Selasa, 25 Agustus 2009

Tafsir Al-Qomar 31-55

Allah SWT berfirman seraya menceritakan tentang kaum Luth, bagaimana mereka mendustakan dan menentang Rasul mereka, serta tindakan mereka melakukan suatu perbuatan yang tidak terpuji berupa homoseksual, yakni berhubungan badan sesama laki-laki. Itulah perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum mereka. Oleh karena itu, Allah SWT membinasakan mereka secara keseluruhan, yang Dia belum pernah melakukan kebinasaan seperti itu seblumnya terhadap umat-umat lain. Allah Ta'ala telah memerintahkan Jibril as, lalu ia membawa kota-kota mereka sampai ke puncak langit, kemudian Dia balikkan dan membantingnya dan mereka dilempari batu-batu dari tanah yang panas secara bertubi-tubi. Oleh karena itu, disini Dia berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu, kecuali keluarga Luth. Mereka kami selamatkan diwaktu sebelum fajar menyingsing." Maksudnya mereka keluar pada akhir malem, sehingga mereka selamat dari azab yang menimpa kaum mereka. Dan tidak seorang pun dari kaum Luth yang beriman kepadanya, bahkan istrinya sendiri pun tidak beriman kepadanya. Sehingga istrinya itu tertimpa apa yang menimpa kaumnya. Lalu Nabi Luth bersama beberapa anak perempuannya keluar dari tengah-tengah kaumnya dengan selamat, tanpa tersentuh oleh keburukan sedikit pun. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman: "Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami." Maksudnya, sebelum azab datang menimpa mereka, Luth telah memperingatkan mereka akan siksa dan azab Allah. Namun mereka tidak pernah menoleh kepadanya dan tidak pula mau mendengarnya. Bahkan justru mereka meragukan dan merasa sombong terhadapnya. "Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), " Hal itu terjadi pada malam hari ketika malaikat Jibril, Mikail dan Israfil mendatangi Luth dalam wujud tiga orang pemuda tampan, sebagai ujian dari Allah bagi mereka. Lalu mereka dijamu oleh Luth as, namun istrinya yang sudah tua renta itu mengirim pesan buruk kepada kaumnya. Ia memberitahu mereka tentang tamu-tamu Luth. Maka mereka pun segera mendatanginya dari segala arah. Dan Luth segera mengunci pintu agar mereka tidak dapat masuk. Kemudian mereka berusaha mendobrak pintu, dan itu berlangsung pada sore hari, sedang Luth berusaha menahan dan menghalangi mereka seraya mengatakan keapda mereka, "Mereka itu adalah anak-anak perempuanku." (QS. Al-Hijr:71). Maksudnya, adalah istri-istri mereka sendiri: "Jika kamu hendak berbuat (secara halal)." (QS Al-Hijr:71). Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu." Maksudnya, kami tidak mempunyai selera terhadap mereka. "Dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki." (QS. Hud: 79). Setelah situasi semakin memuncak dan mereka bersikeras untuk masuk, Jibril as pun keluar menemui mereka lalu memukul mata mereka dengan ujung sayapnya. Sehingga mata mereka menjadi buta saat itu juga. Mereka pun mundur, meraba-raba dengan tongkat dan mereka mengancam Luth hingga menjelang pagi.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan sesunguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal." Maksudnya, mereka tidak dapat melarikan diri dari azab itu. Dan tidak ada tempat bersembunyi bagi mereka dari-Nya. "Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancamanKu. Dan sesungguhya telah KAmi mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"
Allah Ta'ala berfirman seraya menceritakan tentang Firaun dan bala tentaranya, dimana mereka telah didatangi oleh Rasul Allah, Musa dan saudaranya, Harun yang membawa kabar gembira jika mereka beriman dan peringatan jika mereka kafir. Dan di tangan keduanya terdapat mukjizat besar dan tanda-tanda kekuasaan yang beraneka ragam, Maka, mereka mendustakan semua itu sehingga Allah Ta'ala menjatuhkan hukuman kepada mereka dengan hukuman dari Raja Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Maksudnya, Allah Ta'ala membinasakan mereka semua sehingga tidak ada seorang pun yang tersisa, tidak ada diri maupun bekas (jejak) mereka.
