Selasa, 04 November 2008

Tafsir QS Ath-Thur

Imam Malik meriwayatkan dari az-Zuhri, dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im, dari ayahnya: “Aku pernah mendengar Nabi saw membaca surat ath-Thur dalam sholat maghrib. Aku tidak pernah mendengar seseorang yang suara atau bacaannya lebih bagus dari beliau.”

Demikian yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari jalan Malik. Dan Imam al-Bukhari juga meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata: “Aku pernah mengadukan kepada Rasulullah saw, maka beliau pun bersabda :
“Berthawaflah di belakang orang-orang, sedangkan engkau menunggangi kendaraan.”

Maka aku pun berthawaf, sedang Rasulullah saw mengerjakan sholat di sisi baitullah seraya membaca ath-Thur.
Allah Ta’ala bersumpah dengan ciptaan-ciptaan-Nya yang menunjukkan kekuasaannya yang sangat besar, bahwa azab-Nya itu pasti akan terjadi, menimpa musuh-musuh-Nya, dan bahwasanya tidak seorangpun yang dapat menolak azab itu yang diberikan Allah kepada mereka.

Ayat 1
Ath-Thur adalah gunung atau bukit yang diatasnya terdapat pepohonan seperti apa yang difirmankan-Nya kepada Musa as, dan darinya Ia mengutus Isa. Dan jika gunung diatasnya tidak terdapat pepohonan maka tidak disebut Thur. Tetapi hal itu disebut sebagai Jabal.

Ayat 2-4. “Dan Demi Kitab yang ditulis”. Ada yang mengatakan lauhul mahfuzh. Tetapi ada juga yang mengatakan kitab-kitab yang telah diturunkan dan ditulis yang dibaca kepada umat manusia secara lantang. Kemudian Allah Ta’ala berfirman “Pada lembaran yang terbuka. Dan Demi Baitul M’mur.” Telah ditetapkan dalam kitab ash-Shahihain, bahwa Rasulullah saw telah bersabda dalam hadits Isra’, setelah beliau sampai di langit ketujuh :
“Kemudian aku diangkat ke Baitul Ma’mur. Dan ternyata setiap harinya ia dimasuki oleh 70.000 Malaikat, yang mereka tidak pernah kembali lagi kepadanya.”

Maksudnya, mereka beribadah di dalamnya dan berthawaf di sana, sebagaimana penduduk bumi berthawaf di Ka’bah. Demikian pula Baitul Ma’mur yang merupakan Ka’bah bagi penduduk langit ketujuh. Oleh karena itu disana didapatkan Ibrahim as, kekasih Allah menyandarkan punggungnya di Baitul Ma’mur. Karena ia telah membangun Ka’bah di bumi, dan sudah pasti pahala itu diberikan sesuai dengan amal perbuatan. Dan pada setiap langit terdapat Bait (rumah ibadah) yang mana di dalamnya para penghuninya beribadah dan mengerjakan sholat. Sedangkan yang terdapat di langit dunia disebut dengan Baitul ‘Izzah.

Ayat ke-5. “Dan Atap yang ditinggikan (langit)”. Sufyan ats-Tsauri, Syu’bah dan Abul Ahwash berkata dari ‘Ali: “yaitu langit”. Sufyan mengatakan: “Kemudian ia membaca
‘Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (QS. Al-Anbiya: 32)’.”

Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid, Qatadah, as-Suddi, Ibnu Juraiz, Ibnu Zaid dan menjadi pilihan Ibnu Jarir. Dan ar-Rabi’ bin Anas mengatakan “Yaitu ‘Arsy, yang ia merupakan atap bagi seluruh makhluk.” Dan ia mempunyai sisi yang menjadi tujuan bersama selainnya sebagaimana yang telah dikatakan oleh Jumhur Ulama.

