahnya juga termasuk amal dan usahanya. Dan dalam hadits shahih telah ditegaskan, Rasulullah bersabda: "Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa harus mengurangi sedikit pun pahala mereka."

Dan firman-Nya: "Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)," yakni pada hari kiamat kelak. Maksudnya, Allah akan memberitahukan (amal) kepada kalian sekaligus memberikan balasan atasnya dengan sepenuhnya. Jika berupa kebaikan, maka akan dibalas dengan kebaikan, dan jika berupa keburukan, maka akan dibalas pula dengan keburukan. Demikianlah Allah berfirman disini: "Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna."

Allah berfirman: "Dan bahwasanya kepada Rabb-mulah kesudahan (segala sesuatu)." Yakni, tempat kembali pada hari kiamat kelak. Ibnu Abi Hatim menceritakan dari 'Amr bin Maimun al-Audi, ia berkata bahwa Mu'adz bin Jabal pernah berdiri di tengah-tengah kami, lalu ia berkata: "Wahai Bani Aud, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah kepada kalian. Ketahuilah bahwa tempat kembali kepada Allah itu bisa ke Surga atau ke Neraka." Al-Baghawi menyebutkan dari Ubay bin Ka'ab, dari Nabi saw mengenai firman-Nya: "Dan bahwasanya kepada Rabb-mulah kesudahan (segala sesuatu)," beliau berkata: "Tidak ada pemikiran terhadap Rabb (Allah)." Dan dalam hadits shahih disebutkan : "Syaitan akan mendatangi salah seorang di antara kalian seraya bertanya: 'Siapakah yang telah menciptakan ini dan siapa pula yang menciptakan itu?' Hingga akhirnya ia bertanya: 'Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?' Dan jika salah seorang diantara kalian sampai kepada hal tersebut maka mohonlah perlindungan kepada Allah dan menghentikan pertanyaan." (Muttafaq alaih)

Firman Allah Ta'ala: "Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." Maksudnya, Allah telah menciptakan tawa dan tangis serta sebab-sebab pada diri hamba-hambaNya. Yang keduanya merupakan dua hal yang berbeda." Dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan." "Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasangan laki-laki dan perempuan. Dari air mani apabila dipancarkan."
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati)." Maksudnya, sebagaimana Dia telah menciptakan kejadian permulaan, maka Dia pasti berkuasa untuk mengembalikan, yaitu kejadian yang terakhir pada hari kiamat. "Dan bahwasanya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan." Maksudnya, menyerahkan kepemilikan harta kepada hamba-hambaNya dan menjadikan harta itu sebagai hak milik yang sangat berharga bagi mereka. Mereka tidak perlu membeli terlebih dahulu. Ini merupakan kesempurnaan nikmat bagi mereka. Dan berkisar pada pengertian itulah ungkapan para ahli tafsir.
FirmanNya lebih lanjut: "Dan bahwasanya Dialah Rabb (yang memiliki) bintang syi'ra." Ibnu Abbas, Mujahid, Qotadah, Ibnu Zaid dan yang lain-lain berkata: "Ia termasuk bintang yang sangat terang yang diberi nama marzamul jauza', yang disembah oleh sekelompok masyarakat Arab." "Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum A'ad yang pertama." Yakni, kaum Hud yang dikenal dengan A'ad bin Iram bin Saam bin Nuh, mereka adalah manusia yang paling kasar, kuat dan paling ingkar kepada Allah dan RasulNya, maka Allah pun membinasakan mereka: "Dengan angin yang sangat dingin lagi sangat kencang, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama 7 malam dan 8 hari terus-menerus." (QS. Al-Haqqoh: 6-7)
Dan firman Allah Ta'ala berlanjut: "Dan kaum Tsamud. Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya." Maksudnya, Dia membinasakan mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang tersisa."Dan kaum Nuh sebelum itu." Yakni sebelum orang-orang itu. "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zhalim dan paling durhaka." Maksudnya, yang lebih ingkar dari orang-orang yang hidup setelahnya. "Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah." Yakni, kota-kota tempat Luth. Kota-kota itu dibalikkan, sehingga bagian atas berubah menjadi bagian bawah. Dan kepada mereka diturunkan hujan batu dari Sijjil (tanah panas) secara bertubi-tubi. Oleh karena itu Dia berfirman: "Lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya." Yakni, berupa batu-batu yang telah dikirimkan Allah kepada mereka: "Dan Kami hujani mereka dengan hujan batu, maka sangat jelek hujan yang menimpa orang-orang yang diberi peringatan itu." (QS. Asy-syuara 173)
FirmanNya: "Maka terhadap nikmat Rabb yang manakah kamu ragu-ragu." Maksudnya, pada nikmat manakah yang telah dikaruniakan Allah kepadamua, wahai manusia yang kamu ragukan itu. Demikianlah yang telah dikemukakan oleh Qatadah.