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman: "Apakah orang-orang kafirmu." Yakni, hai orang-orang yang meragukan dari kalangan kaum kafir Quraisy, "Lebih baik dari mereka itu." Yakni, orang-orang yang telah disebutkan dari orang-orang yang telah dibinasakan karena pendustaan mereka terhadap Rasul dan kekufuran mereka terhadap Kitab-kitab, apakah kalian lebih baik dari mereka? "Atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu?" Maksudnya, ataukah kalian memiliki jaminan kebebasan untuk tidak tertimpa azab dan siksaan? Setelah itu Allah Ta'ala berfirman seraya menceritakan tentang mereka: "Atau apakah mereka mengatakan: 'Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang," Maksudnya, mereka berkeyakinan bahwa mereka akan saling tolong-menolong sebagian dengan sebagian lainnya, dan bahwasanya kesatuan mereka sudah memadai untuk menolak pihak yang akan berbuat jahat kepada mereka. Allah Ta'ala berfirman: "Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang." Maksudnya, kesatuan mereka akan terpecah-pecah dan mereka pun kalah.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, bahwa Nabi bersabda yang ketika itu beliau berada di kemahnya pada peristiwa perang Badar:
"Aku menagih sumpah dan janji-Mu ya Allah, jika Engkau berkehendak, niscaya setelah hari ini Engkau tidak akan diibadahi di muka bumi untukn selamanya."
Kemudian Abu Bakar memegang tangan beliau dan berkata: "Cukup, ya Rasulullah. Engkau telah meminta dengan sangat kepada Rabb-mu." Maka, beliau pun keluar sambil melompat dengan baju besinya seraya membacakan firman-Nya: "Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit."
Demikianlah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan an-Nasai di beberapa tempat dari hadits Khalid Ibnu Mihran al-Hadza.
Allah memberitahukan tentang orang-orang yang berbuat dosa bahwa mereka senantiasa sesat, menyimpang dari kebenaran menuju kegilaan disebabkan oleh keraguan dan kekacauan cara berfikir mereka. Yang demkian itu mencakup setiap orang yang memiliki seifat seperti itu, baik kafir maupun pelaku bid'ah dari berbagai macam golongan. Dan selanjutnya, Allah berfirman: "Pada hari mereka diseret ke Neraka atas mereka." Maksudnya, sebagaimana mereka berada dalam kegilaan dan keraguan serta kebimbangan, maka api Neraka pun akan menjadi harta pusaka bagi mereka. Dan sebagaimana mereka dulu berada dalam kesesatan maka di dalam neraka itu, mereka akan diseret di atas wajah mereka, sehingga mereka tidak tahu kemana mereka akan dibawa. Dan dikatakan kepada mereka sebagai bentuk penghinaan dan celaan, "Rasakanlah sentuhan api neraka."
Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." Sebagaimana firman-Nya: "Dan Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (QS. Al-Furqon: 2). Maksudnya, Dia menetapkan suatu ukuran dan memberikan petunjuk terhadap semua makhluk kepada ketetapan tersebut. Oleh karena itu, para ulama Sunnah menjadikan ayat yang mulia ini sebagai dalil untuk menetapkan takdir Allah bagi suatu makhluk sebelum makhluk itu diciptakan. Dan itu merupakan ilmu Allah terhadap segala sesuatu sebelum adanya dan pencatatan ketentuan masing-masing makhluk sebelum semuanya tercipta. Para ulama membantah paham Qadariyah yang muncul di ujung masa Sahabat dengan ayat ini dan nash lain yang senada, baik berupa ayat al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah. Dan kami telah membahas masalah ini secara terperinci dan juga hadits-hadits yang berkenaan dengan hal itu dalam kitab al-Iiman dalam Shahih al-Bukhari.

Dan berikut ini beberapa hadits yang berkaitan dengan ayat ini.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia bercerita: "Telah datang orang-orang musyrik Quraisy kepada Nabi untuk mendebatkan tentang takdir, lalu turunlah ayat: "Pada hari mereka diseret ke Neraka atas murka mereka. (Dikatakan kepada mereka): 'Rasakanlah sentuhan api Neraka.' Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari hadits Waki, dari Sufyan Ats-Tsauri.

Imam Ahmad meriwayatkan, Qutaibah memberitahu kami dari Ibnu Umar, ia bercerita: "Aku pernah Rasulullah saw bersabda: 'Akan ada pada umat ini maskh (wajah yang dirubah menajdi wajah binatang). Ketahuialah yang demikian itu terjadi pada orang-orang yang mendustakan takdir dan orang-orang zindiq.'" (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, at-Tirmidzi berkata: "Hasan shahih gharib.")

Imam Ahmad meriwayatkan dari Thawus al-Yamani, ia berkata: "Aku mendengar Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: 'Segala sesuatu itu telah melalui ketetapan (takdir) sampai pada kelemahan dan kepandaian (pun).'" (HR Muslim).

Dan dalam hadits shahih disebutkan:
"Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau merasa lemah. Jika engkau tertimpa sesuatu maka katakan: 'Allah telah menakdirkan apa yang Dia kehendaki akan Dia kerjakan.' Dan jangan engkau katakan: 'Andai saja aku berbuat seperti ini, niscaya akan seperti ini.' Karena kata lau (andai, kalau, seandainya) akan membuka perbuatan syaitan."

Dan dalam hadits Ibnu Abbas disebutkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepadanya: "Ketahuilah, jika suatu umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu yang tidak ditakdirkan Allah padamu, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat darimu. Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu dengan sesuatu yang belum ditakdirkan Allah bagimu, niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu. Pena telah mengering, dan lembaran-lembaran pun telah dilipat."

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ayyub bin Ziyad, Ubaidah bin al-Walid bin Ubadah memberitahuku, ayahku memberitahuku, ia bercerita: "Aku pernah menjenguk Ubadah yang ketika itu sedang sakit, aku kira sebentar lagi ia akan wafat, lalu kukatakan: 'Wahai ayahku berwasiatlah kepadaku dan berijtihadlah untukku.' Maka ia berkata: 'Tolong dudukkan aku.' Setelah mereka mendudukkannya ia berkata: 'Wahai puteraku, sesungguhnya engkau berlum merasakan iman dan belum mencapai hakikat pengetahuan tentang Allah sehingga engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.' Kukatakan: 'Wahai ayahku, bagaimana aku dapat mengetahui takdir yang baik dan yang buruk?' Beliau menjawab: 'Ketahuilah bahwa sesuatu yang terhindar darimu tidak akan menimpamu dan apa yang menimpamu tidak akan menghindar darimu. WAhai anakku, sesungguhnya aku pernah Rasulullah saw bersabda: 'Ssesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam (pena). Kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Tulislah!' Maka pada saat itu juga berlangsunglah apa yang akan terjadi sampai hari Kiamat kelak.' Wahai puteraku, jika engkau meninggal dunia tidak dalam keadaan seperti itu maka engkau akan masuk Neraka."

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ayyub bin Ziyad, Ubaidah bin al-Walid bin Ubadah memberitahuku, ayahku memberitahuku, ia bercerita: "Aku pernah menjenguk Ubadah yang ketika itu sedang sakit, aku kira sebentar lagi ia akan wafat, lalu kukatakan: 'Wahai ayahku berwasiatlah kepadaku dan berijtihadlah untukku.' Maka ia berkata: 'Tolong dudukkan aku.' Setelah mereka mendudukkannya ia berkata: 'Wahai puteraku, sesungguhnya engkau berlum merasakan iman dan belum mencapai hakikat pengetahuan tentang Allah sehingga engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.' Kukatakan: 'Wahai ayahku, bagaimana aku dapat mengetahui takdir yang baik dan yang buruk?' Beliau menjawab: 'Ketahuilah bahwa sesuatu yang terhindar darimu tidak akan menimpamu dan apa yang menimpamu tidak akan menghindar darimu. WAhai anakku, sesungguhnya aku pernah Rasulullah saw bersabda: 'Ssesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam (pena). Kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Tulislah!' Maka pada saat itu juga berlangsunglah apa yang akan terjadi sampai hari Kiamat kelak.' Wahai puteraku, jika engkau meninggal dunia tidak dalam keadaan seperti itu maka engkau akan masuk Neraka."
Demikianlah hadits yang diriwaaytkan oleh at-Tirmidzi dari al-Walid bin 'Ubadah dari ayahnya dan ia mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih ghaib.