Ayat ke-6. "Dan laut yang di dalam tanahnya ada api." Yakni pada hari kiamat kelak, lautan akan dijadikan api yang berkobar mengelilingi orang-orang. Demikian yang diriwayatkan oleh Sa'id bin al-Musayyab dari 'Ali bin Abi Thalib. Dan hal yang sama juga diriwayatkan dari 'Ibnu Abbas, dimana Sa'id bin al-Musayyab, Mujahid, 'Abdullah bin 'Ubaid bin 'Umair dan juga yang lainnya. Sedangkan Qatadah mengatakan "Yaitu nyala api yang benar-benar penuh". Dan itulah yang menjadi pilihan Ibnu Jarir. Artinya, ia tidak menyala pada hari ini, namun sudah benar-benar penuh. Dan yang dimaksud dengan al-masjuur adalah yang ditahan dan dilarang dari bumi sehingga tidak melumuri dan membakar para penghuninya. Demikian yang dikatakan oleh 'Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu 'Abbas ra. Pendapat itu pula yang dikemukakan oleh as-Suudi dan Ulama-ulama lainnya. Dan hal tsb ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dimana Ia berkata: "Yazid memberitahu kami, al-'Awam memberitahu kami, seorang Syaikh memberitahuku, ketika itu ia berada di tepi pantai, ia
berkata: 'Aku telah bertemu dengan Abu Shalih, budak 'Umar bin al-Khaththab; lalu ia berkata, "Umar bin Khaththab memberitahu kami dari Rasulullah saw, beliau bersabda:
"Tidak ada satu malam pun melainkan pada malam itu laut menjadi pasang tiga kali memohon izin kepada Allah Ta'ala untuk dapat menumpahkan diri kepada mereka, lalu Allah SWT menahannya."

Ayat 7-8. "Sesungguhnya adzab Rabb-mu pasti terjadi." Inilah yang menjadi objek sumpah. Maksudnya adzab itu pasti akan ditimpakan kepada orang-orang kafir. Sebagaimana Allah Ta'ala telah berfirman dalam ayat berikutnya, "Tidak seorang pun yang dapat menolaknya." Maksudnya, tidak seorang pun yang dapat menolaknya dari mereka jika Allah sudah menghendaki hal itu bagi mereka.

Ayat ke-9. "Pada hari ketika langit benar-benar bergoncang." Ibnu 'Abbas dan Qatadah mengatakan, "Bergerak dengan gerakan keras." Dan dari 'Abbas: "Yaitu goncangan membelah." Sedangkan Mujahid mengemukakan: "Yakni berputar". Adh-Dhahhak berkata: "Berputar-putar dan bergerak atas perintah Allah dan gelombangnya saling bertautan." Dan itulah yang menjadi pilihan Ibnu Jarir, yaitu berupa gerakan dalam perputarannya. Ia menceritakan, Abu 'Ubaidah Ma'mar bin Al-Mutsanna melantunkan satu bait syair :
"Seakan-akan jalannya dari rumahnya seperti jalannya awan yang tidak lambat dan tidak pula tergesa-gesa."

Ayat 10-16. "Dan gunung-gunung benar-benar berjalan." Maksudnya, gunung itu akan pergi dan berubah menjadi debu yang bertebaran dan berhamburan kemana-mana. "Maka, kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan." Maksudnya, kecelakaan (ditimpakan) kepada mereka pada hari itu karena adzab Allah dan siksaan-Nya Dia timpakan kepada Mereka. "(Yaitu) orang-orang yang bermain-main dalam kebathilan." Yakni, di dunia mereka tenggelam dalam kebathilan dan mereka menjadikan agama sebagai permainan dan senda gurau. "Pada hari itu mereka didorong." Yakni digelincirkan. "Ke Neraka Jahannam dengan sekuat-kuatnya." Mujahid Asy-Sya'bi, Muhammad bin Ka'ab, adh-Dhahhak, As-Suddi dan Ats-Tsauri berkata: "Mereka didorong ke dalamnya dengan sekali dorong."
"Inilah Neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya." Maksudnya, Malaikat Zabaniyah mengatakan hal tersebut kepada mereka sebagai hinaan dan celaan. "Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? Masuklah kamu ke dalamnya." Maksudnya, masuklah kedalamnya seperti masuknya orang-orang yang diselimuti dari
semua arah. "Maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagi kamu." Maksudnya, sama saja, baik kalian bersabar atas adzab dan siksaannya atau kalian tidak bersabar, maka tidak ada tempat berlindung bagi kalian dari darinya dan tidak pula ada tempat menyelamatkan diri bagi kalian darinya. "Kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan." Maksudnya, Allah tidak akan pernah menzhalimi seorang pun. Bahkan sebaliknya, Dia senantiasa memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amalnya.