"Ini adalah seorang pemberi peringatan." Yakni, Muhammad saw. "Diantara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu." Yakni, dari jenis mereka sendiri. Beliau diutus sebagaimana para Nabi as telah diutus. Sebagaimana yang difirmankanNya: "Katakanlah: 'Aku bukan rasul pertama diantara para rasul.'" (QS. Al-Ahqaf: 9)
Kemudian Allah berfirman: "Telah dekat terjadinya hari kiamat." Yakni, suatu kejadian yang dekat sudah semakin mendekat, yaitu hari kiamat. "Tidak ada yang akan menyatakan kejadian terjadinya hari itu selain Allah." Maksudnya, tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya selain Allah, dan tidak ada yang mempunyai pengetahuan tentangnya kecuali hanya Dia semata.
Kata 'an-nadzir' artinya peringatan kepada keburukan yang sudah nyata yang dikhawatirkan akan menimpa orang yang diperingatkan. Sebagaimana firmanNya: "Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagimu sebelum (menghadapi) azab yang keras." (QS Saba':46)
Imam Ahmad meriwayatkan, Anas bin Iyadh memberi tahu kami, Abu Hatim memberitahuku, aku tidak mengetahui kecuali dari Sahl bin Sa'ad, ia berkata "Rasulullah saw bersabda: 'Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil, sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil seperti kaum yang singgah di perut lembah, lalu mereka masing-masing mencari sepotong ranting dan mengumpulkannya, sehingga ranting-ranting itu dapat mematangkan roti mereka. Dan kapan saja pelakunya disiksa karenanya, maka ia akan membinasakannya."

Abu Hazim berkata: "Rasulullah saw bersabda, Abu Nadhrah berkata, 'Aku tidak mengetahui kecuali dari Sahl bin Sa'ad :
"Perumpamaan diriku dan perumpamaan hari kiamat adalah seperti ini."
Dan beliau menumpulkan (merapatkan) antara dua jarinya, jari tengah dan telunjuk. Setelah itu berliau bersabda: "Perumpamaanku dan perumpamaan hari kiamat adalah seperti seseorang yang diutus kaumnya untuk melakukan pengintaian. Ketika ia khawatir didahului, ia mengisyaratkan dengan bajunya: 'Kalian telah datang, kalian telah datang."
Lebih lanjut beliau bersabda:
'Dan itu adalah aku.'"
Dan hadits tersebut mempunyai beberapa syahid dari beberapa sisi lain yang termasuk hadits-hadits shahih dan hasan.

Kemudian Allah berfirman seraya menentang orang-orang musyrik mengenai sikap mereka yang mendengarkan al-Quran, namun berpaling darinya: "Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini" karena keadaannya memang benar. "Dan kamu menertawakan" dengan maksud melongok dan menghina, "Dan tidak menangis" Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang yakin terhadapnya, seperti yang diberitakan tentang mereka: "Dan mereka menyungkur di atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu". (QS Al-Israa:09).

Firman Allah Ta'ala: ""Sedang kamu melengahkan(nya)" Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari ayahnya. dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: "Lagu (nyanyian) sangat menjadikan kami lengah." Demikian pula yang dikemukakan oleh Ikrimah. Dan dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas tentang 'samidun' ia berkata: "Yakni berpaling", Begitu pula yang dikemukakan oleh Mujahid dan Ikrimah. Sedangkan Al-Hasan berkata: "Yakni orang-orang yang lengah." Dan itu merupakan riwayat dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Juga sebuah riwayat dari Ibnu Abbas: "Yaitu orang-orang yang sombong." Hal yang sama dikemukakan oleh as-Suddi.

Lebih lanjut, Allah Ta'ala berfirman seraya memerintahkan hamba-hambaNya untuk bersujud kepada-Nya serta beribadah sesuai dengan ajaran Rasul-Nya, bertauhid dan ikhlas: "Maka bersujudlah kepada Allah dan ibadahilah (Dia)." Artinya, tunduklah kalian kepada-Nya, ikhlaskan dan tauhidkanlah Dia.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Nabi melakukan sujud ketika membaca surat an-Najm, dan kaum Muslimin melakukan sujud bersama beliau, dan juga orang-orang musyrik, jin dan manusia." (HR. Al-Bukhari)