Dan dalam kitab Shahih Muslim telah ditegaskan dari riwayat Abdullah bin Wahb dan juga selainnya dari Abdullah bin Amr, ia bercerita: Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir-takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan."
Ibnu Wahb menambahkan: "Dan adalah 'Arsy-Nya diatas air." Demikian yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia mengatakan: "Hadits tersebut hasan shahih gharib".
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata." Yang demikian itu merupakan pemberitahuan tentang pemberlakuan kehendak-Nya pada makhluk-Nya sebagaimana Dia telah memberitahukan tentang kekuasaan-Nya pada mereka. "Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan,". Maksudnya Kami hanya cukup mengeluarkan perintah sekali saja dan tidak perlu penguatan dengan perintah kedua kalinya, karena perintah itu akan berlaku pada saat itu juga laksana kejapan mata, tidak tertangguhnkan meski hanya sekejap mata. Sungguh indah ungkapan sebagian penyair:
"Jika Allah menghendaki suatu hal, maka Dia hanya cukup mengatakan sekali: 'Jadilah' maka jadilah ia."
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa denganmu." Yakni, mereka yang serupa dengan kalian dan dengan uamt-umat terdahulu sebelum kalian yang mendustakan para Rasul. "Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" Maksudnya, adakah orang yang mau mengambil pelajaran dari penghinaan yang telah Allah timpakan kepada mereka dan azab yang telah ditentukan untuk mereka?
Firman-Nya: "Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan." Mksudnya, tertulis di dalam kitab-kitab yang berada di tangan para Malaikat. "Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar," dari amal perbuatan mereka, "Adalah tertulis". Yakni tertulis dan tercatat di dalam lembaran-lembaran mereka. Tidak ada satu pun yang tertinggal, baik yang kecil maupun yang besar melainkan telah dihitung.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
"Wahai Aisyah, jauhilah olehmu dosa-dosa kecil, karena ia pun akan mendapat tuntutan dari Allah." (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).
Dan diriwayatkan pula oleh al-Hafizh Ibnu Asakir dalam terjemahan Said bin Muslim dari sisi yang lain. Kemudian Said berkata: "Dan aku telah memberitahukan hadits itu kepada Amir bin Hisyam, ,mak ia berkata kepadaku: 'Celaka Engkau hai Said bin Muslim, karena sesungguhnya Sulaiman bin al-Mughirah telah memberitahuukan bahwa ia pernah mengerjakan suatu perbuatan dosa, lalu ia meremehkannya. Kemudian ia didatangi seseorang dlam tidurnya, dan berkata kepadanya: "Wahai Sulaiman:
"Jnganlah engkau meremehkan dosa-dosa kecil,
karena yang kecil itu akan menjadi besar. Sesungguhnya, yang kecil itu meskipun telah lebih dulu perjanjianny, maka disisi Allah ia terrtulis secara rinci. Karenanya, jahukanlah hawa nafsumu dari kebathilan, janganlah kamu susah dikendalikan, dan berusahalah sekuat tenaga. Sesungguuhnya orang yang cinta jika mencintai Rabb-nya, maka hati dan pemikirannya terasa terbang. Karenanya, mohonlah petunjukmu kepada Rabb dengan niat dan cukuplaj Rabb-mu menjadi Pemberi petunjuk dan Pemberi pertolongan."
Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu didalam taman-taman dan sungai-sungai." Maksudnya, berbeda dengan apa yang dialami oleh orang-orang yang sengsara, dimana mereka tenggelam dalam kesesatan dan kegilaan serta merangkak pada wajah-wajah mereka diatas api Nerakadisertai dengan penghinaan, celaan dan ancaman.
Firman-Nya: "Ditempat yang disenangi." Maksudnya, di negeri kemuliaan, keridhaan, karunia, kemurahan dan kebaikan Allah Ta'ala. "Disisi Rabb yang berkuasa." Maksudnya, disisi Rabb, Raja Yang Maha Agung, Pencipta dn Penentu segala sesuatu. Dan Dia Penentu apa yang Dia kehendaki sesuai dengan tuntutan dan keinginan mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abdullah bin Amr, yang disampaikan kepada Nabi saw, dimana beliau telah bersabda:
"Orang-orang yang berbuat adil disisi Allah pada hari kiamat kelak berada diatas mimbar-mimbar yang terbuat dari Nur (cahaya) diebelah kanan 'Arsy, mereka itu adalah orang-orang yang berbuat adil dalam hukum, keluarga dan segala yang berada dibawah kekuasaan mereka."
Hadits tersebut diriwayatkan sendiri oleh Muslim dan an-Nasai dari hadits Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya.
Demikianlah akhir dari penafsiran surat al-Qomar. Segala puji dan sanjungan bagi Allah semata, dan dari-Nya taufiq dan perlindungan berasal.