Ayat 17-20
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka; dan Rabb mereka memelihara mereka dari adzab Neraka. Dikatakan kepada mereka: 'Makan dan Minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan'. Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang bermata jeli."
Allah SWT menceritakan keadaan orang-orang yang berbahagia, dimana Dia berfirman "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam Surga dan kenikmatan." Dan itu jelas bertolak belakang dengan apa yang dialami oleh orang-orang yang mendapatkan adzab dan siksaan. "Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka." Maksudnya, mereka bersenang-senang dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka, berbagai macam kenikmatan, berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan lain-lain.
"Dan Rabb mereka memelihara mereka dari adzab Neraka." Maksudnya, Allah Ta'ala telah menyelamatkan mereka dari adzab Neraka. Dan itu adalah kenikmaatan tersendiri, disamping masuk Surga, juga agar mereka merasakan sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga, dan tidak pula terbesit di dalam hati manusia.
"Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan." Maksudnya, semua itu merupakan karunia dan kebaikan dari-Nya. Dan firman-Nya: "Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan." Ats-Tsauri menceritakan dari Ibnu Abbas: "Dipan-dipan (itu) dalam keadaan tertata rapi." Dan firman-Nya : "Berderetan" yang berarti saling bertatapan wajah antara satu dengan yang lainnya. Dan hal itu sebagaimana firman-Nya "Mereka duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan." (QS. Al-Hijr:47)
Firman-Nya "Dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli." MAksudnya, Kami berikan kepada mereka teman-teman anita yang shalihah dan pasangan-pasangan cantik berupa bidadari-bidadari yang jelita. Mengenai firman-Nya "Dan Kami kawinkan mereka", Mujahid berkata "Maksudnya, Kami nikahkan mereka dengan bidadari." Dan sifat bidadari tersebut telah diuraikan sebelumnya di beberapa tempat, sehingga tidak perlu diulang lagi disini.

Ayat 21
"Dan orang-orang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan. Di dalam Surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tidak pula perbeuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu seperti mutiara yang tersimpan. Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. Mereka berkata 'sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab).' Maka Allah memberi karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka. Sesungguhnya kami dahulu beribadah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang menimpakan kebaikan lagi Maha Penyayang."
Allah SWT memberikan tentang karunia, kemurahan, anugerah dan kelembutan-Nya kepada semua makhluk-Nya, serta kebaikan-Nya, bahwa jika orang-orang mukmin diikuti oleh keturunan mereka, maka mereka akan dipertemukan dengan nenek moyang mereka di suatu tempat, meskipun amal perbuatan mereka tidak sampai pada amal perbuatan nenek moyang mereka, agar nenek moyang mereka itu merasa senang dengan kehadiran anak-anaknya di sisi mereka, di tempat kediaman mereka. Mereka dikumpulkan dengan cara yang paling baik, yakni orang yang mempunyai amal yang kurang, akan ditinggikan derajatnya melalui orang yang amalnya sudah sempurna dan hal itu sama sekali tidak menjadikan amalannya berkurang dan kedudukannya menurun sehingga terjadi kesamaan antara orang ini dengan orang yang tinggi derajatnya itu. Oleh karena itu Allah Ta'ala berfirman "Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala mereka."

Tidak ada komentar: